x

Cara Menghilangkan Stigma Negatif eSports Menurut Ketua IESPA

Kamis, 15 Agustus 2019 18:44 WIB
Penulis: Prasetio Abdul Jabbar | Editor: Ivan Reinhard Manurung
logo IESPA. Foto: ligagame.tv

INDOSPORT.COM - Perkembangan dunia eSports memang luar biasa. Hal itu dapat dilihat dari banyaknya turnamen game eSports yang memiliki hadiah sangat besar.

Seperti The International 9 (TI9) milik Dota 2 yang behadiah total 32 Juta Dollar AS (Rp458 miliar). Lalu ada World Cup Fortnite yang berhadiah total 100 Juta Dollar AS, namun ternyata stigma negatif terhadap game masih cukup tinggi.

Untuk mengurangi stigma negatif ini sendiri memang membutuhkan waktu yang cukup panjang, dan juga harus didukung oleh semua kalangan, baik developer game, pemerintah, media dan berbagai stakeholder lainya.

Baca Juga

“Masalah stigma negatif sendiri adalah salah satu misi utama dari IESPA, oleh karena itu saya selalu meminta bantuan dari teman-teman media untuk membantu kami dengan cara memberitakan perkembangan eSports dengan baik.” Ujar Eddy Lim, ketua IESPA.

Dunia eSports memang memiliki masa depan namun itu harus didukung dengan pengembangan diberbagai aspek lainya. Baik dari sisi bisnis maupun dari atletnya.

“Kalau saya ditanya eSports ada masa depannya atau enggak? Ya enggak, karena kan yang menang cuma 3 dari ribuan peserta. Namun dunia eSports dapat memiliki masa depan bila didukung dengan pengembangan skill diberbagai bidang lainya, seperti event organizer, bisnis, dan juga pengembangan karakter si atlet,” lanjut Eddy Lim.

“Karakter yang baik dan bagus, bisa membuat mereka menjadi streamer yang sukses, seperti YouTuber yang ada saat ini, dimana mereka bukan hanya sekedar main game tapi mereka mengembangkan dirinya agar memiliki jiwa entertainment, sehingga dapat menarik viewer untuk menonton video yang ia buat,” sambung Eddy Lim.

Menurutnya hanya bermain game itu berbeda dengan dunia eSports, dan setelah selesai mengurus permasalahan stigma negatif mengenai dunia game baru kita dapat melangkah kedepan untuk menciptakan atlet-atlet kelas dunia.

Baca Juga

“Main game itu beda dengan berlatih di dunia eSports, kalua main game aja pasti bakal jadi stigma negatif dari orang tua. Ya main game sampai 8 jam gimana orang tua tidak marah kan, namun kalau berlatih itukan 2 jam aja sebenarnya sudah pusing, karena mereka memikirkan apa kesalahan, kekurangan dan strategi ke depanya” sambung Eddy.

“Dengan kerja samanya berbagai stakeholder seperti IESPA, teman-teman media, dan pemerintah di harapkan kita bisa menanamkan nilai-nilai positif dunia eSports seperti, kerja sama, sportifitas dan lainya. Setelah itu baru kita bicara soal bagaimana mengembangkan atlet eSports kelas dunia,” tutup Eddy Lim.

Multi-EventeSportsBerita TransferDota 2FortniteIndonesia Esport Association (IESPA)Eddy Lim

Berita Terkini