Profil Cabor Asian Para Games 2018: Atletik
INDOSPORT.COM – Usai Asian Games ke-18, Indonesia untuk kedua kalinya kembali mencatatkan sejarah di turnamen olahraga empat tahunan yakni, Asian Para Games 2018.
Indonesia sebagai tuan rumah di Asian Para Games ke-3 ini akan diadakan Jakarta mulai 6 -13 Oktober 2018. Di mana akan diikuti sebanyak 3.000 atlet dari 41 negara yang berpartisipasi dalam 18 cabang olahraga (cabor) paralimpiade.
Pada turnamen kali ini, Indonesia menaikkan targetnya dari peringkat 9 dengan sembilan medali emas, 11 medali perak dan 18 medali perunggu saat Asian Games 2014, menjadi peringkat 7 dan meraih 16 medali emas.
Pundi-pundi emas Indonesia berasal dari cabor atletik, badminton, angkat berat, renang dan tenis meja. Untuk atletik, sang tuan rumah menurunkan 45 atlet yang terdiri dari 28 putra dan 17 putri.
Negara Maritim ini menargetkan 2 medali emas, 3 medali perak, dan 5 medali perunggu dari 169 medali di 85 nomor yang diikuti. Cabor atletik akan dilaksanakan di Stadion Madya Gelora Bung Karno.
Atlet difabel Indonesia yang sudah mempersiapkan diri dengan mengikuti pelatihan nasional dengan ketat, membuat mereka diprediksi bisa membawa negara tercintanya akan ada di 7 besar perolehan medali Asian Para Games 2018 sesuai dengan yang ditargetkan oleh pemerintah.
1. Penjelasan Atletik di Asian Para Games 2018
Cabang olahraga para atletik telah menjadi bagian dari Paralimpiade sejak 1960. Dalam cabang olahraga ini, atlet disabilitas bertanding sesuai dengan kategori fisik masing-masing di setiap pertandingannya.
Atlet paralimpiade bisa menggunakan kursi roda, alat bantu buatan yang menyerupai bentuk bagian tubuh (prosthesis), dan bagi atlet dengan gangguan penglihatan akan menerima panduan dari pemandu.
Kategori olahraga yang dipertandingkan dalam cabor atletik adalah:
Kategori tracks: Sprint (100 m, 200 m, 400 m), jarak menengah (800 m, 1,500 m), jarak jauh (5,000 m, 10,000 m) dan lari estafet (4x100 m, 4x400 m)
Selain itu, juga ada kategori marathon, lompat tinggi, lompat jauh, lompat ganda, lempar lembing, penthalon, dan beberapa kategori lainnya.
Cara Bermain:
Atletik mengandalkan kemampuan gerakan tubuh mereka yakni lari, melompat, dan melempar. Atlet disabilitas bertanding sesuai dengan klasifikasi kemampuan masing-masing, seperti pada cabang lari, balap kursi roda, lompat dan lempar.
Para atlet juga dapat menggunakan alat bantu sesuai yang suda ditentukan dalam aturan World Para athletic. Kursi roda akan digunakan pada pertandingan lintasan dan lapangan. Kursi roda atletik dibuat sangat ringan. Bagi atlet dengan amputasi maka menggunakan alat bantu buatan (prostetik).
Untuk atlet dengan gangguan penglihatan telah disediakan penambat tali yang dihubungkan dengan pemandu. Pemandu suara disiapkan dalam cabang atletik lompatan dan lemparan.
2. Klasifikasi Atletik Asian Para Games
Atlet disabilitas memiliki tiga klasifikasi umum yakni Physical Impairment (PI) atau tuna daksa, Visual Impairment (VI) atau tuna netra dan Intelectual Impairment (II) atau tuna grahita. Pada masing-masing kategori memiliki nomor klasifikasi yang sesuai dengan kemampuan para atlet, T adalah singkatan dari Track atau jalur, dan F memiliki arti lapangan.
Kategori PI atau tuna daksa dalam cabor atletik yang dipertandingkan:
Kelas T/F 31â38: merupakan nomor untuk penyandang Cerebral Palsy, Stroke dan atau Cedera Otak
Kelas T/F 31: Atlet kursi roda, Race Runner untuk kategori track, dan lempar duduk untuk kategori lapangan.
Kelas T/F 32-34: Atlet kursi roda bagi penyandang hypertonia, ataxia, dan athetosis (gangguan syaraf atau otot)
Kelas T/F 35-38: Atlet dengan penyandang hypertonia, ataxia, dan athetosis tanpa kursi roda.
Kelas T/F 40-41: Khusus atlet perawakan pendek yang bermain di lapangan maupun track.
Kelas T/F 42-44: Berlaku untuk atlet track maupun lapangan yang memiliki kekurangan pada tubuh bagian bawah, perbedaan panjang kaki, kekurangan kekuatan otot kaki, dan tak menggunakan kaki prosthesis (alat buatan yang menyerupai bentuk bagian tubuh untuk menggantikan bagian tubuh tersebut yang hilang atau rusak)
Kelas T/F 45-47: Atlet yang bermain dijalur track maupun lapangan dengan kekurangan pada tubuh bagian atas, kekurangan kekuatan otot, atau kekurangan kemampuan bergerak.
Kelas T/F 51-54: Diperuntukkan bagi atlet kursi roda maupun lempar duduk dengan kekurangan fungsi tubuh, perbedaan panjang kaki, kekurangan fungsi gerak, dan kekurangan kekuatan otot.
Kelas T/F61-64: Diperuntukkan bagi atlet jalur maupun lapangan dengan kekurangan pada tubuh bagian bawah, perbedaan panjang kaki, dengan bantuan kaki prosthesis.
3. Klasifikasi Atletik Lainnya
Pada kategori VI untuk atlet tuna netra, yakni atlet yang mengalami penglihatan yang dipengaruhi oleh kerusakan pada struktur mata, melalui jalur optik, atau bagian dari penglihatan pengontrol otak (korteks visual), yang memiliki nomor klasifikasi T/F 11-13.
Atlet di kategori ini akan bersaing di salah satu dari tiga kelas olahraga di track dan lompatan (T11-13) dan lemparan (F11-13).
T/F11: Atlet ini memiliki ketajaman visual yang sangat rendah atau tidak ada persepsi cahaya.
T/F12: Atlet memiliki ketajaman visual yang lebih tinggi daripada atlet yang bersaing di kelas T/F11 atau bidang visual dengan radius kurang dari lima derajat.
T/F13: Atlet memiliki gangguan penglihatan paling rendah yang memenuhi syarat untuk Atletik IPC. Mereka memiliki ketajaman visual tertinggi atau bidang visual dengan radius kurang dari 20 derajat.
Di kategori II atau tuna grahita berada di klasifikasi T/F20
Atlet di kelas ini memiliki gangguan intelektual yang berdampak pa.da aktivitas berlari (400 m - marathon), melompat (lompat jauh dan lompat ganda) atau melempar (shot put).
Ada satu kelas olahraga untuk nomor lari dan melompat (T20) serta satu untuk acara lapangan (F20) dan atlet harus memenuhi MDC (Minimum Disability Criteria) khusus olahraga untuk masing-masing kategori (berlari, melompat atau melempar).
Terus Ikuti Berita Olahraga Asian Para Games 2018 Lainnya Hanya di INDOSPORT