Empat Skandal Lempar Handuk Terbesar Di Dunia Tinju
"Sejak lahir, Tinju sudah dikuasai gangster, bandar judi dan mafia. Jangan salahkan saya," kata promotor kontroversial Amerika Serikat, Don King, mengutip dari film biopik, Hand of Stone.
Ya, yang namanya olahraga tinju, memang identik dengan kontroversi. Mulai dari skandal pengaturan peringkat yang rentan dengan sogok menyogok, penggunaan doping, hingga yang paling parah adalah pengaturan hasil pertandingan.
Disebut paling parah karena seyogyanya para petarung menjunjung tinggi sifat-sifat gladiator era Romawi. Meski demikian, masih saja ada petinju yang dengan sengaja melempar handuk.
Mulai dari tuntutan ekonomi, hingga mencari jalan pintas menuju puncak, beberapa petinju akhirnya terpaksa melakukan kesepakatan dengan "setan".
Siapa saja mereka? Berikut berbagai peristiwa lempar handuk terbesar sepanjang sejarah, yang berhasil ditelusuri dan dirangkum INDOSPORT.
1. Harry Thomas
Harry Thomas sesungguhnya adalah petarung kelas berat tangguh di era 30-an. 32 dari 41 kemenangan sukses dicetak dengan KO.
Sayangnya, petinju yang lahir dengan nama Herman William Pontius itu lahir di eranya Joe Louis, yang membuat nama petinju Amerika Serikat ini tenggelam.
Merasa tak punya peluang, dirinya akhirnya menerima tawaran mafia olahraga, James Dougan Norris, untuk mengalah dalam pertarungan menghadapi juara Jerman, Max Schmeling.
"Saya tahu yang saya lakukan salah, tapi itu satu-satunya cara saya mendapatkan uang. Saya tidak punya uang dan terlilit hutang," ucap Thomas seperti dilansir dari Chicago Tribune.
Tak hanya sekali, Thomas juga terlibat kongkalikong saat bertarung melawan Tony Galento.
"Anda bisa mendapat uang dalam satu petarungan lebih banyak ketimbang anda bekerja di sawah seumur hidup," kata Thomas mengikuti kalimat Joe Jacobs, pria yang disebut-sebut sebagai makelar judi saat itu.
Untuk mengalah di pertarungan Schmeling, Thomas dijanjikan uang sebesar 65 ribu dolar AS, yang jika dikonversi saat ini mungkin bisa sekitar 1 juta dolar AS atau sekitar 13 miliar rupiah.
Sementara itu, untuk pertarungan menghadapi Galento, Thomas mendapat 15 ribu dolar AS atau sekitar 3 miliar rupiah saat ini.
2. Jake LaMotta
Petinju yang dijuluki Banteng Ngamuk itu adalah nama tenar di kelas menengah era akhir 40-an dan awal 50-an. Gayanya yang agresif dan tahan pukul membuat banyak petinju enggan bertarung dengannya.
Bagi LaMotta, pengukuhan diri sebagai juara dunia adalah hal yang penting. Sayang, keenganan para juara dunia untuk bertarung dengannya membuat petinju kelahiran 10 Juli 1922 tak memiliki kesempatan membuktikan dirinya.
Merasa frustasi, LaMotta akhirnya meminta bantuan dua mafia Amerika-Italia, Frankie Carbo dan Blinky Palermo. LaMotta bakal mendapat kesempatan menghadapi juara kelas menengah, Michael Cerdan, asalkan dirinya mau mengalah saat melawan Billy Fox.
Pertarungan pura-pura itu tak berjalan mulus. Baru ronde pertama, beberapa jab yang dilontarkan LaMotta sudah membuat Fox terhuyung.
"Saya sangat panik, saya bahkan harus menahannya agar tetap berdiri. Jika ada yang tidak tahu bahwa pertarungan itu dibuat-buat pasti sedang mabuk," ucap LaMotta seperti dilansir ESPN.com.
LaMotta berhasil "mengalah" pada ronde keempat, dan akhirnya mendapat kesempatan menghadapi Cerdan. LaMotta sukse mengalahkan Cerdan, dan menjadi penguasa kelas menengah.
Petinju yang baru meninggal pada 19 September lalu itu dikenal akan duel lima kalinya menghadapi petinju kulit hitam, Sugar Ray Robinson.
Skandal keterlibatan LaMotta dengan mafia terungkap setelah dirinya mengaku kepada FBI. Kisah perjuangan LaMotta tertuang dalam film tahun 1980 yang dibintangi Robert De Niro, Raging Bull.
3. Sonny Liston
Petinju yang lahir dengan nama Charles L "Sonny" Liston memang layak disebut petinju misterius. Hingga saat ini, tak ada yang mengetahui kapan tepatnya tanggal lahir petinju kelahiran Arkansas, Amerika Serikat itu.
Masa kecilnya dilalui dengan penuh kemiskinan. Demi bertahan hidup, Liston berteman dengan keluarga mafia, yang akhirnya membuka jalan dirinya menjadi juara dunia.
Usai merebut gelar juara dunia kelas berat dari Floyd Patterson, 25 September 1962, Liston mendapat tantangan dari petinju fenomenal, Muhammad Ali.
Pada pertarungan pertama menghadapi Ali, 25 Februari 1964, Liston sebenarnya lebih diunggulkan 7-1. Sebelum ronde ketujuh dimulai, secara mengejutkan Liston melempar handuk, dengan alasan cedera bahu.
Pertarungan ulang setahun berikutnya juga tak kalah kontroversial. Baru ronde pertama, Liston tiba-tiba terjatuh setelah Ali melepaskan "pukulan hantu".
Disebut hantu karena secara kasat mata, pukulan itu begitu cepat hingga hampir tidak terlihat. Para pengamat bahkan menilai pukulan itu sebenarnya hanya mencolek dagu Liston, dan Liston dengan sengaja menjatuhkan diri.
Liston ditemukan tewas di kamarnya pada lima tahun berikutnya. Rumor mengatakan Liston ingin mengaku telah sengaja mengalah saat melawan Ali, dan membuat para gangster terpaksa membungkamnya.
4. Thomas Williams
Nama Williams tercatat sebagai satu-satunya petinju era modern yang dipenjara akibat terlibat pengaturan hasil.
Awalnya, Williams diprediksi bakal menjadi salah satu bintang kelas berat era 90-an. Dirinya pernah menjadi sparring partner legenda kelas berat sekelas Lennox Lewis, Riddick Bowe dan Shannon Briggs.
Sayang, mentalnya yang kurang disiplin menjadikan bakat yang dimilikinya sia-sia. Merasa kariernya mandek, dirinya siap membuat kesepakatan apapun demi mendapat uang.
Dengan iming-iming 25 ribu dolar, pada 31 Maret 2000 dirinya sepakat untuk terbang ke Denmark, menghadapi Brian Nielsen. Petinju berjuluk Top Dawg itu diminta sengaja mengalah, demi membesarkan nama Nielsen sebelum bertemu Mike Tyson dan Evander Holyfield.
Williams terjatuh pada ronde ketiga. Skandal itu terkuak empat tahun berikutnya, dan Williams akhirnya mengaku, bahwa setengah dari 12 pertarungan yang dia jalani di Eropa, semuanya telah diatur.
Petinju kelahiran 30 Juni 1970 itu akhirnya harus mendekam di penjara selama lima tahun.