TAFISA 2016, Ajang Tularkan Olahraga Tradisional ke Generasi Milenial
Setelah baru saja menggelar parhelatan Pekan Olahraga Nasional XIX di Jawa Barat pada 17 hingga 29 September 2016 lalu, di Indonesia kembali tersaji sebuah kompetisi multi-event bernama TAFISA World Games 2016.
Kompetisi ini pun mengambil tempat di Jakarta sebagai lokasi tempat berlangsungnya beberapa pertandingan, seperti kawasan wisata Ancol, JCC Senayan, dan Taman Mini Indonesia Indah.
Tercatat lebih dari 12 ribu peserta dari 110 negara telah terdaftar untuk mengikuti TAFISA 2016 ini. Kompetisi yang mengusung tema Unity In Diversity ini sendiri akan digelar sampai 12 Oktober 2016 mendatang.
Uniknya, TAFISA World Games ini bisa dibilang memiliki perbedaan dari ajang multi-event lainnya, semisal SEA Games ataupun Olimpiade yang baru saja selesai digelar di Brasil beberapa waktu lalu.
Salah satu perbedaan mendasar TAFISA World Games ini adalah cabang yang dipertandingkan dalam kompetisi ini adalah olahraga tradisional dan permainan yang berasal dari seluruh dunia, yang totalnya mencapai 54 cabang.
Di antaranya seperti kompetisi skateboard, egrang, barongsai, pencak silat, layang-layang dan berbagai olahraga tradisional lainnya. Selain itu, dalam kompetisi juga akan ditampilkan sejumlah pertandingan eSports yang tengah diminati banyak kalangan muda.
Selain data-data yang telah disebut barusan, INDOSPORT kini coba membahas lebih jauh mengenai seluk beluk dari TAFISA World Games.
1. Sejarah TAFISA World Games
Sesuai dengan namanya, TAFISA World Games merupakan salah satu event yang terbentuk di bawah naungan organisasi TAFISA (The Association For International Sport for All).
Pada mulanya TAFISA sendiri merupakan singkatan dari Trim And Fitness International Sport for All Association. Pendirian organisasi ini bermula dari perkumpulan orang-orang yang ingin mengembangkan olahraga masyarakat pada 1961 silam.
Banyak menuai respon positif, organisasi ini akhirnya semakin berkembang dan akhirnya memutuskan untuk menjadi sebuah badan resmi pada 1991. Kota Frankfurt, Jerman pun dipilih untuk menjadi tempat mereka mendaftarkan diri.
Setelah 14 tahun berdiri sebagai organisasi, barulah pada 2005, TAFISA akhirnya memiliki sebuah kantor yang berdiri di Jerman. Sejak saat itu, TAFISA semakin berkembang menjadi salah satu organisasi besar yang memiliki 270 anggota dari 150 negara.
Pada 2009, TAFISA resmi mengganti namanya menjadi The Association For International Sport for All. Pergantian nama itu pun diiringi dengan status keanggotan resmi yang mereka terima dari IOC (International Olympic Comittee).
Setiap empat tahun sekali, organisasi TAFISA mengadakan kongres untuk memilih presiden baru mereka. Prof. Ju-Ho Chang dari Korea Selatan pun terpilih menjadi Presiden TAFISA pada kongres yang terlaksana pada 25 Oktober 2013 lalu di Belanda.
2. Dari Jerman Sampai Indonesia
Meskipun ditunjuk menjadi tuan rumah TAFISA World Games (TWG) 2016, Indonesia bukanlah negara pertama yang mendapat kehormatan untuk menggelar ajang empat tahunan tersebut.
Pasalnya, TWG tercatat sudah enam kali digelar sejak pertama kali digelar pada 1992 silam. Kota Born di Jerman sendiri ditunjuk menjadi lokasi pertama digelarnya pargelaran TAFISA World Games tersebut.
Pada edisi kedua, ibukota Thailand, Bangkok ditunjuk menjadi tuan rumah pargelaran TWG 1996. Jerman kembali ditunjuk menjadi tuan rumah TWG pada 2000, hanya saja lokasinya tidak lagi di kota Bonn melainkan di Hannover.
