3 'Bau Busuk' SEA Games 2023 Kamboja, Untungkan Tuan Rumah?
INDOSPORT.COM - Penyelenggaraan SEA Games 2023 Kamboja menuai banyak kontroversial yang dinilai publik menguntungkan tuan rumah.
Turnamen multi cabang olahraga (cabor), SEA Games 2023 di Kamboja telah memasuki hari ketiga penyelenggaraan sejak dimulai pada Jumat (05/05/23) hingga Rabu (17/05/23) mendatang.
Tuan rumah Kamboja saat ini memimpi dengan menjadi pemuncak klasemen medali SEA Games 2023. Per hari ini, Minggu (07/05/23), Kamboja telah mendulang 40 medali.
Terdiri dari 19 medali emas, 11 medali perak dan 10 medali perunggu. Diikuti oleh Indonesia di tempat kedua dengan perolehan 26 medali (8 emas, 7 perak dan 11 perunggu).
Emas kedelapan milik Indonesia dibukukan oleh Hendro dari cabor atletik. Hendro berhasil menang di nomor 20 km Jalan Cepat Putra.
Posisi Indonesia dibuntuti oleh Thailand di peringkat ketiga dengan perolehan 33 medali, terdiri dari 7 medali emas, 10 medali perak dan 16 medai perunggu.
Meski berjalan lancar, gelaran SEA Games 2023 bukan tanpa kritikan terutama melihat kiprah tuan rumah Kamboja yang sangat dominan.
Padahal seperti kita ketahui kalau Kamboja bukanlah sebuah negara dengan kekuatan olahraga yang kuat di kawasan Asia Tenggara.
Hal itu dibuktikan pada SEA Games edisi sebelumnya tahun 2019 di Filipina misalnya. Saat itu Kamboja hanya bisa membawa pulang 46 medali, masing-masing 4 medali emas, 6 medali perak dan 36 medali perunggu.
Kemudian di SEA Games 2021 Vietnam, perolehan medali Kamboja di ajang ini mulai meningkat. Mereka membawa pulang total 63 medali, masing-masing 9 emas, 13 perak dan 41 perunggu.
1. Daftar 'Bau Busuk' SEA Games 2023
Kendati ada peningkatan, Kamboja tetap finis pada dua edisi sebelumnya di peringkat ke-8, alias tak bisa mengalahkan negara-negara kuat seperti Indonesia, Thailand, Vietnam hingga Malaysia.
Namun kekuatan olahraga Kamboja secara tiba-tiba meningkat signifikan dalam dua tahun terakhir, hingga mereka bisa berbicara banyak di SEA Games 2023 dimana mereka menjadi tuan rumahnya.
Dengan memperoleh 19 medali emas dalam tiga hari awal penyelenggaraan. Tak heran kiprah negeri berjuluk Land of the Khmer itu mendapat cibiran dari publik khususnya di Indonesia.
Sebab publik menilai ajang SEA Games 2023 penuh kontroversial. Apa saja kontroversialnya itu? berikut kami jabarkan singkatnya:
Masuknya Cabor Tradisional
Sudah menjadi syarat umum di ajang SEA Games kalau tuan rumah penyelenggara boleh menambahkan beberapa cabang olahraga tradisional mereka untuk dipertandingkan.
Bagi negara tuan rumah, adanya cabor tradisional ini menjadi keuntungan untuk mendulang medali khususnya medali emas. Pencak silat misalnya, Indonesia berjaya di cabor ini pada SEA Games 2011 lalu saat menjadi tuan rumah.
Kala itu Merah Putih memperoleh sembilan emas, lima perak dan dua perunggu. Dengan jumlah itu, Indonesia menjadi juara umum di cabor pecak silat yang sempat terpuruk di SEA Games 2009.
Bukan hanya Indonesia, beberapa negara tuan rumah SEA Games juga banyak yang mendulang emas dari cabor tradisional mereka termasuk di Kamboja ini.
Dari 39 cabor yang dilombakan, terdapat beberapa cabor tradisional Kamboja yang dilombakan seperti Kun Bokator, tinju Kamboja (Kun Khmer) hingga Ouk Chakktrong, salah satu bentuk catur khas Kamboja.
Dua cabor tradisional Kamboja, Kun Bakator dan Kun Khmer mempunyai perolehan medali emas cukup banyak untuk diperebutkan, dengan total 39 emas, masing-masing 20 emas di Kun Bakator dan 19 emas di Kun Khmer.
Regulasi Aneh
SEA Games 2023 mengundang reaksi sentimen dari publik Indonesia, setelah tim balap sepeda Indonesia gagal menyapu bersih medali nomor Mountain Bike Cross Country Olympic putra.
Tiga pembalap Indonesia yang diturunkan yakni Feri Yudoyono, Zaenal Fanani, dan Ihza Muhammad sukses finis di posisi tiga tedepan.
Feri finis di posisi pertama dan meraih medali emas dengan waktu tempuh 1 jam 12 menit 51 detik.
Disusul oleh Zaenal Fanani di posisi kedua dengan catatan waktu 1 jam 12 menit 53 detik, sehingga berhak mendapat medali perak.
Adapun, Ihza Muhammad yang finis ketiga dengan waktu tempuh 1 jam 15 menit 06 detik untuk medali perunggu.
Akan tetapi terdapat keputusan yang mengejutkan dimana Indonesia gagal menyapu bersih medali di atas, emas, perak dan perunggu.
Sebab, Ihza harus merelakan medali perunggu kepada pebalap Kamboja, Khim Mengleong yang finis di urutan keempat lantaran terganjal regulasi.
Dalam regulasi South East Asian Games Federation (SEAGF) Pasal 37 poin c, dijelaskan bahwa satu NOC atau negara peserta dilarang memenangi lebih dari dua medali dalam satu nomor pertandingan.
2. Kinerja Wasit
Selain regulasi, faktor wasit bisa jadi penentu bagi Kamboja dalam meraih medali emas. Sebab di ajang ini keputusan sang pengadil di seluruh cabor berpotensi menguntungkan tuan rumah.
Di cabor sepak bola bahkan sudah terlihat kinerja wasit yang penuh kontroversial di laga Kamboja vs Timor Leste dalam pertandingan pertama Grup A SEA Games 2023.
Insiden itu terjadi di menit ke-60. Ketika itu Timor Leste sedang membangun serangan balik cepat, lewat aksi Mouzinho.
Lini belakang Kamboja tampak kewalahan untuk membendung, sehingga Mouzinho hanya tinggal berhadapan dengan kiper Kamboja, Reth Lyheng.
Akselerasi pemain tersebut membuat Reth Lyheng memutuskan keluar dari sarangnya untuk mengentikan Mouzinho, dengan cara menjatuhkan menggunakan dua tangannya.
Bagi seorang kiper memang sah-sah saja menghalau serangan lawan dengan kedua tangannya selama masih dalam area kotak penalti.
Tetapi hal itu tidak dilakukan Reth Lyheng yang menghalau serangan Mouzinho di luar kotak penalti dengan kedua tangannya.
Tetapi wasit Abdullah Jamali asal Kuwait tidak menganggap itu pelanggaran. Padahal terlihat jelas dalam tayangan ulang, kalau Reth Lyheng memblok bola dengan tangan di luar kotak penalti.
Para pemain Timor Leste pun melakukan protes keras dengan sikap wasit yang tidak memberikan tendangan bebas dan hukuman kartu untuk kiper Kamboja. Tuan rumah pun menang 4-0.