Ganda campuran senior di Pelatnas PBSI, Tontowi Ahmad/Liliyana Natsir baru saja mendapat bonus melimpah dari sponsor usai menjadi juara Indonesia Open 2017.
Tak hanya bonus, gelaran Indonesia Open tahun ini ternyata menyisakan banyak cerita bagi pasangan yang akrab dipanggil Owi dan Butet tersebut.
Baca Juga: |
---|
Tontowi Ahmad membeberkan kalau ternyata raihan medali emas di 2016 sangat berperan besar atas kesuksesan mereka di Indonesia Open 2017 ini.
Meski harus bekerja lebih keras akibat Liliyana yang belum pulih total dari cedera, Tontowi menyatakan hal itu justru meningkatkan rasa percaya dirinya.
"Keberhasilan di Olimpiade lalu sangat berpengaruh, karena jadi tambah percaya diri. Dengan bekal itu mainnya lebih enjoy, meski Butet cedera dan saya harus bekerja keras meng-cover lapangan. Tetapi itu timbal balik, sebab dulu saya juga dibantu dia, makanya pada Indonesia Open tahun ini saya bantu semaksimal mungkin," tutur Tontowi Ahmad.
Liliyana kemudian menambahkan kalau keberhasilan mereka di Indonesia Open ternyata tidak lepas dari faktor keberuntungan. Menurutnya lawan terberat di kejuaraan bulan lalu itu bukanlah di laga final, melainkan pada babak pertama saat menghadapi wakil Korea Selatan, Kim Duk-young/Kim Ha-na (Owi/Butet menang 19-21, 21-19 dan 21-18).
"Saya pikir faktor lucky sangat besar untuk kami di Indonesia Open lalu. Pertandingan terberat itu di babak pertama, tetapi saat saya nonton ulang pertandingannya, di situ saya bisa bilang kami beruntung karena lawan banyak melakukan kesalahan sendiri. Setelahnya saya pikir itu tanda-tanda kami bisa juara," beber Liliyana Natsir saat ditemui di kawasan Senayan, Kamis (13/07/17).
Selain berbicara soal lawan terberat dan keberuntungan, Liliyana Natsir juga menanggapi terkait mitos keduanya belum juara Indonesia Open saat main Istora Senayan. Seraya bercanda, atlet asal Manado itu menegaskan kalau cerita 'horor' itu hanya berlaku bagi Tontowi Ahmad.
"Istora itu hanya horor buat Owi," ujar Liliyana seraya tertawa.
"Di JCC juga kondisi anginnya sama saja seperti di Istora dan kami harus butuh penyesuaian lagi. Selain itu dari bentuk lapangan juga berpengaruh karen lebih kecil. Tetapi bersyukur kami bisa juara," sambungnya.
Menanggapi 'tudingan' Liliyana tersebut, Tontowi kemudian menjelaskan kalau main di JCC ataupun Istora sebenarnya tidak ada perbedaan. Hanya saja keberuntungan baru menghampiri mereka pada tahun ini.
"Lapangan JCC sama Istora sama saja. Mungkin jalannya dapat juara di tahun ini," tutur Tontowi Ahmad.
"Laga berkesan itu di babak pertama kemudian saya ditemani sama anak jadi itu membuat saya lebih termotivasi untuk naik podium," sambungnya.
"Sekarang ada semangat yang lebih karena saya sudah berkeluarga. Ada anak dan istri yang selalu menemani jadi pengaruh keluarga sangat berpengaruh," tutup pria yang juga menggemari kegiatan otomotif tersebut.