Kisah Agus Prayoko, Peraih Medali Emas SEA Games 2019 yang Terjerumus dalam ‘Jebakan’

Jumat, 6 Desember 2019 02:51 WIB
Editor: Coro Mountana
© Vidio.com
Kisah Agus Prayoko, Peraih Medali Emas SEA Games 2019 yang Terjerumus dalam ‘Jebakan’. Copyright: © Vidio.com
Kisah Agus Prayoko, Peraih Medali Emas SEA Games 2019 yang Terjerumus dalam ‘Jebakan’.

INDOSPORT.COM – Atlet senam artistik Indonesia, Agus Prayoko berhasil merebut medali emas SEA Games 2019 seusai mengalahkan Carlos Edriel Yulo (Filipina) di nomor urut vault atau meja lompat putra perorangan di Rizal Memoriam Coliseum, Manila.

Sukses mendulang emas untuk Indonesia di ajang SEA Games 2019, Filipina, Agus Prayogo ternyata punya kisah unik di awal kariernya sebagai seorang atlet senam artistik. Sebuah peristiwa yang menjadi awal perjalanannya sebagai seorang atlet profesional.

Ketertarikan atlet kelahiran 4 April 1989 itu pada dunia senam berawal dari tantangan cium lutut dari seorang guru olahraga di sekolahnya dan iming-iming latihan senam di balai desa di kabupaten Kediri.

Saat itu Agus masih duduk di bangku SD. Sejak peristiwa itu, Agus mulai rutin menggeluti olahraga senam.

“Saya terjerumus.” Kata Agus sembari tertawa, seperti dilansir Antaranews.

“Habis itu kirain senam aerobic atau apa, eh, ternyata senam seperti ini. Ya sudah terjun saja daripada setengah-setengah," kenang Agus.

Hingga kelas lima SD, Agus belajar senam di sekolah ‘jebakan’ itu. Dia lantas pindah ke Gresik karena dilirik pelatih senam artistik, Indra Sibrani untuk mengikuti program pembibitan atlet di Jawa Timur.

“Saya dipanggil sampai sekarang,” kata Agus yang menjalani SEA Games pertamanya pada 2017 itu.

Agus terus menorehkan prestasi di berbagai ajang kejuaraan, prestasi tertinggi Agus diraih saat Asian Games 2018 Jakarta-Palembang dimana dia finis peringkat tiga, setelah Shek Wai Hung dari Hong Kong dan Kim Han-Sol asal Korea, untuk merebut perunggu.

Keberhasilan meraih medali emas SEA Games 2019 sendiri ternyata menjadi persembahan terakhir atlet berusia 30 tahun itu untuk Indonesia pada ajang kejuaraan dua tahunan tersebut.

Penulis: Reynold Atagoran.