Jokowi Jilid II, Bisa Apa untuk Olahraga?
INDOSPORT.COM – Periode kedua Joko Widodo menjadi Presiden Indonesia perlu diawasi, terutama sektor olahraga yang masih punya banyak pekerjaan rumah.
Indonesia akan dipimpin oleh Presiden Joko Widodo (Jokowi) dan Wakil Presiden KH. Ma’ruf Amin untuk lima tahun ke depan atau periode 2019-2024.
Pemilihan Presiden (Pilpres) sudah dilakukan pada April lalu. Komisi Pemilihan Umum (KPU) menyatakan kalau pasangan nomor urut 1 Joko Widodo-Ma’ruf Amin menang dengan raihan 55,5 persen.
Nantinya Presiden dan Wakil Presiden periode 2019-2024 bakal dilantik secara resmi pada 20 Oktober 2019 mendatang. Dengan begitu babak baru Jokowi di periode keduanya ini diprediksi banyak pekerjaan rumah yang teramat besar.
Apalagi kalau bukan memenuhi janji-janji politiknya pada masa kampanye dulu. Selain itu sederet persoalan di periode pertamanya juga tampaknya masih terus dilanjutkan hingga selesai.
Di periode keduanya ini pasangan Joko Widodo-Ma’ruf Amin memiliki visi dan misi yang baru. Visinya adalah “Terwujudnya Indonesia maju yang berdaulat, mandiri, dan berkepribadian, berlandaskan gotong-royong”.
Sedangkan untuk misi pasangan Joko Widodo-Ma’ruf Amin berisikan sembilan poin mulai dari (1) peningkatan kualitas manusia Indonesia, (2) struktur ekonomi yang produktif, mandiri, dan berdaya saing, (3) pembangunan yang merata dan berkeadilan.
(4) Mencapai lingkungan hidup yang berkelanjutan, (5) kemajuan budaya yang mencerminkan kepribadian bangsa, (6) penegakan sistem hukum yang bebas korupsi, bermartabat, dan terpercaya.
(7) Perlindungan bagi segenap bangsa dan memberikan raas aman pada seluruh warga, (8) pengelolan pemerintah yang bersih, efektif, dan terpercaya, dan (9) sinergi pemerintah daerah dalam kerangka negara kesatuan.
Melihat apa yang dipaparkan oleh pasangan Joko Widodo-Ma’ruf Amin ternyata tak ada yang menyinggung sama sekali tentang masa depan dunia olahraga Indonesia.
Padahal dengan olahraga dapat menghasilkan prestasi yang nantinya bisa mengangkat harkat martabat sebuah bangsa di pentas internasional atau dunia.
Sebelumnya pada saat awal-awal debat capres-cawapres lalu antara pasangan nomor satu Joko Widodo-Ma’ruf Amin bersua pasangan nomor dua Prabowo Subianto-Sandiaga Uno tak membahas sisi olahraga.
Baru pada debat capres-cawapres kelima, pasangan Joko Widodo-Ma’ruf Amin menyinggung akan olahraga baru, yakni eSports. Jokowi-Ma’ruf berjanji bakal membagun infrastruktur digital untuk perkembangan eSports.
“Untuk itu, kita harus tanggap akan regulasi-regulasi yang baik. Menjadi pemain eSports yang profesional butuh fisik yang baik, latihan yang detail, hingga jadi atlet profesional dunia,” papar Jokowi, April 2019 lalu.
Akan tetapi tak ada bahasan lagi akan cabang olahraga lainnya yang sejauh ini sudah banyak mendulang berbagai prestasi paling bergengsi di pentas internasional.
Kala melakukan pidato kenegaraan 2019 (yang berlangsung tiap tahun) di depan Majelis Permusyawaratan Rakyat (MPR), Dewan Perwakilan Rakyat (DPR), dan Dewan Perwakilan Daerah (DPD) tak ada bahasan soal olahraga.
Isi pidato tersebut juga mendapat sorotan langsung oleh pengamat olahraga Indonesia Anton Sanjoyo. Dirinya menilai kalau memang belum ada niatan politik dari pemerintah untuk olahraga maju.
“Jadi prioritasnya (baru) skala ekonomi dan politik,” ujar Anton kepada INDOSPORT, Rabu (21/08/19).
Penghargaan yang Butuh Konsistensi
Dua tahun lalu, atlet tolak peluru putri Eki Febri Ekawati berhasil meraih medali emas di SEA Games 2017 Kuala Lumpur menjerit karena tak diperhatikan pemerintah.
Hal itu diketahui lewat unggahan di akun media social Instagram pribadi Eki Febri. Dalam unggahan tersebut dirinya menjelaskan kalau uang akomodasi belum dibayar sejak Januari hingga Agustus atau menjelang SEA Games 2017 selesai.
Selain insiden tadi, masih banyak sejumlah permasalahan ketika atlet hendak tampil di sebuah kejuaraan internasional. Hal ini membuat pemerintah harus segera berbenah.
Hal itu terlihat selepas perhelatan Asian Games dan Asian Para Games pada 2018 lalu, pemerintah tanpa ragu memberikan berbagai penghargaan mewah kepada para atlet yang berprestasi.
