x

Peparnas Jabar 2016, Momentum Perlakuan Setara Bagi Kaum Difabel di Arena Olahraga

Jumat, 11 November 2016 15:00 WIB
Penulis: Lanjar Wiratri | Editor: Galih Prasetyo
Atlet angkat besi di perhelatan Peparnas Jabar 2016

Jawa Barat berkesempatan menjadi tuan rumah ajang Peparnas XV pada 2016 lalu, usai menggelar hajatan PON XIX sebelumnya. Berbeda dengan PON, Peparnas lebih istimewa karena melibatkan para atlet difabel dengan kebutuhan khusus yang tentunya memiliki kelebihan dalam bidang olahraga yang mereka geluti.

Pekan Paralimpiade Nasional XV/2016 adalah ajang olahraga nasional utama untuk penyandang disabilitas di Bandung, Jawa Barat, dari tanggal 15 sampai 24 Oktober 2016. Sebanyak 13 cabang olahraga akan dipertandingkan lebih banyak dari Peparnas XIV yang mempertandingkan 11 cabang olahraga.

Jawa Barat terpilih sebagai tuan rumah pada Rapat anggota Komite Olahraga Nasional Indonesia (KONI) 2010 di Jakarta pada tanggal 27 April 2010. Bandung terakhir kali menjadi tuan rumah Pekan Paralimpiade Nasional pada tahun 1998, dan pertama kalinya sejak tahun 1998, Pekan Paralimpiade Nasional berlangsung di Pulau Jawa.

Peparnas sekaligus menjadi ajang pembuktian kesetaraan bagi para penyandang cacat yang tak kalah berprestasi di bidang olahraga. Dengan segala keterbatasannya, mereka sukses menunjukkan jika cacat dan kekurangan bukanlah halangan untuk berprestasi sebagai atlet.

Peparnas merupakan tangga awal bagi para atlet difabel Indonesia yang berprestasi untuk melangkah lebih jauh. Mereka nantinya akan dipersiapkan untuk mengikuti ajang olahraga internasional lainnya di level Asia Tenggara, Asia, bahkan hingga tingkat dunia.

Perjuangan mengharukan para atlet difabel di ajang Peparnas Jabar 2016 tentunya sangat luar biasa meskipun tentunya beberapa perbaikan di ajang Peparnas selanjutnya perlu dilakukan agar presatsi atlet difabel Tanah Air dapat melesat ke level dunia.

Berikut INDOSPORT memberikan sekilas ulasan mengenai penyelenggaraan Peparnas Jabar 2016. Termasuk berbagai kekurangan dan masukan untuk gelaran Peparnas Jabar 2016.


1. Sejarah Peparnas

Presiden Jokowi jamu atlet paralimpiade di Istana Merdeka, Jakarta.

Pekan Paralimpiade Nasional atau Pekan Paralimpik Indonesia (Peparnas) adalah suatu ajang kompetisi yang menyerupai Pekan Olahraga Nasional (PON) bagi atlet penyandang disabilitas Indonesia. Perbedaan PON dan Peparnas terletak pada pembagian kelas dan teknis pertandingan, dimana atlet dikelompokkan berdasarkan kondisi fisiknya.

Dulunya, Peparnas disebut Pekan Olahraga Cacat Nasional (Porcanas), namun kemudian kata 'cacat' diganti dengan kata 'paralimpiade' seiring perkembangan yang terjadi di dalam organisasi Badan Pembina Olahraga Cacat (BPOC) Indonesia.

Peparnas pertama kali dihelat pada tahun 1957 di Surakarta, Jawa Tengah, dan dalam beberapa tahun terakhir Peparnas rutin digelar selepas ajang PON. Seperti halnya ajang Paralimpiade yang digelar usai pesta olahraga dunia, Olimpiade, Peparnas menjadi bukti jika atlet difabel juga mendapatkan kesempatan besar untuk berprestasi di bidang olahraga.

Atlet penyandang cacat, baik tuna netra, tuna daksa, tuna grahita, dan tuna rungu wicara, dipersilakan untuk turut serta dalam ajang Peparnas.


2. Jawa Barat sebagai tuan rumah Peparnas 2016

Atlet angkat besi di perhelatan Peparnas Jabar 2016.

