INDOSPORT.COM - Dalam drama Korea (drakor) Reply 1988 ditampilkan sepenggal momen Olimpiade Seoul yang sangat bersejarah bagi dunia olahraga Indonesia.
Medio 2015-2016 lalu, salah satu stasiun televisi di Korea Selatan merilis sebuah drama berjudul Reply 1988. Drama yang berjumlah 20 episode ini dibintangi oleh nama-nama terkenal, sebut saja seperti Lee Hye-ri, Park Bo-gum, Ryu Jun-yeol, dan masih banyak lainnya.
Secara garis besar, Reply 1988 menceritakan kisah persahabatan cinta lima orang teman yang bernuansa Korea Selatan di tahun 1988 silam. Selama menonton drakor ini, penonton akan disajikan kisah keluarga yang lucu, sedih, emosi, dan membangkitkan nostalgia.
Terlepas dari kisah-kisah tersebut, ada salah satu bagian dari drakor Reply 1988 yang cukup menarik untuk dibahas, tepatnya di episode pertama, yang menceritakan momen ketika Korea Selatan menjadi tuan rumah perhelatan Olimpiade 1988.
Di episode pertama itu diceritakan bahwa karakter utama wanitanya, Sung Duk-seon yang diperankan oleh Lee Hye-ri terpilih menjadi salah satu panitia, tepatnya menjadi petugas wanita yang membawa papan nama negara peserta di acara opening.
Semula, ia ditugaskan untuk membawa papan nama negara Madagaskar. Sayangnya, Madagaskar batal ikut berpartisipasi di Olimpiade 1988. Beruntung, ia tetap bisa tampil menggantikan pembawa papan nama Uganda.
Sedikit mengenang, Olimpiade 1988 di Seoul Korea Selatan meruapakan salah satu event olahraga spektakuler di Asia. Korea Selatan menjadi negara asia kedua setelah Jepang yang sukses terpilih sebagai tuan rumah Olimpiade.
Korea Selatan sendiri terpilih lewat voting yang dilakukan IOC di Jerman Barat pada 30 September 1981. Negara asal tanaman Gingseng ini berhasil unggul 25 suara dari Jepang yang mengusulkan Nagoya sebagai venue Olimpiade 1988.
Sempat ada sedikit masalah jelang berlangsungnya Olimpiade 1988 di Seoul. Pasalnya, negara tetangga mereka, Korea Utara beserta aliansinya (Kuba, Ethiopia, dan Seychelles) tidak merespons undangan IOC. Meski begitu, berbeda dari 3 edisi Olimpiade sebelumnya, edisi 1988 ini lebih banyak dihadiri oleh peserta.
Tercatat ada kurang lebih 8.391 atlet (6.197 pria dan 2.194 wanita) yang bertanding dan berasal dari 159 negara peserta. Di antara 159 negara tersebut, ada satu yang mengganggap event ini begitu spesial, yakni Indonesia.
Mengapa spesial? Hal itu karena Olimpiade Seoul 1988 selamanya akan selalu dikenang sebagai bukti nyata Indonesia mulai bisa bersaing di bidang olahraga, sepanjang keikutsertaanya di Olimpiade sejak 1952 silam di Helsinki, Finlandia.
Dalam ajang Olimpiade Seoul 1988, Indonesia mengirimkan sebanyak 29 atlet untuk bersaing di 11 cabang olahraga berbeda, yakni atletik, tinju, anggar, berlayar, menembak, berenang, tenis meja, tenis lapangan, angkat baban, gulat, dan panahan.
Dari total 11 cabor tersebut, pada akhirnya hanya satu yang akhirya bisa membuat bangga seluruh bangsa Indonesia, sekaligus menjadi pembuka gerbang raihan medali wakil Tanah Air di setiap ajang Olimpiade. Cabor itu adalah panahan.
Digawangi oleh tiga orang pemanah, yakni Lilies Handayani, Nurfitriyana Saiman, dan Kusuma Wardhani, Indonesia berhasil menjadi kuda hitam di nomor beregu cabor panahan. Tiga wanita yang kelah dijuluki 3 Srikandi ini sukses bersaing dengan Prancis, Swedia, Jawa Barat, Inggris, dan Uni Soviet.
Torehan poin mereka saat itu memang sudah tidak memungkinkan untuk membawa pulang medali emas, lantaran poin wakil Korea Selatan selaku tuan rumah sudah tidak terkejar.
Meski begitu, Lilies, Nurfitriyana, dan Kusuma masih berpeluang untuk membawa pulang medali perak. Pesaing mereka saat itu hanya tinggal negara adikuasa, Amerika Serikat yang diwakili Deborah Ochs, Denise Parker, dan Melanie Skillman.
Sebuah moment menggetarkan hati pun terjadi. Pendukung Korea Selatan yang memenuhi venue Hwarang Archery Field tanpa dikomandai memberi dukungan untuk 3 Srikandi Indonesia.
Tambahan dukungan sebagai sesama wakil Asia itu ternyata berdampak bangkitnya moral Lilies, Nurfitriyana, dan Kusuma. Dengan total 952 poin, 3 Srikandi Indonesia itu sukses membawa pulang medali perak Olimpiade Seoul 1988.
Mereka bertiga pun selamanya akan selalu dicatat sebagai orang Indonesia pertama yang sukses membawa pulang medali Olimpiade ke Tanah Air.
Prestasi Lilies, Nurfitriyana, dan Kusuma itu sendiri seolah menjadi kunci pembuka gerbang raihan medali Indonesia dalam setiap Olimpiade selanjutnya. Terbukti dalam Olimpiade 1992 di Barcelona, Indonesia akhirnya meraih medali emas pertamanya lewat kemenangan Susi Susanti di cabor bulutangkis.
Bila dirunut sejak raihan medali perak 3 Srikandi di Olimpiade 1988, Indonesia sudah mengoleksi total 30 medali dengan rincian 7 emas, 10 perak, dan 13 perunggu.
Demikianlah kisah dari Olimpiade Seoul 1988. Sebuah event yang hanya jadi pemanis di sebuah drama Korea, tapi memiliki arti penting bagi tonggak prestasi olahraga Indonesia.