GP Austria: Serba-serbi Balapan di Sirkuit Minim Belokan
Dalam kompetisi balap musim 2017, para pembalap terbaik Formula 1 telah melalui delapan seri. Terakhir 20 pembalap dari 10 tim yang menjadi peserta menyelesaikan balapan Grand Prix (GP) Azerbaijan di Sirkuit Baku pada 25 Juni 2017 lalu.
Dari hasil balapan yang dimenangkan oleh Daniel Ricciardo tersebut, pembalap Ferrari, Sebastian Vettel masih memimpin puncak klasemen dengan koleksi 153 poin, disusul Lewis Hamilton dari tim Mercedes yang berada di urutan kedua dengan torehan 139 poin, atau selisih 14 poin dari Vettel.
Baca Juga |
Kini, para pengendali jet darat itu akan kembali memacu kecepatan di atas lintasan kala mengikuti rangkaian seri GP Austria 2017 yang berlangsung Minggu (09/07/17).
Pada balapan GP Austria musim 2016 lalu, Lewis Hamilton berhasil menjadi yang tercepat, mengungguli Max Verstappen dan Kimi Raikkonen di belakangnya.
Kini, harapan Hamilton untuk merebut gelar juara itu akan mendapat tantangan. Pasalnya, dari sesi kualifikasi yang berlangsung pada Sabtu (08/07/17), pembalap asal Inggris itu terkena penalti yang membuatnya harus start di urutan kedelapan.
Selain menghadirkan data-data di atas, GP Austria yang pertama kali bergulir sejak 1963 silam tersebut masih memiliki sejumlah fakta lain yang jarang diketahui. Beberapa peristiwa menarik pun sempat mewarnai perhelatan GP Ausria.
Berikut INDOSPORT coba sajikan sebanyak lima fakta dan kejadian yang menghiasi GP Ausria, seri kesembilan balapan F1 musim 2017:
1. Butuh Dua Jam untuk Diselesaikan
Sejak musim balap 2013 lalu, GP Austria 2017 mengambil lokasi berlangsungnya balapan di Sirkuit Red Bull Ring, yang memiliki kapasitas 40 ribu penonton.
Dilansir dari situs resmi F1, Sirkuit yang pernah digunakan sebagai lokasi konser Bon Jovi pada 11 Juni 1995 itu memiliki panjang lintasan dengan total 4,318 kilometer.
Bila jarak tersebut dikalikan dengan jumlah 71 putaran yang wajib dilalui oleh para pembalap, maka GP Austria mewajibkan para pembalap untuk menempuh jarak 306,452 kilometer.
Seandainnya rata-rata pembalap memacu kecepatan hingga 150 kilometer per jam, maka setidaknya butuh waktu dua jam agar bisa menyelesaikan balapan GP Austria.
Namun, pada kenyataannya para pembalap F1 sejak 2013 lalu rata-rata mampu menyelesaikan balapan dalam kurun waktu 1,5 jam. Pasalnya, dilansir dari F1 Fanatic, kecepatan maksimal yang bisa ditunjukkan pembalap di Sirkuit Red Bull mencapai 322 kilometer per jam.
2. Ajang Adu Strategi Para Pembalap
Ajang balapan GP Austria merupakan salah satu seri dalam kalender balap F1 yang paling unik. Hal itu lantaran Red Bull Ring merupakan sirkuit yang paling sedikit jumlah belokannya.
Bila rata-rata sirkuit lain memiliki belokan yang berjumlah lebih dari 10, Red Bull Ring Circuit tercatat hanya punya delapan belokan. Kebanyakan para pembalap akan lebih menghadapi situasi balapan di jalur lurus dalam sirkuit ini.
Sedikitnya jumlah belokan di Sirkuit Red Bull Ring ini mau tidak mau memaksa setiap tim dan pembalap untuk lebih menguras otak memikirkan strategi. Pasalnya, kesempatan mereka untuk overtaking posisi hanya ada delapan kali di setiap putarannya.
Berjarak 323 meter dari garis start, para pembalap sudah harus bersiap untuk menghadapi belokan pertama. Belokan ini merupakan kunci utama bagi setiap pembalap bila ingin menjadi yang terdepan dalam balapan.
Penggunaan ban bertipe lembut menjadi pilihan yang bisa digunakan oleh pembalap. Mengingat sirkuit memiliki lintasan lurus lebih banyak, penggunaan ban lembut akan membuat bobot mobil menjadi ringan.