Jawa Barat menggelar dua hajatan olahraga level nasional terbesar, yakni PON Jabar 2016 dan Peparnas Jabar 2016. Jelang pembukaan Peparnas, Sekretaris Umum PB PON XIX dan Peparnas XV 2016, Ahmad Hadadi, menjanjikan agar ajang empat tahunan tersebut dapat berlangsung setara atau bahkan lebih baik ketimbang PON.

Meskipun dianggap kurang seksi, namun Peparnas dikemas sedemikian rupa sejak pembukaan hingga penutupan agar dapat berlangsung sama meriahnya dengan PON. Selain itu, fasilitas isitmewa juga akan diberikan lebih bagi para atlet difabel yang memiliki kebutuhan khusus, berbeda dengan atlet normal.

"Khusus untuk Peparnas, semua biaya akomodasi dan transportasi akan kami tanggung. Bahkan, kami juga akan menyediakan fasilitas luar biasa. Jika penjemputan kontingen PON hanya di Bandung, khusus untuk Peparnas, kami jemput langsung dari Bandara Soekarno-Hatta, Banten," janji Hadadi.

Anggaran sebesar Rp35 miliar dikucurkan Kemenpora untuk penyelenggaraan Peparnas 2016. Tentunya jumlah anggaran tersebut sangat jauh dibandingkan dengan anggaran PON yang menelan dana hingga Rp90 miliar.

Ketua Umum Panitia Besar (PB) PON XIX dan Peparnas XV 2016, Ahmad Heryawan mengungkapkan  jika tak ada perbedaan perlakuan untuk gelaran PON dan Pepararnas. Meskipun beberapa pihak menyebut jika kemeriahan Peparnas jauh berbeda dengan PON.

"Dana tidak dibedakan, semua keseluruhan, tapi memang secara fasilitas lebih banyak untuk Peparnas karena untuk menyamanan para atlet difabel," ujar Ahmad Heryawan beberapa waktu lalu, di Stadion Siliwangi, Kota Bandung. 

Sejak upacara pembukaan, panitia memang berusaha membuat ajang Peparnas Jabar 2016 tak kalah gegap gempita jika dibandingkan dengan PON Jabar 2016. Kembang api dan prosesi mengharukan mewarnai Upacara pembukaan Peparnas Jabar 2016.

Tak sampai di situ, panitia pun berusaha untuk membuat setiap pertandingan di ajang Peparnas Jabar 2016 selalu ramai disaksikan para penonton. Anak sekolah dilibatkan sebagai tamu undangan. Mereka memberi semnangat dengan meneriakkan yel-yel yang sebagian besar ditujukan untuk kontingen Jawa Barat.


3. Peparnas jadi ajang kesetaraan bagi kaum difabel

Acara pembukaan Peparnas XV/2016 di Stadion Siliwangi, Kota Bandung, Jawa Barat.

Menteri Sosial (Mensos), Khofifah Indah Parawansa menyebut Peparnas menjadi jalan pembuka untuk perlakukan setara bagi para kaum difabel. Untuk urusan bonus, Khofifa juga mengharapkan agar tak ada perbedaan reward antara atlet normal dengan atlet difabel.

"Saya sudah meminta kesetaraan perlakuan dan prestasi untuk olahragawan difabel dan hari ini saya memohon kepada gubernur Jawa Barat dan seluruh pemerintah daerah lainnya," ujar Khofifah saat penutupan Peparnas XV/2016 di Stadion Siliwangi, Kota Bandung, Jawa Barat, Senin (24/10/16). 

tak sekadar untuk atlet, Mensos juga mengharaoan agar ke depannya perlakuan setara tak hanya mencakup para atlet difabel semata, namun secara luas bagi kaum difabel di seluruh Indonesia. Ia menyebut kesetaraan perlakuan dan pemenuhan hak-hak menjadi mandat dari RUU Nomor 8 Tahun 2016 tentang Penyandang Disabilitas. 

Hal senada disampaikan Wakil Gubernur Jawa Barat yang juga Wakil Ketua PB Peparnas XV/2016 Deddy Mizwar. Deddy menyebut bonus setara bagi atlet dan atlet normal dapat diwujudkan jika anggaran tiap-tiap daerah mampu mengakomodasi hal tersebut.

"Yang penting bagaimana kita bisa menghargai selayaknya bagi atlet berprestasi. Jangan sampai terlihat upaya dan kerja sama mereka tidak diapresiasi oleh kita," ujar Deddy Mizwar.

