x

Biar Lebih Merakyat, Sebaiknya Debat Cagub DKI Digelar di Tiga Arena Olahraga Bersejarah Ini Saja

Kamis, 26 Januari 2017 14:13 WIB
Editor: Ahmad Priobudiyono

Kabarnya, acara debat kedua yang bakal digelar pada Jumat (27/01/17) akan kembali mengambil lokasi yang sama seperti pada acara debat pertama, yaitu di sebuah hotel berbintang empat di daerah Jakarta Selatan bernama Hotel Bidakara.

Seperti pada debat sebelumnya, debat Calon Gubernur DKI kali ini juga akan disiarkan secara langsung oleh beberapa stasiun televisi di Tanah Air. KPUD DKI kabarnya telah bekerja sama dengan tiga stasiun televisi penyelenggara, yakni Metro TV, MNC, dan TVRI.

Rencananya, debat kali ini masih akan dipandu oleh seorang presenter cantik yang telah malang melintang di beberapa stasiun televisi Tanah Air. Jika pada debat sebelumnya dipandu oleh Ira Koesno, maka debat kali ini akan dipandu oleh Tina Talisa.

Jika berkaca pada debat sebelumnya, debat yang diikuti oleh ketiga pasangan calon, yakni Agus Harimurti Yudhoyono-Sylviana Murni, Basuki Tjahaja Purnama-Djarot Saiful Hidayat, Anies Rasyid Baswedan-Sandiaga Salahuddin Uno terkesan kurang merakyat, karena digelar di hotel berbintang yang kurang mencerminkan keberpihakan kepada masyarakat kecil.

Padahal hampir dalam setiap kampanye politiknya, ketiga pasangan calon tersebut selalu menyuarakan keprihatinan mereka terhadap nasib masyarakat kecil, bahkan kerap blusukan ke gang-gang sempit di beberapa sudut wilayah ibu kota.  

Di tambah lagi, pada depat pertama, suasana debat justru lebih terkesan khusuk layaknya acara peribadatan ketimbang acara debat. Pasalnya, tiap pasangan calon hanya boleh membawa 100 orang pendukung. 

Pertanyaannya, apakah tidak lebih seru jika debat antar calon pemimpin itu digelar di tempat yang lebih bisa mendekatkan ketiga pasangan calon tersebut dengan rakyat yang akan dipimpinnya?

Jika mengacu pada tema yang akan diangkat, yakni reformasi birokrasi, pelayanan publik, dan penataan kawasan perkotaan, elok rasanya apabila debat digelar di salah satu dari tiga arena olahraga bersejarah yang berhasil terangkum oleh redaksi INDOSPORT berikut.


1. Lapangan Petojo (Stadion VIJ)

Stadion VIJ (Lapangan Petojo).

Stadion yang telah hadir sejak tahun 1928 ini tentunya sudah akrab di hati masyarakat Kota Jakarta. Bagaimana tidak, stadion yang letaknya tidak jauh dari Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Tarakan ini merupakan salah satu stadion bersejarah bagi olahraga sepakbola di Jakarta.

Sejarah mencatat bahwa stadion ini pernah menjadi sarana berlatih persatuan sepakbola di Jakarta, yaitu Voetbalbond Indonesische Jacatra (VIJ).

Data menyebutkan, jika stadion ini merupakan cikal bakal lahirnya Persatuan Sepakbola Jakarta (Persija), meski ada yang mengatakan stadion ini cuma sekadar sarana berlatih bagi tim berjuluk Macan Kemayoran sebelum Stadion Menteng dibangun.

Ada juga yang menyebut stadion ini awalnya merupakan arena tanding sepakbola untuk penggalangan dana korban kebakaran di Gang Bunder, dan ada juga yang mengatakan jika stadion ini merupakan tanah milik tokoh pahlawan bangsa, Mohammad Husni Thamrin yang dihibahkan sebagai sarana olahraga pribumi Indonesia.


Stadion VIJ (Lapangan Petojo) yang kerap ditengarai sebagai cikal bakal berdirinya klub ibu kota, Persija Jakarta.

Jika mengacu pada beberapa cerita sejarah tersebut di atas, stadion yang telah beberapa kali direnovasi akibat banjir ini sepertinya layak untuk dijadikan tempat beradu debat bagi tiga pasangan Cagub DKI.

Apalagi pada masa kampanye lalu, ketiga calon pasangan calon itu santer meneriakkan ingin membangun stadion megah sebagai sarana olahraga yang representatif bagi penduduk Jakarta. Selain juga melantunkan iming-iming memajukan prestasi olahraga Jakarta dengan fasilitas pendukung yang baik.

