Tidak bisa dipungkiri, dalam beberapa tahun terakhir kompetisi balap Formula 1 mulai kehilangan pamornya. Terbukti dengan semakin minimnya jumlah penonton yang datang langsung ke sirkuit untuk melihat balapan.
Tidak hanya itu, sejumlah negara pun sudah menyatakan mundur sebagai salah satu tuan rumah penyelenggara. Contohnya Malaysia, yang mulai kalender balap musim 2018 mendatang tidak akan lagi menggelar kompetisi balap jet darat tersebut.
Baca Juga |
Keadaan itu pun diperparah dengan kabar bahwa Singapura juga akan segera mengikuti jejak Malaysia untuk berhenti sebagai salah satu lokasi penyelenggara, lantaran besarnya dana yang harus dikeluarkan pemerintah Singapura.
Ya, untuk menggelar balapan F1, Singapura dilaporkan harus merogoh kocek sebesar 150 juta dollar Amerika (sekitar Rp2 triliun) per tahunnya. 60% dari dana itu sendiri diambil dari kas negara, sedangkan sisanya ditanggung sponsor.
Namun, baru-baru ini beredar kabar bahwa pihak organisasi F1 tengah berdiskusi dengan perwakilan dari GP Singapura terkait perpanjangan kontrak. Colin Syn selaku Deputy Chairman GP Singapura pun mengatakan bahwa dirinya telah melakukan rapat bersama pimpinan F1, Chase Carey.
"Kami masih dalam proses negosiasi terkait perpanjangan kontrak Singapura sebagai salah satu tuan rumah F1," ujar Syn seperti dikutip dari Motorsport.
Ia pun tidak ingin terburu-buru membeberkan hasil pembicaraannya karena hal itu merupakan masalah yang serius. Namun, ia mengatakan ada harapan untuk perpanjangan kontrak.
"Ini adalah masalah serius, jadi kami harus berhati-hati. Apapun keputusannya harus kami ambil bersama-sama. Kami saat ini tengah mencari kesepakatan yang sama-sama menguntungkan," tutupnya.
Kabar ini sendiri pun seperti memberi rasa bahagia bagi para pencinta F1. Pasalnya, isu Singapura yang ingin mundur dari F1 membuat balapan tersebut kehilangan salah satu seri yang unik, lantaran di GP Singapura balapan dimulai pada malam hari atau yang lebih dikenal dengan istilah night race.