“Makanya di Jawa Barat kalau ada keluarganya atlet yang berprestasi kita beri beasiswa. Ini merupakan bentuk penghargaan kita kepada mereka," tambah Wakil Gubernur yang juga aktor kawakan tersebut.


4. Kritik dan masukan INDOSPORT

Acara pembukaan Peparnas XV/2016 di Stadion Siliwangi, Kota Bandung, Jawa Barat.

Beberapa atlet dan perwakilan kontingen mengeluhkan mengenai klasifikasi kecacatan yang terkadang tak imbang saat gelaran Peparnas Jabar 2016.  Atlet difabel cabang olahraga bulutangkis asal Jawa Tengah, Suryo Nugroho meminta klasifikasi pemain diperketat agar lawan dalam bertanding memang seimbang dari segi keterbatasan yang dimiliki.

Penyelenggaraan Peparnas XV bagus tapi klasifikasi harus lebih diperketat. Benar-benar harus sama rata," kata Suryo.

Hal ini dikritisinya seusai ditaklukan atlet Jabar, Dheva Anrimusthi pada pertandingan final Pekan Paralimpik Nasional (Peparnas) XV. Menurutnya lawannya itu tidak sepadan dengan kecacatan tangan yang dimilikinya akibat amputasi pasca kecelakaan tunggal yang dialaminya.

Hal senada disampaikan oleh kontingen Papua yang juga mengikuti Peparnas Jabar 2016. Pelatih atlet atletik Papua Efrem Halipo mengungkapkan ada beberapa hal yang kurang terutama mengenai klasifikasi pertandingan. 

“Kami merasakan sekali klasifikasi selama pertandingan Peparnas berlangsung ada yang tidak adil,” ujar Efrem usai penutupan Peparnas XV/2016 di Stadion Siliwangi. Dia menyatakan, atlet atletik dari Papua merasakan hal tersebut dalam pertandingan lari di cabor atletik. 

Menteri Pemuda dan Olahraga, Imam Nahrawi, pun menjanikan jika di gelaran Peparnas selanjutnya, klasifikasi kecacatan para atlet di ajang tersebt akan semakin diperketat. Hal tersebut guna menciptakan atmosfer fair play dalam pertandingan.

“Setelah Peparnas ini tentunya kita akan memunculkan ide baru dan kebijakan baru (terkait klasifikasi), sama seperti PON lalu,” ujar Imam.

Selain soal klasifikasi kecacatan, INDOSPORT juga menyoroti mengenai ketersediaan atlet difabel yang mengikuti ajang Peparnas Jabar 2016. Sebagai informasi, tuan rumah, Jawa Barat, menjadi penyumbang atlet dengan presentase yang cukup besar, yakni  40 persen.

Jabar pun sukses keluar sebagai juara umum Peparnas XV 2016, setelah sebelumnya mereka juga berhasil menyabet gelar juara PON Jabar 2016. Berbanding terbalik dengan Jawa Barat yang secara infrastruktur lebih maju, dan tentunya dana melimpah, provinsi lain seperti Papua, justru mengeluhkan kekurangan atlet di ajang Peparnas Jabar 2016.

Pelatih atletik Kontingen Papua, Phlipus Pamanggofi, menyebut jika cabor atletik Papua masih mengalami kesulitan untuk menemukan bibit-bibit baru atlet karena dana yang terbatas.

"Kekurangan di atlet putri. Sebetulnya potensi (atlet) di Papua banyak, tapi selama ini kami kekurangan dana untuk mencari bibit. Tapi Pemprov Papua selama ini banyak bantu," ujarnya.

Menpora Imam Nahrawi pun berharap agar ke depannya National Paralympic Committee Indonesia (NPCI) mampu bergerak lebih aktif untuk mencari para atlet muda difabel di daerah-daerah. Keberlangsungan dan regenerasi tentu dibutuhkan karena prestasi para atlet difabel Indonesia di ajang Paralimpiade belum terangkat.

“Yang terpenting adalah kaderisasi NPCI untuk turun langsung ke daerah-daerah untuk mencari atlet-atlet muda, guru-guru olahraga juga harus dilibatkan dalam hal tersebut,” jelas Imam.

Kementerian Pemuda dan Olahraga (Kemenpora)Imam NahrawiMenporaAtlet DisabilitasCritic SportPeparnas Jabar 2016PB Peparnas

Berita Terkini