TEMPO.CO

Ya'ahowu Nias Festival, Agar Nias Tak Hanya Soal Surfing

Jumat, 19 Juli 2019 22:14 WIB
Penulis: TEMPO.CO | Editor: Ludhy Cahyana
Wisatawan saat surfing di Pantai Sorake, Nias Selatan, Sumatera Utara, Jumat (25/11). TEMPO/Gunawan Wicaksono

TEMPO.CO, Jakarta - Teluk Lagundri yang mendunia, menurut situs selancar ombak Magic Seaweed ditemukan trio peselancar Australia pada 1975. Mereka adalah Peter Troy, Kevin Lovett dan John Giesel.

Mereka berhasil menaklukkan ombak ganas di perairan Nias, setelah bertahan dari nyamuk malaria dan kondisi kehidupan yang tradisional serta hutan lebat. Saat ini, mencapai Teluk Lagundri jauh lebih mudah, namun tetap saja seperti merasa di ujung dunia.

Di Lagundri tiga peselancar itu menamai lokasi selancarnya sebagai The Point dan Indicator. Keduanya berada di Pantai Sorake, Teluk Lagundri. Namun Nias bukan soal ombak raksasa saja. Pulau tersebut memiliki panorama dan budaya yang memukau.

Untuk memperkenalkan budaya Nias dan keindahan alamnya, kepulauan Nias menggelar Ya'ahowu Nias Festival untuk keempat kalinya. Tahun ini, festival budaya tersebut mengusung tema 'Nias Is Truly Island'.

Seorang pemuda menampilkan atraksi lompat batu di Desa Bawomataluo, Nias Selatan, Sumatra Utara, 11 Desember 2017. Desa Bawomataluo, merupakan salah satu desa yang terdapat tradisi lompat batu, dalam bahasa daerah disebut "Hombo Batu" atau "Fahombo". ANTARA FOTO/Irsan Mulyadi

Ya'ahowu Nias Festival 2019 digelar pada 16-20 November mendatang di Pantai Indah Sirombu dan Lapangan Merdeka Lahomi, Nias Barat. Puncak acara dipusatkan di Lapangan Merdeka Lahomi dan Pantai Indah Sirombu, Nias Barat, Sumatera Utara. 

Sebagai bagian dari Sumatera Utara, Nias masih mewarisi tradisi megalitikum. Desa-desa di Nias berhias benteng dan batu-batu besar. Budaya megalitikum itu ada di Desa Ononamolo, Kota Gunung Sitoli menjadi salah satu situs megalitik di Nias. Untuk mencapainya, wisatawan harus mendaki bukit dengan berjalan kaki.

Lalu adapula Desa Bawamataluo yang merupakan Situs Warisan Budaya UNESCO. Desa ini terletak sekitar 15 kilometer dari Teluk Dalam. Desa itu memiliki atraksi yang unik bagi wisatawan, berupa tradisi lompat batu, sebagai ujian seorang lelaki sudah beranjak dewasa dan mulai boleh ikut berperang.

Di desa itu juga terdapat rumah-rumah adat Nias, yang disebut juga Omahoda. Namun perkembangan zaman membuat jumlah rumah adat itu kian jarang yang orisinil, karena dimodifikasi. Omahoda yang masih terjaga keasliannya dapat dijumpai di Kampung Bawamataluo.

Soal wisata bahari, Nias adalah kepulauan yang memiliki pantai-pantai indah. Salah satunya Pantai Pink atau Pink Beach Gawu Soyo di Desa Ombolata. Pantai berpasir merah muda di Gawu Soyo merupakan keindahan alam yang unik di Nias.

Destinasi selancar selain Teluk Lagundri ada di Kepulauan Hinako yang merupakan gugusan pulau berjumlah delapan. Ombak di kepulauan itu mencapai tinggi tujuh meter dengan panjang 200 meter. 

Biasanya wisatawan menggunakan pesawat komersil dari Medan dan mendarat di Bandara Binaka di Gunung Sitoli. Selanjutnya, menempuh perjalanan darat ke Kota Sirombu, dan menggunakan speedboat selama dua jam ke Pulau Asu.

TEMPO.CO

Baca Juga

IDS Emoticon Suka
Suka
0%
IDS Emoticon Takjub
Takjub
0%
IDS Emoticon Lucu
Lucu
0%
IDS Emoticon Kaget
Kaget
0%
IDS Emoticon Aneh
Aneh
0%
IDS Emoticon Takut
Takut
0%
IDS Emoticon Sedih
Sedih
0%
IDS Emoticon Marah
Marah
0%