Silek Singo Barantai merupakan seni bela diri yang dimasukan dalam kategori silat. Keberadaannya sendiri telah ada semenjak sebelum kemerdekaan Republik Indonesia.
Meski telah ada sejak lama dan menjamurnya seni beladiri lainnya tak membuat Silek Singo Barantai pudar. Salah satu tempat yang tetap melestarikan silat Singo Barantai di Padang terdapat di Jalan M Yunus, Lubuk Lintah. Sasaran silat itu berdiri semenjak 18 April tahun 1998 silam.
Dijelaskan salah seorang pelatih silat Singo Barantai, Irwandi yang menjelaskan bahwa silat ini berasal dari aliran ‘Silat Pauah’. Aliran ‘Silat Pauah’ menurut silsilahnya merupakan aliran pencak silat yang digabung menjadi satu, dimana berguna dahulunya untuk untuk melawan para penjajah.
Sedangkan untuk namanya sendiri berasal dari nama salah seorang guru yang bergelar singo barantai yang memiliki arti maling budiman.
"Guru itu punya murid tiga orang, mereka mengembangkan silat singo barantai ini ada di Solok, Maninjau dan Padang. Kalau di Solok dan Maninjau namanya Sisingo Barantai kalau di Padang Singo Barantai," katanya di Padang.
Adapun jurus serang yang menjadi ciri khas dari Singo Barantai diantaranya juluk, sisik tangan dan kaki serta lantak bawah.
Dimana untuk juluk merupakan serangan yang menggunakan ujung jari, lalu sisik tangan, menyerang dengan bagian sisi tangan begitu pun dengan kaki. Sedangkan, lantak bawah merupakan serangan menggunakan tumit yang ditujukan ke ibu kaki.
Silat Singo Barantai yang diketuai oleh Zulhendri Ismet Rajo Bungsu ini juga telah terdaftar pada Ikatan Pencak Silat Indonesia (IPSI) sebagai silat tradisi. Irwandi mengakui untuk silat tradisi sangat rumit. Tak hanya sekedar teknik, Silat Tradisi juga kental akan mengenai rasa.
"Urang kareh (Orang Keras) ditunggu dengan lunak, urang lunak (Orang Lunaak) jangan dikerasi, Nan jauh (Yang Jauh) makanan kaki nan dakek (Yang Dekat) makanan tangan," tuturnya.
Semenjak berdiri pada tahun 1998, murid silat Singo Barantai ini terdiri dari berbagai golongan usia. Dari tahun ke tahunnya, selalu ada dilakukan regenerasi.
Saat ini, murid silat Singo Barantai berjumlah 30 orang yang berasal dari Murid Sekolah Dasar, mahasiswa sampai berkeluarga.
"Murid paling tua ada yang berumur 56 tahun," jelasnya.
Masalah jadwal latihan mereka berlatih setiap hari Senin, Rabu dan Sabtu malam. Untuk prestasi silat Singo Barantai pernah mengikuti kejuaraan silat tradisi se-Kota Padang, menjadi utusan Sumbar mengikuti festival pencak silat melayu se rumpun di Siak dan Pencak Silat Nusantara.
Perguruan Silat Singo Barantai ini juga pernah mendapatkan bantuan sebesar Rp 100 juta dari balai kajian sejarah tahun 2012. Dari bantuan tersebut, sasaran perguruan silat Singo Barantai bisa membuat tempat yang lebih baik.
"Dulu kita latihan di tanah sekarang sudah bisa menggunakan matras," sebutnya.
Perlu digarisbawahi, dalam latihan perguruan Singo Barantai menggunakan sistem kekeluargaan, dimana apabila ada yang ingin berlatih dipersilahkan. Pasalnya, menurutnya kalau diminta bayaran kepada murid yang ingin berlatih, tidak ada yang akan mau berlatih nantinya.
“Tetapi kalau ada yang berlebih tidak apa, kita terima. Kita membina pendidikan dan etika," ujarnya.