3. Sering Berubah Nama dan Lintasan
Sebelum memakai nama Red Bull Ring, tahukah Anda jika sirkuit yang digunakan untuk balapan GP Austria sudah beberapa kali mengalami perubahan dan tampilan lintasan.
Pada mulanya, sirkuit yang dibangun pada 1969 ini memiliki nama Osterreichring. Sirkuit ini dibangun berdekatan dengan Kota Spielerg, sebuah kota di Austria yang berdekatan dengan kawasan pegunungan Styrian. Tidak heran bila Osterreichring memiliki lintasan yang dikelilingi banyak pepohonan.
Meski memiliki pemandangan yang indah, Sirkuit Osterreichring ternyata menjadi salah satu lintasan berdarah yang pernah membuat pembalap kehilangan nyawa, yakni Mark Donohue asal Amerika Serikat, yang meninggal dunia di GP Austria 1975. Hingga membuat dalam kurun waktu 1988 sampai 1996 tidak ada perhelatan GP Austria.
Faktor sering terjadinya kecelakaan itu pun membuat penyelenggara F1 membuat perombakkan besar-besaran. Lokasi sirkuit yang semula mencapai 5,941 kilometer dipendekkan menjadi 4,326 kilometer pada 1995.
Desainer sirkuit terkemuka asal Jerman, Hermann Tilke pun ditunjuk untuk membuat sirkuit yang kemudian disebut A1-Ring. Proyek perombakan sirkuit itu pun memakan waktu kurang lebih dua tahun, dan langsung digunakan untuk menyelenggarakan GP Austria 1997.
Pada 2003, GP Austria kembali absen dari kalender balap F1. Dalam masa vakum tersebut, Presiden Red Bull, Dietrich Mateschitz membeli seluruh lahan sirkuit A1-Ring dan mengubahnya menjadi Red Bull Ring yang kita kenal sampai sekarang.
4. Cuma Pernah Sekali Dimenangkan Pembalap Tuan Rumah
Austria mungkin boleh berbangga diri karena menjadi salah satu negara yang terpilih untuk bisa menyelenggarakan kompetisi F1. Sayangnya, torehan tersebut tidak dibarengi dengan prestasi para pembalapnya.
Tercatat sejak 1963 hingga 2016, hanya ada satu pembalap asal Austria yang mampu merebut podium juara di rumah sendiri, yakni Niki Lauda, kala memperkuat McLaren di GP Austria 1984 silam.
Setelah itu, balapan GP Austria lebih banyak dimenangkan oleh pembalap asal Inggris, Prancis, dan Jerman.
Pembalap asal Prancis, Alain Prost sendiri hingga kini menjadi sosok yang paling banyak menjuarai GP Austria. Pria kelahiran 24 Februari 1955 itu sudah tiga kali memenangkan GP Austria. Dua kemenangan ia raih saat memperkuat McLaren, sedangkan satu lagi ketika ia memperkuat Renault.
5. Kontroversi Pembalap Ferrari
Ferrari merupakan salah satu tim terkuat dan konsisten sepanjang perhelatan balapan Formula 1. Sejumlah pembalapnya sudah beberapa kali meraih gelar juara dunia.
Namun, tim yang identik dengan warna merah itu mungkin tidak akan pernah melupakan kejadian di GP Austria 2002 silam. Dua pembalap Ferrari saat itu, Michael Schumacher dan Rubens Barrichello menjadi sorotan para pencinta F1.
Saat itu, Barrichello tampil dominan dengan terus berada di posisi terdepan. Namun, menjelang putaran-putaran terakhir, pembalap asal Brasil itu mendapat pesan radio dari team principal Ferrari, Jean Todt untuk mengalah dan membiarkan Schumacher untuk memenangkan balapan.
Tidak ingin melawan, Barrichello pun hanya bisa menurut. Sesaat sebelum garis finis, Barichello memelankan laju mobilnya, hingga bisa disalip oleh Schumacher yang keluar sebagai pemenang, sementara ia harus puas di posisi runner up.
Kejadian unik pun berlanjut saat prosesi pemberian trofi. Schumacher yang merasa Barrichello lebih pantas juara, menolak berdiri di podium juara pertama. Ia pun menyerahkan posisi itu kepada rekan satu timnya.