INDOSPORT.COM - Ajang tahunan Jakarta Marathon 2018 yang melibatkan empat pelari penderita HIV (ODHA) ditanggapi positif oleh Direktur Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Menular Langsung (P2PL) Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, Dr Wiendra Waworuntu.
Dalam konferensi pers yang dihelat di KeKini, Kamis (20/09/18), ia menjabarkan bahwa kini penderita HIV tak perlu takut lagi beraktivitas layaknya orang normal.
“HIV bukan lagi penyakit mematikan yang tidak ada obatnya. Jika orang mengetahui status HIV-nya sejak dini, mereka dapat mengikuti pengobatan antiretroviral (ARV) yang diberikan secara gratis oleh pemerintah,” ucap Wiendra.
Wiendra pun menyambut baik jika Jakarta Marathon 2018 pada Oktober mendatang akan melibatkan para pelari yang menderita HIV/AIDS.
“Ini memang salah satu kampanye Kemenkes bersama UNAIDS sejak 2017 lalu, yaitu meningkatkan kesadaran dan kepedulian masyarakat untuk melanjutkan pengobatan HIV,” tambahnya.
Dalam kesempatan tersebut, Direktur Badan PBB untuk AIDS (UNAIDS) Indonesia, Krittayawan Boonto, menyatakan juga turut mendukung sepenuhnya para penderita HIV yang akan berlari marathon, khususnya pelari full marathon 42 kilometer.
“Partisipasi pelari dalam Jakarta Marathon 2018 diharapkan dapat membuka wawasan masyarakat umum bahwa orang dengan HIV yang telah mengikuti pengobatan antiretroviral secara konsisten dapat tetap menjalani hidup sehat. Bahkan mereka dapat berpartisipasi dalam ajang olahraga terkemuka seperti Jakarta Marathon, tuturnya.
Demikian pula penderita HIV yang akan mengikuti marathon, Tri Eklas Eka Sampurno yang akan menuntaskan misinya untuk berlari 42 kilometer dalam ajang tersebut, menyatakan bahwa pengobatan ARV berperan penting dalam menjaga kebugaran tubuhnya.
“ARV menjadi hal yang sangat baik yang saya lakukan sekarang. Saya sempat berhenti konsumsi selama 2,5 tahun. Alasannya ya karena bosan, minum tiap hari. Tapi karena berhenti ini saya jadi menyadari kalau ARV memang jalan paling baik,” ucap pria yang akrab disapa Tesa ini.
“Persepsi masyarakat tentang HIV itu penderitanya diam di kasur, tinggal kulit, tulang, tapi faktanya tidak selalu begitu. Inilah contoh orang dengan HIV bisa beraktivitas normal,” tambahnya.
Tesa sendiri akan menjajal marathon sepanjang 42 kilometer. Selain Tesa, masih ada penderita HIV yang akan berlari marathon sepanjang 21 kilometer, yakni Sepi Maulana Ardiansyah dan Ade Fikran. Tak lupa, Eva Dewi sebagai penderita HIV wanita pun turut menjajal marathon sepanjang 10 kilometer.
Terus Ikuti Berita Sepak Bola dan Olahraga Lainnya di INDOSPORT
Penulis: Martini.