Sambut Asian Games 2018, Panjat Tebing Lakukan Test Event di Bandung
Indonesia terus mempersiapkan diri untuk ajang Asian Games 2018, salah satunya adalah menggelar test event untuk cabang olahraga panjat tebing. Event tersebut digelar sejak pada 6-10 September ini di Cikole, Bandung Barat, Jawa Barat dan diikuti oleh 176 peserta.
"Ini test event pertama dan yang ikut itu 176 peserta dari semua nomor. Tadinya ada rencana undang negara peserta Asian Games namun mereka tidak sempat mengirimkan atletnya karena lagi persiapan untuk kejuaraan Asian Championship," tutur Sekretaris Jenderal Federasi Panjat Tebing Indonesia (FPTI), Sapto Hardiono kepada INDOSPORT.
"Yang hadir saat ini ada juri dari luar seperti dari Malaysia maupun Singapura yang datang untuk membantu proses penilaian," sambungnya.
Lebih lanjut, Sekjen FPTI juga menjelaskan kalau tujuan dari diadakannya test event kali ini adalah untuk menerapkan simulasi pertandingan sebagai pembekalan bagi atlet, juri maupun panitia menuju Asian Games 2018.
- Nazar 'Gila' Indra Sjafri jika Timnas U-19 Lolos ke Piala Dunia
- Berikut 3 Cara Instan agar Indonesia Lolos ke Piala Dunia
- 5 Tim Besar Ini Terancam Gagal Tampil di Piala Dunia 2018
- Mbah Mijan: Timnas U-19 Bisa Kalahkan Filipina dan ke Piala Dunia
- Bukti Permainan Tiki-Taka Timnas U-19 di Piala AFF 2017
"Di sini kita mencoba untuk menerapkan pelaksanaan kompetisi baik dari juri, tata laksana, upacara dan sebagainya di mana kita lakukan sesuai prosedur Asian Games. Singkatnya kita adakan test event ini sebagai simulasi dan juga pengenalan pada atlet yang nantinya akan bertanding," ujar Sapto Hardiono.
Pada Asian Games 2018 mendatang, cabor panjat tebing akan dipertandingkan di Palembang, Sumatera Selatan. Karenanya pihak FPTI berencana kembali menggelar test even di tahun depan dengan alasan untuk menyesuaikan diri dengan venue yang sebenarnya.
"Tahun depan rencananya ada lagi test event untuk venue di Palembang, karena memang untuk Asian Games dilakukan di sana. Kalau yang sekarang di Jawa Barat bisa dibilang belum seratus persen dikarenakan kita harus menyesuaikan semua hal termasuk hal non teknis di lapangan," jelas Sekjen FPTI.
"Untuk peralatan tanding memang belum diajuin apa yang dibutuhkan, mungkin enam bulan sebelumnya tetapi untuk anggarannya sudah diajuin," tutupnya.
Test Event merupakan tahapan yang wajib dilakukan dalam perhelatan multievent seperti Asian Games. Namun, uji coba kali ini belum dapat dilakukan di venue panjat tebing Kompleks Stadion Jakabaring, Palembang yang bakal menjadi tempat pertadingan Asian Games 2018 karena masih dalam tahap pembangunan.
Test Event merupakan tahapan yang wajib dilakukan dalam perhelatan multievent seperti Asian Games, namun, uji coba kali ini belum dapat dilakukan di venue panjat tebing Komplek Stadion Jakabaring, Palembang yang bakal menjadi tempat pertadingan Asian Games 2018.
Sementara itu, pada test event Asian Games 2018 kali ini, pihak FPTI mempertandingkan sepuluh nomor putra dan putri, yaitu Lead, Boulder, Speed World Record, Speed Classic dan Speed World Record Team (Relay) putra dan putri.
Di sisi lain, menyikapi persiapan Indonesia sebagai tuan rumah Asian Games 2018, pengamat olahraga Fritz E. Simanjuntak menyatakan Indonesia harus bergerak cepat. Pasalnya saat ini hanya tersisa waktu 11 bulan lagi yang harus dimanfaatkan dengan baik.
"Dengan sisa waktu 11 bulan dan masalah klasik yang masih akan terjadi dalam Pelatnas sebagai persiapan atlet, Indonesia harus bergerak cepat terkait struktur, proses, dana, teknologi dan kepemimpinan," kata Fritz.
Fritz Simanjuntak juga menilai pemusatan latihan nasional (Pelatnas) seharusnya dikembalikan ke induk organisasi yang berada di bawah koordinasi Komite Olahraga Nasional (KONI) yang selama ini di bawah naungan Satuan Pelaksana Program Indonesia Emas (Satlak Prima).
Hal tersebut lantaran Satlak Prima menurutnya tidak bisa efektif karena terbentur masalah wewenang, pengelolaan anggaran dan fasilitas pemusatan latihan nasional.
"Jika kembali ke KONI, induk organisasi olahraga tersebut bisa mencari sponsor sendiri untuk mendukung pembiayaan Pelatnas seperti Olimpiade 1996 dan Olimpiade 2000 yang hampir seluruhnya dibiayai oleh sponsor," ujarnya.
"Jikapun Satlak Prima masih tetap ada, untuk efektivitas hendaknya diberi wewenang yang lebih besar termasuk pengelolaan anggaran, keterbatasan karena birokrasi dihilangkan dan personelnya harus lebih efisien," tutupnya.