Mesin yang dibuat pabrikan Renault disinyalir menjadi penyebab buruknya performa tim dan pembalap di F1 musim 2017. Red Bull tercatat 13 kali gagal finis di musim balap F1 2017. Dilansir dari Autosport, Renault, Red Bull, dan Toro Rosso adalah deretan pemakai mesin R.E.17.
"Jelas, hal negatif terbesar di 2017 itu reliabilitas, yang sudah sangat merugikan untuk tim kami, juga untuk tim-tim pelanggan kami, atas hal itu saya meminta maaf," kata Cyril Abiteboul.
Seperti dilansir dari Motorsport, dibandingkan dengan pabrikan rival seperti Mercedes dan Ferrari, Renault mengantongi 300 penalti grid lebih banyak. Hal itu membuat bos tim Red Bull (yang ditenagai mesin Renault), Christian Horner, menyebut 2017 sebagai tahun terburuk mereka sejak 2006 dalam segi reliabilitas.
Sementara skuat junior Red Bull, Toro Rosso, terlibat adu argumen dengan Renault setelah beberapa kali mengalami masalah kerusakan mesin di penghujung musim. Terkait itu, Bos Tim Renault, Cyril Abiteboul, lantas meminta maaf dan kemudian beralasan bahwa Renault harus "sangat agresif" soal penambahan tenaga agar tidak tertinggal lebih jauh lagi dari Ferrari dan Mercedes.
Abiteboul juga mengatakan bahwa Toro Rosso menjadi tim bermesin Renault yang paling bermasalah karena skuat Faenza tersebut tidak bisa memenuhi tuntutan pendinginan yang baru.
"Di paruh akhir musim, kami sedikit 'bermain api' dengan membuka beberapa mode untuk menambah tenaga, yang kemudian berdampak pada reliabilitas mesin. Selain itu, pendinginan juga harus ditingkatkan, dan beberapa tim kesulitan mengikutinya." jelasnya.