Pemain asal Amerika Serikat yang berpasangan dengan Bjorn Seguin ini harus puas dengan hasil di babak pertama. Mereka tersingkir setelah dikalahkan wakil Indonesia, Hendra Aprida Gunawan/Andrei Adistia dengan skor 18-21, 8-21.
Di usianya yang sudah tidak muda lagi, Fogarty tak ragu untuk bersaing dengan pemain-pemain yang lebih muda.
“Saya adalah seorang dokter, jadi saya mengerti betul betapa olahraga bulutangkis itu sangat bagus untuk kesehatan. Saya ingin para generasi muda bermain bulutangkis, agar mereka dapat merasakan manfaatnya untuk fisik mereka, seperti yang sudah saya rasakan,” tandas Fogarty yang sudah tujuh kali mengikuti Kejuaraan Dunia seperti dilansir laman resmi PBSI.
“Hal inilah yang menjadi salah satu motivasi saya untuk tetap bertahan di dunia bulutangkis. Selain itu, saya memang begitu mencintai bulutangkis,” lanjut pemain kelahiran 30 Oktober 1956 ini.
“Tentunya saya harus pandai-pandai menjaga kondisi fisik saya. Saya betul-betul memikirkan bagaimana supaya stamina saya bisa fit. Pekerjaan menyita banyak waktu saya, jadi saya berlatih bulutangkis di malam hari,” sambung Fogarty yang berharap dapat tampil di Olimpiade untuk pertama kalinya di Rio de Janeiro 2016 mendatang.
Bertanding di stadion Istora merupakan pengalaman pertama bagi Fogarty dan ternyata meninggalkan kesan mendalam bagi pria dengan tinggi badan 183 cm ini.
“Bertanding di sini sangat menyenangkan, supporternya ramai sekali, fantastis! Saya sangat senang bisa merasakan bertanding di Indonesia, ini adalah pengalaman pertama saya, semoga tahun depan saya bisa kembali lagi ke sini,” akunya.