Mulai dari bonus yang mencapai miliaran rupiah, ditariknya atlet untuk menjadi Aparatur Sipil Negara (ASN), hingga beragam fasilitas usai membawa Indonesia finis diurutan ke-4 (31 emas, 24 perak, dan 43 perunggu).
Meski baru sekarang pemerintah mulai menyadari akan pentingnya kesejahteraan atlet untuk masa depan mereka. Akan tetapi hal tersebut belumlah terlambat demi dunia olahraga Indonesia.
Anggota Komisi X DPR RI Yayuk Basuki (fraksi PAN) pun menjelaskan meski sudah diberi penghargaan yang begitu besar tetapi masih ada tantangan ke depannya.
“Yang penting semua atlet-atlet ini jangan menjadi korban lagi, jangan sampai mereka terbengkalai, terkesampingkan, hingga tak terpakai lagi,” ujar Yayuk kepada awak redaksi berita olahraga INDOSPORT, Senin (12/08/19).
Pandangan lain juga datang dari atlet pencak silat wanita Indonesia Puspa Arumsari. Dirinya menilai kalau pemerintah sudah mau serius dalam dunia olahraga tetapi harus dilihat pula hal lainnya.
“Cuma ya itu tadi mau melihat konsistensinya apakah bisa terus-terus seperti itu (memberikan penghargaan setimpal) untuk memajukan olahraga di Indonesia atau hanya sebatas karena kita tuan rumah,” papar Puspa saat bercengkrama dengan INDOSPORT, Kamis (22/08/19).
Sarana dan Prasarana Pengaruhi Pengembangan Atlet
Terkait sarana dan prasarana latihan atlet, pemerintah Jokowi juga belum begitu peduli. Lantaran sederet cabang olahraga masih harus menumpang ke pihak swasta untuk berlatih.
Cabang olahraga seperti bulutangkis sampai saat ini masih dipegang oleh pihak swasta PB Djarum yang sanggup menyajikan sarana dan prasarana olahraga mumpuni
Lalu Padepokan Gajah Lampung yang bisa menghadirkan sarana dan prasarana latihan untuk angkat besi dan berat. Hal ini menunjukan kalau pemerintah belum memiliki sarana dan prasarana yang memadai.
Menurut anggota Komisi X DPR RI Ledia Hanifah (fraksi PKS) pembangunan sarana dan prasarana yang mumpuni untuk latihan atlet mesti ada kerja sama di setiap stakeholder.
“Jadi sarana dan prasarana olahraga itu sebenarnya harusnya kerja sama pusat dan daerah. Nah itu kan lagi-lagi akhirnya bikin road maps-nya harus jelas. Mana yang akan dibiayai oleh pusat mana yang akan dibiayai oleh daerah,” jelas Ledia kepada awak INDOSPORT, Kamis (22/08/19).
Sementara itu atlet pencak silat Puspa Arumsari menuturkan kalau sebenarnya sangat kasihan kepada cabang olahraga yang masih harus nyewa atau numpang untuk berlatih.
Puspa menambahkan kalau pemerintah katanya mau memajukan olahraga Indonesia ya maksudnya untuk pemerintah agar memperhatikan ke arah sana juga.
“Jangan meminta untuk kita harus gimana-gimana dulu kalau misalkan mereka sendiri belum ada perhatiannya untuk sarana dan prasarana,” jelas Puspa kepada INDOSPORT, Kamis (22/08/19).
Tentunya dari hal-hal barusan membuat pengembangan atlet muda atau belia sedikit terhambat. Sebab tempat untuk melakukan olahraga (sebelum menuju professional) hingga saat ini masih minim.
Melihat masih belum pedulinya pemerintah dalam mengembangkan olahraga agar terus berprestasi di tiap turnamennya terdiri dari banyak faktor yang harus dibenahi oleh pemerintah baru.
Fokus Olahraga di Periode Ke-2
Dengan melihat problematika olahraga di Indonesia menjadi tantangan berat bagi pemerintah Jokowi-Ma’ruf ke depannya. Apalagi tak ada visi-misi tentang olahraga.
Anggota Komisi X DPR RI Ledia Hanifah (fraksi PKS) menjelaskan kalau sebenarnya fokus olahraga untuk pemerintah baru ada tiga, yakni olahraga pendidikan, komunitas, dan prestasi.
“Nanti tinggal dijabarkan saja dari situ. Karena tak bisa prestasi doang kalau tak ada pembudayaan olahragannya. Kan ada targetnya gini salah satu mencapai bangsa Indonesia yang sehat salah satunya dari olahraga,” papar Ledia kepada INDOSPORT, Kamis (22/08/19).
Sedangkan bagi pengamat olahraga Anton Sanjoyo menjelaskan kalau pemerintah memang perlu disadarkan bahwa kalau mau menjadi bangsa yang unggul olahraganya harus unggul juga.
Sebab baginya ini semua bukan hanya tentang olahraga yang mengejar prestasi tetapi adapula olahraga yang menyangkut rekreasi dan juga untuk keluarga.
“Nah dari situlah sebetulnya muncul atlet-atlet berprestasi karena ada lapangan, karena ada ruang terbuka hijau yang dipakai oleh keluarga-keluarga. Kalau itu tidak ada, mana ada akan tercetak atlet,” jelas Anton kepada INDOSPORT, Rabu (21/08/19).