Pemprov DKI Bikin Sumur Resapan, Disebut Lucu oleh Pakar Geoteknik
INDOSPORT.COM - Pembangunan drainase vertikal atau sumur resapan oleh Pemprov DKI Jakarta dikritik oleh pakar geoteknik Universitas Tarumanagara, Chaidir Makarim.
Sumur resapan itu sendiri dibuat sebagai salah satu upaya mempercepat surutnya genangan air hujan di ibu kota. Namun menurut pakar, proyek tersebut malah terkesan lucu dan kurang efektif dalam mencapai tujuannya.
“Semua resapan yang ditelorkan oleh DKI itu ke arah vertikal. Lucu. Ada hujan jatuh di genteng, dialirkan lewat tabung masuk ke sumur resapan. Sumur resapan paling (ukurannya) 1X1 meter. Kalau penuh, saya tanya gimana, dibuang ke got, ke parit,
“Loh, bukan itu maksudnya (sumur resapan). Dia tetap harus meresap. Kalau you buang kesana, terus ke mana? Ke sungai. Kalau sungainya naik, ke mana? Banjir," katanya dalam potongan video yang diunggah di akun instagram _yusufmuhammad.
Menurut dia, konsep berpikir sumur resapan yang dijalankan Pemprov DKI salah.
"Coba cara berpikirnya dulu diatur. Sama nggak kita, baru ditelurkan," katanya.
Dia justru menawarkan konsep berbeda yang dia sebut sebagai Resapan Air Hujan Tanpa Luapan (RAHTL).
Menurut dia, konsep itu lebih baik daripada yang sudah dimiliki Pemprov DKI Jakarta, karena sudah diuji coba dan terbukti lebih efektif daripada sumur resapan vertikal.
"Konsep yang saya teliti dan saya paparkan beberapa kali adalah resapan air hujan tanpa luapan. Itu horizontal bukan vertikal. Dan sudah saya coba di rumah saya dan di Untar (Universitas Tarumanagara) segala, oke,
"Artinya optimal begitulah. Bisa mengatur resapan," ungkapnya.
Kata dia, konsep sumur resapan vertikal yang dibangun Pemprov DKI tidak akan optimal meresap air. Sebab, sumur resapan yang dikelilingi oleh beton menyebabkan pori-pori tanah tertutup.
Sebaliknya, dengan konsep yang dia gagas, pori-pori tanah tetap besar dan air dengan cepat meresap ke dalam tanah.
“Jadi (sumur vertikal), air masuk lewat lubang yang kecil. Itu dikelilingi oleh beton. Beton itu tidak meresapkan air. Mestinya ongkos buat beli beton itu diganti,
“Tanah aja dikasih kerakal, sisa-sisa dari runtuhan itu yang kita buang. Kenapa? Porinya besar. Karena porinya besar daya tampungnya besar. Kecepatannya besar. Jadi, ada banyak kekeliruan di sana (konsep sumur resapan vertikal)," katanya.
Chaidir Makarim pun siap untuk memaparkan konsep RAHTL ke Pemprov DKI. Dia akan menjelaskan kesalahan konsep untuk mempercepat surutnya air hujan menggunakan sumur resapan vertikal.
Baca berita asli di Akurat.co