Kilas Balik Setahun Sanksi WADA: Gara-gara 2 Atlet Pakai Doping, Indonesia Kelimpungan

Kamis, 1 Desember 2022 14:45 WIB
Penulis: Martini | Editor: Indra Citra Sena
© Humas Kemenpora
Pemeriksaan Sesmenpora, Gatot S Dewa Broto oleh Satgas Anti Mafia Bola Indonesia. Kini Gatot menjabat sebagai Ketua IADO (Indonesia Anti-Doping Organization). Copyright: © Humas Kemenpora
Pemeriksaan Sesmenpora, Gatot S Dewa Broto oleh Satgas Anti Mafia Bola Indonesia. Kini Gatot menjabat sebagai Ketua IADO (Indonesia Anti-Doping Organization).
Bukan karena Doping

Menurut Raja Sapta Oktohari, sanksi yang diterima Indonesia dari WADA setahun lalu, bukan hanya karena ada atlet yang pakai doping, tapi karena Indonesia tak memiliki lembaga anti-doping yang profesional. 

"Yang penting bukan nangkepin orang pakai doping, tapi yang penting mensosialisasikan doping itu apa dan bagaimana," jelas Okto.

"Dulu kita diberi sanksi, masalahnya bukan doping, tapi Indonesia tidak punya lembaga anti-doping. Sekarang kita punya IADO yang sangat profesional yang dikelola timnya Pak Gatot," tambah Okto. 

"Saya secara pribadi, sebagai Ketua Satgas pada saat itu, maupun sebagai Ketua NOC Indonesia, paling berpekentingan terhadap profesinoalisme dari IADO," sambungnya.

Sementara itu, Ketua IADO, Gatot S. Dewa Broto mengungkapkan jika seminar akbar anti-doping yang digelar di Hotel Sultan ini merupakan yang pertama kali sejak 2006.

"Belajar dari kasus setahun lalu pada saat kena sanksi, kami berterima kasih kepada Pak Okto selaku Ketua Satgas Penanganan Sanksi WADA, harusnya kita dapat sanksi setahun, tapi bisa diperkecil jadi tiga bulan."

"Itu ternyata tidak semata-mata karena ada atlet atau banyak atlet yang kena doping. Sebenarnya hanya dua atlet yang terkena doping, tapi lebih karena good governance di Indonesia tidak rapih," ungkap Gatot.

"Seperti yang tadi disampaikan WADA, kita tidak patuh dengan aturan, dan komunikasi tidak rapih. Yang paling pokok adalah kewajiban-kewajiban WADA terpenuhi," tuntas Gatot.