Selain itu, stadion yang mengalami perubahan besar pada tahun 2013 ini juga bisa menampung 500 orang penonton dan dilengkapi dengan sarana ibadah, toilet umum, serta lapangan parkir yang memadai.

Biaya sewanya pun murah, hanya sekitar Rp150.000 per 1,5 jam. Selain itu, letaknya yang tidak berjauhan dengan pusat kota terbilang mudah dijangkau baik dengan kendaraan umum ataupun kendaraan pribadi.

Jika menggunakan fasilitas bus Transjakarta, ketiga Cagub dan para pendukungnya bisa turun di Shelter RS Tarakan dan berjalan kaki ke lokasi stadion.


2. Gelanggang Olahraga (GOR) Bulungan

GOR Bulungan - Jakarta Selatan.

Gelanggang Olahraga (GOR) Bulungan terbilang sebagai arena olahraga yang memiliki nilai sejarah tinggi, tidak hanya bagi masyarakat Jakarta, melainkan bagi warga negara Indonesia.

Sejarah menyebutkan bahwa GOR yang mulai dibangun pada tanggal 25 Juni 1969 ini merupakan Gelanggan Olahraga pertama yang dimiliki oleh Indonesia. GOR yang terletak di Jalan Raya Bulungan, Jakarta Selatan ini diresmikan oleh Gubernur legendaris DKI Jakarta, Ali Sadikin pada tanggal 16 April 1970.

Menariknya lagi, salah satu tujuan dari didirikannya arena olahraga ini pada saat itu adalah untuk mengurangi tingkat tawuran antar pelajar yang marak terjadi pada era 1970-an.


Ilustrasi tawuran pelajar di Jakarta tempo dulu yang mendorong pendirian GOR Bulungan oleh Gubernur Ali Sadikin.

Ali Sadikin pada saat itu berharap, dengan didirikannya sarana olahraga yang representatif bisa mengalihkan hobi tawuran yang menjadi tren para pemuda dan remaja saat itu kepada aktivitas olahraga atau berkesenian yang bisa mendatangkan manfaat.

Bercermin pada semangat pendirian arena olahraga bersejarah sebagaimana tersebut di atas, GOR Bulungan juga layak untuk dijadikan sebagai tempat alternatif penyelenggaraan debat Cagub DKI.

Setidaknya, semangat tersebut bisa mengademkan suasana hati penduduk Jakarta yang belakangan dihangatkan oleh suhu persaingan politik yang terkesan semakin menjurus pada perpecahan.


3. Gelanggang Olahraga (GOR) Otista

Gelanggang Olahraga (GOR) Otista.

Seperti halnya Gelanggang Olahraga Bulungan, GOR Otista ini juga dibangun pada masa pemerintahan Gubernur legendari DKI Jakarta, Ali Sadikin pada sekitar tahun 1972-1975. 

Gelanggang olahraga yang di bangun di atas lahan seluas kurang lebih 1.575 meter persegi ini juga kerap disebut sebagai Gelanggang Remaja Jakarta Timur, karena kerap digunakan sebagai sarana kreativitas para remaja di wilayah tersebut.

GOR yang berlokasi tidak jauh dari Terminal Kampung Melayu ini terbilang sangat representatif untuk sarana olahraga, dan lebih tepat disebut sebagai kompleks olahraga. Pasalnya, GOR ini memiliki fasilitas olahraga yang lumayan lengkap, seperti arena kolam renang, tiga buah lapangan bulutangkis, dua buah lapangan voli, dan satu buah lapangan futsal.


GOR Otista kerap dijadikan sarana penampungan korban banjir Jakarta oleh warga sekitar.

Tapi yang paling menarik dari GOR Otista bagi masyarakat sekitarnya selain sebagai kompleks olahraga adalah fungsinya yang seketika bisa berubah ketika bencana banjir melanda. Masyarakat sekitar kerap menjadikannya sebagai barak pengungsian hingga banjir mereda.

Maka, jika melihat dari kondisi tersebut, wajar kiranya jika ketiga pasangan Cagub DKI beradu debat di tempat tersebut. Setidaknya, GOR Otista bisa mengingatkan bahwa banjir merupakan tugas dan pekerjaan rumah paling besar yang pasti akan dihadapi oleh siapa pun pemimpin DKI yang terpilih nantinya.

Bagaimana sobat INDOSPORT? Setujukah Anda jika Debat Pasangan Calon Pemimpin DKI di gelar di salah satu arena bersejarah tersebut di atas?

Basuki Tjahaja PurnamaSandiaga S. UnoDjarot Syaiful HidayatAgus Harimurti YudhoyonoAnies BaswedanPilkada DKI Jakarta

Berita Terkini