Ingin Gelar MotoGP, Indonesia Harus Perhatikan 4 Hal Ini
Indonesia menjadi salah satu negara yang dalam beberapa tahun terakhir ini digadang-gadang akan menjadi tuan rumah dari kompetisi balap motor internasional sekelas MotoGP.
Tanah air tercatat pernah menjadi tuan rumah MotoGP pada 1996 dan 1997 silam di Sirkuit Sentul, Bogor. Tahun 1997, pembalap kenamaan Valentino Rossi sempat memenangkan kejuaraan di kelas 125 cc.
Namun di tengah usaha Indonesia yang ingin menghadirkan ajang balap internasional tersebut, rupanya ada begitu banyak hal yang diperhatikan, terutama dari sisi sirkuit sebagai wadah utama balapan tersebut.
Federasi Motor Internasional (FIM) rupanya memiliki standarnya sendiri yang mesti dipenuhi oleh sebuah negara jika ingin menjadi tuan rumah dari ajang balap tersebut.
Berikut INDOSPORT merangkum lima hal yang perlu diperhatikan oleh Indonesia jika pemerintah memang mantap ingin membawa MotoGP ke Tanah Air.
1. Sirkuit dengan Desain Ideal
FIM memberikan rekomendasi terkait bagaimana sebuah layout atau bentuk sirkuit semestinya dibangun. Hal itu dilakukan oleh FIM bukan tanpa alasan rupanya.
Sirkuti yang dibangun pada akhirnya nanti akan mendorong ketertarikan pada saat sesi latihan dan kompetisi antar pembalap.
Faktor keselamatan juga menjadi hal yang cukup diperhatikan dari layout sirkuit. Bagi FIM, layout sirkuit yang ideal untuk mendapatkan Grade A adalah dengan jarak sirkuit 4.2 km hingga 4.5 km.
Tak hanya jarak sirkuit, jumlah tikungan juga menjadi perhatian saat membangun lintasan. Jumlah tikungan yang dihadirkan setidaknya mencapai 10 tikungan.
2. Kemiringan yang Dimiliki Sirkuit
Kemiringan sebuah sirkuit diketahui jika dilakukan pengukuran dari garis tengah sirkuit. Berdasarkan panduan yang diberikan oleh FIM, trek lurus harus memiliki kemiringan.
Bukan tanpa sebab jika trek lurus dibuat miring. Hal tersebut bertujuan untuk membuat air hujan tidak menggenang dan mengalir ke sisi lintasan.
Jika kemiringan sebuah lintasan balap diperhatikan, maka tentunya akan menghasilkan sebuah sirkuit yang baik untuk digunakan balapan.
Kemiringan lintasan akan menghasilkan sistem drainase air yang baik, menghindari akselerasi pada kemiringan, dan mampu menjadi garis yang dapat diperhatikan oleh pembalap.
3. Sistem Drainase Air di Sirkuit
Hal ini menjadi penting mengingat kondisi drainase yang baik akan mampu menjami trek, pitlane, tepi trek, area run-off dan gravel terhindar dari genangan air.
Genangan air di lintasan memang sangat krusial dan berbahaya. Kondisi lintasan dengan genangan air akan menjadi pemicu kecelakaan yang menimpa pembalap.
Sistem drainase air mesti dipasang di sisi sirkuti antara tepi sirkuit dengan garis proteksi dengan penutupnya tidak membentuk sebuah benjolan.
Karena jika membentuk benjolan, hal tersebut akan membuat motor para pembalap yang melaluinya akan keluar dari garis lintasan balap.
4. Standar Trek Lurus dan Tikungan yang Baik
FIM merekomendasikan trek lurus yang dimiliki oleh sirkuit yang baik adalah minimal 250 meter. Garis start setidaknya ditempatkan sejauh 200 meter dari tikungan pertama.
Berbeda nantinya jika sirkuit tersebut telah mengantongi Grade A dari FIM. Trek lurus yang dimiliki minimal 400 m. Sedangkan untuk garis startnya sendiri, harus 250 meter dari tikungan pertama.
Kriteria yang diberikan FIM ini memang nantinya akan berkaitan dengan standar keselamatan serta untuk meminimalisir terjadinya kecelakaan dari sebuah balapan.
Sirkuit minimal memiliki 10 tikungan. Kemiringannya tidak melebihi dari 5 persen. Kemiringan negatif pada bagian tikungan tidak akan diperbolehkan oleh FIM untuk sirkuit yang baru dibangun. Hal tersebut dapat membahayakan pembalap.