INDOSPORT.COM – Nyck de Vries raih titel juara dunia Formula E meski finis ke-8 di Berlin ePrix, Minggu (15/08/21). Berikut 3 fakta pembalap Belanda keturunan Indonesia itu.
Berlin ePrix yang digelar pada Minggu (15/08/21) malam WIB menjadi seri kelima belas alias terakhir di Formula E 2020/2021.
Seri ini sekaligus menjadi penentu perebutan gelar juara dunia yang melibatkan sejumlah pembalap, di antaranya Nyck de Vries, Eduardo Mortara, Jake Dennis, dan Mitch Evans.
Nyck de Vries yang membela Mercedes akhirnya mengunci gelar juara dunia Formula E musim ini, meski hanya finis di posisi kedelapan.
Tambahan 4 poin yang diraihnya di balapan semalam membuatnya mengumpulkan 99 poin dari 15 seri, unggul 7 poin dari Eduardo Mortara dan 9 poin dari Jake Dennis yang menempati posisi kedua dan ketiga klasemen akhir.
Kesuksesan de Vries tidak lepas dari hasil buruk yang ditorehkan para pesaingnya. Mortara keluar dari lomba sejak start karena menabrak mobil Evans, sedangkan Dannis juga mengalami crash setelah start ulang.
Seri Berlin ePrix sendiri akhirnya dimenangi Norman Nato (Venturi), yang menjadi kemenangan perdana pembalap Prancis itu di Formula E.
Dengan usia 26 tahun, de Vries resmi menjadi pembalap termuda yang menjadi juara dunia Formula E, sejak musim pertama pada 2014/2015. Di sisi lain, raihan gelar juara Formula E musim 2020/2021 ini menegaskan kemampuan sang pembalap Belanda di ajang balap mobil.
Pada tahun 2019 lalu, pembalap Belanda ini juga menyabet gelar juara di ajang Formula 2 (F2). De Vries kemudian beralih ke Formula E sejak musim 2019/2020 karena gagal mendapat kursi F1, dan tak bisa tampil di F2 karena aturan yang melarang juara tahun sebelumnya ikut membalap di musim yang baru.
Siapa sangka, di musim kedua tampil di ajang balap mobil listrik ini, ia berhasil menjadi juara dunia.
Berikut ini 3 fakta yang berhasil dikumpulkan Indosport tentang Nyck de Vries, sang juara dunia Formula E yang ternyata berdarah Indonesia.