INDOSPORT.COM – Indonesia nampaknya perlu mencontoh Malaysia yang memiliki trik khusus lantaran telah sukses mengirim pembalap lokal dikancah ajang balapan MotoGP.
Dato Ahmad Razlan Ahmad Razali, selaku CEO Sepang International Circuit (SIC) selaku wadah akademi balap di Negeri Jiran membeberkan rahasia sukses Malaysia bisa mengikuti salah satu balapan motor paling bergengsi di dunia.
Melansir dari laman The Business Year, Dato Razali mengungkapkan bahwa mereka telah mengembangkan bakat pembalap lokal untuk mengikuti ajang MotoGP yang digelar diseluruh dunia.
"Ada keseimbangan yang baik antara mendorong pengembangan pembalap di level grass root dan mempertahankan sirkuit yang kami punya sesuai dengan standarisasi yang ditetapkan oleh otoritas seperti Federasi Internationale de l'Automobile (FIA) dan Federation Internationale de Motocyclisme (FIM)," ujar Dato Razali.
Dalam salah satu kesempatan, Dato Razali yang kini telah mundur sebagai CEO Sirkuit Sepang juga menyebut jika program mengirimkan pembalap ke MotoGP tak bisa dilakukan dalam jangka pendek. Malaysia sudah mempersiapkan rider mereka untuk melangkah ke ajang balap bergengsi tersebut.
"Ya itu memang program kita dari awalnya, kita ingin melahirkan rider-rider juara dari Malaysia. Tentu tidak bisa instan, tapi itu sudah menjadi program kami sejak lama seperti mendukung Adam Norrodin dan Hafizh Syahrin untuk bisa ke MotoGP,” kata Dato Razlan.
“Kami tidak bisa sendirian untuk bisa menggelar MotoGP atau membuat pembalap berkiprah di MotoGP." tambahnya seperti dilansir dari otomotif.net
Memiliki sirkuit Sepang yang setara dengan kelas dunia, kemudian pada 2015 pemerintah Malaysia juga mengembangkan tim MotoGP untuk pertama kalinya.
Selain itu, pemerintah setempat juga mencari dan mensponsori para pembalap dan juga tim yang telah dikembangkan agar bisa semakin melebarkan sayapnya di ajang internasional.
Hal ini berbanding terbalik dengan pembalap Indonesia. Berkaca pada Rio Haryanto akhirnya tercoret dari tim Manor Racing pada 2016 silam karna kurangnya kucuran dana dari pihak sponsor juga kurangnya totalitas dukungan dari pemerintah.