Pernyataan Gita mengenai kesiapan dirinya untuk kembali maju sebagai calon Ketua Umum PBSI periode 2016-2021 di acara ramah tamah tersebut, dianggap melanggar etika. Hal tersebut disampaikan oleh beberapa pengprov PBSI yang hadir dalam acara tersebut.
"Semalam ada kegiatan ramah tamah, tetapi isinya justru jadi ajang kampanye," ujar Sekretaris Dewan Pengawas PP PBSI Abdullah Fadri Auli kepada wartawan seusai cara ramah tamah yang digelar Senin lalu (03/10/16) tersebut.
Menanggapi hal tersebut, Wakil Sekjen PBSI, Achmad Budiharto, menyatakan jika tak ada kesengajaan untuk menjadikan acara ramah tamah tersebut sebagai ajang kampanye. Pernyataan Gita pun dianggap sebagai sebentuk spontanitas semata.
“Saya no comment untuk hal itu, kita tidak ada rencana seperti itu dan mungkin itu spontanitas. Sebenarnya agendanya sudah jelas, ada rapat pleno dan ramah tamah dengan Owi/Butet (pamggilan akrab Tontowi Ahmad/Liliyana Natsir) itu di luar kendali kami juga,” ujar pria yang akrab dsapa Budiharto tersebut.
Sebagai informasi, beberapa ketua umum pengprov PBSI diundang dalam acara ramah tamah yag dihelat di Hotel Sultan tersebut. Salah satu Ketua Umum Pengprov asal Aceh, TB Herman, yang menyebut dirinya mewakili 21 Pengprov PBSI mengklaim siap memilih Gita dalam Musyawarah Nasional (MUNAS) PBSI.