Bobrok, Media Filipina Bongkar Kejanggalan Aliran Dana SEA Games 2019
INDOSPORT.COM - Hajatan SEA Games 2019 di Filipina menyisakan banyak polemik. Ketidaksiapan penyelenggaraan menjadi topik perbincangan baru-baru ini, termasuk persoalan aliran dana yang menambah problem di ajang olahraga terbesar se-Asia Tenggara tersebut.
Melansir dari laman Rappler, Komite PHISGOC, Ramon Suzara, mengakui bahwa dana yang disediakan untuk menyelenggarakan SEA Games 2019 baru disetujui pada April silam. Sehingga, timnya kesulitan mengembangkan ajang dua tahunan tersebut dengan sempurna.
Aliran dana yang telat tersebut membuat venue perhelatan SEA Games 2019 Filipina tertunda. Setidaknya aliran dana yang terhitung masuk kurang lebih mencapai enam triliun peso (sekitar 1,6 kuadraliun Rupiah). Aliran dana yang masuk ini tidak hanya disubsidi oleh pemerintah.
Presiden Filipina sendiri, Rodrigo Duterte, mengungkapkan pada Juli 2019 silam bahwa ia menginginkan aliran dana yang diterima PHISGOC untuk SEA Games datan dari pemerintah dan bukan dari pihak lain.
Setidaknya alokasi dana yang diberikan saat itu hanya lima triliun peso. Disebutkan adanya aliran dana dari pihak lain membuat dana persiapan membengkak hingga enam triliun peso.
Jikal dibagi, dana enam triliun peso untuk perhelatan SEA Games 2019 terbagi dari tiga sumber, di mana setengahnya didapat dari Departemen Keuangan dan sisanya dari PHISGOC dan Komisi Olahraga Filipina.
Persoalan menjadi panjang kala melihat alokasi dana sebesar 1,5 triliun peso yang dikeluarkan PHISGOC untuk kebutuhan ajang dua tahunan tersebut.
Diketahui 32 persen dana tersebut dipakai untuk venue acara, upah atlet (4,8 persen), latihan dan workshop (6 persen), keamanan (8 persen), siaran turnamen (9 persen), dan lain-lain (28 persen).
Sebanyak 79 juta peso untuk makanan halal pun gagal dengan adanya suguhan makanan non-halal yang diterima timnas Indonesia U-23.
Hal ini menjadi sentilan tajam atas profesionalitas PHISGOC sebagai penyelenggara SEA Games 2019 Filipina. Selaku badan usaha swasta, mereka dianggap minim pengalaman dalam menyelenggarakan event olahraga berskala internasional.