Ironis, Nasib Yamaha dan Suzuki di MotoGP yang Bak Bumi-Langit
INDOSPORT.COM - Dua pembalap Suzuki yakni Joan Mir dan Alex Rins sukses keluar sebagai pemenang dan runner up MotoGP Eropa akhir pekan lalu. Berbanding terbalik dengan Suzuki, Yamaha justru terpuruk dan membuat frustrasi para pembalapnya.
Skuad Suzuki mampu menguasai MotoGP berkat manajemen tim yang sangat baik dan motor mereka yang mampu menjadi 'raja kompromi' di berbagai kondisi. Joan Mir pada akhirnya bisa menari bahagia dengan keluar sebagai pemenang di MotoGP Eropa hari Minggu (08/10/20) lalu.
Rider Suzuki lainnya, Alex Rins, pun mampu finis kedua di MotoGP Eropa dan kini mengoleksi 125 poin sama dengan poin Fabio Quartararo, dan menempati urutan ketiga. Mereka selisih 37 poin dari Mir di urutan pertama klasemen sementara.
Grand Prix Eropa adalah ilustrasi sempurna tentang mengapa Suzuki mampu memimpin kejuaraan dunia MotoGP tahun ini.
Kondisi lintasan yang sama sekali tidak benar-benar kering sampai sesi pemanasan pagi dan terlalu dingin dan berpengaruh pada pengaturan motor dan pilihan ban.
Saat hampir semua tim bak melakoni balapan buta di tengah kondisi trek yang sama sekali tak meyakinkan, Suzuki mampu bersinar. Mesin GSX-RR yang digunakan Suzuki adalah jawaban semuanya.
Kekuatan yang sama telah membantu Suzuki melalui sebagian besar musim MotoGP yang terkena dampak Covid-19. Para insinyur bekerja keras karena banyak balapan dijalankan pada waktu yang tidak biasa dalam setahun dengan suhu trek yang tidak biasa.
GSX-RR tidak memiliki performa terbaik, namun jangkauan operasinya yang luas, karakternya yang seimbang dan ramah pengendara, dan fokus tim pada semua detail memungkinkan pengendara untuk mengendarainya ke batas terbaiknya hampir setiap akhir pekan.
Karenanya, konsistensi Mir dan Rins dengan motornya membuat para pembalap lain tercengang. Sejauh ini tahun ini Mir telah mencetak delapan podium, hanya kurang dua dari sepuluh podium yang diraih oleh empat pebalap Yamaha.
1. Suzuki Bahagia, Yamaha Merana
Di saat Suzuki tengah berada di atas awan, Yamaha justru terpuruk dan makin membuat para pembalapnya frustrasi. Sebut saja Fabio Quartararo yang sampai menangis karena performa motornya yang membuat ia makin sulit kembali ke jalur juara setelah terjatuh di MotoGP Eropa lalu.
Quartaro menyebut pembalap Suzuki bak tak terhentikan di MotoGP di saat ia harus bekerja keras dengan motornya. Quartararo juga menyebut beberapa kali usulnya mengenai pengaturan motor yang nyaman baginya malah ditolak.
Tak hanya Quartararo, Valentino Rossi juga menyemprot Yamaha dan meminta mereka untuk banyak belajar dari Suzuki yang bersinar. The Doctor nampak sudah tak mampu lagi menahan rasa kecewanya dengan motor Yamaha yang makin merana.
Rossi sendiri tak mampu melanjutkan balapan karena motor M1 2020 miliknya mengalami gangguan. Padahal MotoGP Eropa merupakan comeback pembalap 41 tahun itu setelah absen karena positif virus Corona.
"Saya pikir kali ini tolak ukurnya adalah Suzuki. Kita harusnya belajar dari mereka," tegas Valentino Rossi seperti dilansir dari Paddock GP.
Rossi pantas kecewa jika membandingkan performa Yamaha dan Suzuki yang berbeda 180 derajat.
“Suzuki bekerja sangat baik karena saya pikir (Davide) Brivio telah melakukan pekerjaan yang fantastis, menggabungkan pekerjaan dari Jepang dengan beberapa pekerjaan yang sangat kuat di tim di Italia,” kata Valentino Rossi.
“Terutama dia mampu meyakinkan Jepang untuk bekerja sama dengan orang Eropa dan Italia dan mereka membuat tim yang sangat kuat. Bukan masalahnya bahwa motornya begitu cepat sekarang, saya pikir mereka telah meningkat dengan kerja yang kuat ini.”
Brivio adalah orang yang memprakarsai kepindahan Rossi ke Yamaha pada tahun 2004. Tidak diragukan lagi bahwa dia belajar banyak saat bekerja dengan insinyur Yamaha, Masao Furusawa, orang yang membawa pabrikan itu ke garis depan balap MotoGP empat tak.