Di edisi keempat TWG yang keempat pada 2004 lalu sebuah masalah muncul. Kota Montreal, Kanada yang pada 1999 ditunjuk menjadi tuan rumah dinilai tidak siap menjadi tuan rumah event yang seharusnya berlangsung pada 30 Juli hingga 8 Agustus 2004 itu. Hal tersebut pun membuat pargelaran TWG 2004 harus dibatalkan.
Empat tahun berselang, kota Busan di Korea Selatan ditunjuk menjadi tuan rumah TWG 2008. Lalu, pada 2012 giliran Lithuania yang ditunjuk menjadi negara penyelenggara TWG. Di dua negara tersebut,TWG mulai banyak dikenal karena menarik hingga 8 ribu peserta dari berbagai negara.
Dalam Kongres TAFISA ke-23 yang berlangsung di Antalya, Turki pada 2011 lalu, Indonesia mencalonkan diri sebagai tuan rumah TWG 2016. Saat itu, Indonesia bersaing ketat dengan Belanda yang juga mencalonkan diri.
Saat proses bidding, Indonesia ternyata mendapat perolehan suara terbanyak dan akhirnya terpilih secara resmi menjadi tuan rumah TWG 2016.
3. Habiskan Dana Rp 500 miliar
Layaknya tuan rumah sebuah pargelaran event olahraga, Indonesia jelas dituntut untuk dapat menyediakan sarana dan fasilitas yang memadai untuk para peserta TAFISA World Games 2016.
Sebelumnya, Ketua Federasi Olahraga Rekreasi Masyarakat Indonesia (Formi), Hayono Isman pernah menyatakan diperlukan dana sebesar Rp 700 miliar diperlukan untuk keberlangsungan acara.
Namun, pada awal 2016 lalu, Haryono mengumumkan bahwa penggunaan dana untuk penyelenggaraan TWG 2016 berkuran Rp 200 miliar menjadi Rp 500 miliar.
Berkurangnya dana tersebut tidak lepas dari penunjukan Ancol sebagai salah satu lokasi penyelenggaraan TWG 2016.
“Kita gunakan Ancol, tentu ini sangat menguntungkan untuk penghematan biaya. Di Ancol juga fasilitasnya memadai,” dalam komentarnya pada awak INDOSPORT pada Februari 2016 lalu.
4. Siap Cetak Tiga Rekor Dunia
Telah disebut sebelumnya pada ajang TAFISA World Games 2016 akan dihadirkan sejumlah pertandingan olahraga dan permainan tradisional yang ada di seluruh dunia.
Namun, ada yang sedikit berbeda di ajang TWG 2016 yang berlangsung di Indonesia. Pasalnya, pihak penyelenggara berencana melakukan kegiatan yang bisa memecahkan rekor dunia.
Rekor tersebut di antaranya adalah rekor berjalan di atas egrang dengan peserta terbanyak. Sebelumnya rekor ini dipegang oleh Belanda pada 16 September 2011 lalu dengan total 959 orang yang memainkan engrang secara bersamaan.
Egrang atau jangkungan adalah galah atau tongkat yang digunakan seseorang agar bisa berdiri dalam jarak tertentu di atas tanah. Egrang di Indonesia biasa dimainkan ataupun dilombakan saat peringatan Proklamasi Kemerdekaan Indonesia, 17 Agustus.
Rencananya, di TWG 2016 nanti rekor itu akan dipecahkan dengan target peserta mencapai 2600 orang yang memainkan egrang secara bersamaan.
Rekor kedua yang rencananya akan dipecahkan adalah melakukan senam Zumba asal Kolombia dengan peserta terbanyak, yakni dengan peserta mencapai 13 ribu orang.
Sebelumnya, Filipina merupakan pemegang rekor peserta Zumba terbanyak dengan total 12.975 peserta pada 19 Juli 2016 lalu.
Selain berusaha memecahkan kedua rekor dunia tersebut, di TWG 2016 nanti rencananya juga akan dibuat sebuah rekor penerbangan layang-layang daun dengan peserta terbanyak.