INDOSPORT.COM - Dua atlet Afganistan yakni Zakia Khudadadi dan Hossain Rasouli tengah dilanda kegundahan lantaran tidak bisa berpartisipasi di Paralimpiade Tokyo 2020.
Situasi kurang kondusif di negara mereka saat inilah yang membuat keduanya tidak dapat pergi ke Jepang. Hal tersebut diungkapkan langsung oleh Chef de Mission Komite Paralimpiade Afganistan yang berbasis di London, Arian Sadiqi.
Kepada Reuters, ia mengatakan bahwa Zakia Khudadadi dan Hossain Rasouli tidak bisa mengikuti Paralimpiade Tokyo, yang rencananya bakal mulai bergulir pada 24 Agustus mendatang.
“Sayangnya, akibat pergolakan saat ini yang terjadi di Afganistan, tim tidak dapat meninggalkan Kabul tepat waktu,” ucap Arian Sadiqi.
Seperti diketahui, belum lama ini dunia digegerkan dengan situasi memanas yang terjadi di ibu kota Afganistan, Kabul, usai diambil alih oleh pasukan Taliban.
Bahkan, huru-hara juga sempat terjadi di bandar udara di Kabul, di mana para warga berbondong-bondong ingin pergi dari negaranya.
Pasukan Amerika Serikat (AS) sendiri sudah mengambil alih bandar udara Kabul, tapi rentetan insiden mulai dari orang-orang yang mengejar pesawat, jatuh dari ketinggian saat pesawat lepas landas, sampai aksi penembakan, tidak dapat terelekkan.
Peristiwa ini pun tidak pelak sangat menarik perhatian masyarakat dunia, yang pastinya merasa simpati dan empati, serta turut miris dengan situasi yang tengah terjadi di Afganistan.
Bukan hanya soal insiden kemanusiaan, tragedi ini juga merenggut mimpi besar Zakia Khudadadi dan Hossain Rasouli untuk berlaga di Paralimpiade Tokyo 2020. Padahal, keduanya dijadwalkan sampai di Jepang pada 17 Agustus kemarin.
Sementara itu, Arian Sadiqi sendiri sejatinya bakal berangkat terlebih dahulu pada Senin lalu, namun agendanya jadi berantakan usai situasi yang memanas di Kabul.
Menurut pengakuan Sadiqi, Zakia Khudadadi dan Hossain Rasouli pun sudah berusaha semaksimal mungkin untuk mencari penerbangan agar bisa berangkat ke Jepang.
Akan tetapi, harga tiket melambung sangat tinggi setelah para tentara Taliban mulai menguasai banyak kota di Afganistan. Kondisi pun jadi tidak memungkinkan bagi dua atlet Paralimpiade Tokyo tersebut.