'Tangan Hingis', sebuah poster dengan kalimat tersebut terpampang lebih kuat dari kenyataaan di depan Singapore Indoor Stadium pada Sabtu pekan lalu. Hanya dalam 3 kata, para penggemar menyaksikan pertandingan terakhir ratu tenis asal Swiss, Martina Hingis, sebelum akhirnya dia menggantung raket untuk ketiga kalinya. Entah sampai kapan.
Tenis telah berevolusi menjadi kekuatan luar biasa. Hingis berkembang dengan pesat dan menjadi idola. Semua pukulannya adalah seni yang halus dan menyenangkan bagi siapa saja yang menyaksikan pertandingan olahraga tersebut.
- Hotel Alexis Ditutup, Nama Pemain Arsenal Ini Kebawa-Bawa
- Kisah Agama Penyembah Irfan Bachdim yang Pernah Ada di Indonesia
- Berhasil Saat Ijab Kabul, Pria Ini Selebrasi Kayak Nyetak Gol, KOCAK PARAH!
- Ngalahin Persib Bandung dan Persija Jakarta, Persikasi Bekasi Ternyata 5 Kali Juara Piala Soeratin!
- Marquez Cari Aman, Dovizioso Juarai GP Malaysia 2017
Hingis sebenarnya tidak memiliki fisik tangguh untuk menekuni tenis. Namun dia diberkati kecerdasan dan menguasai lapangan setiap inci. Ini adalah kekuatannya yang akan dirindukan banyak orang.
Roger Federer buka suara soal pensiun Hingis. "Aku tidak sedih melihat dia undur dari tenis. Dia sudah di olahraga ini sejak lama dan sepertinya dia sudah yakin dengan keputusannya. Saya hargai. Saya akan selalu menjadi penggemarnya," ujar Roger, seperti dikutip dari firstpost.com, Senin (30/10/17).
Federer pernah merasakan berpasangan dengan Hingis untuk memenangkan Hopman Cup 2001 di Swiss. Saat itu dirinya 10 bulan lebih muda dari Hingis, dan baru 2 tahun kemudian Federer memenangkan titel Grand Slam di usianya 19 tahun. Namun Hingis sudah mendapatkannya 5 kali gelar tersebut, tunggal!
Sepanjang karir 23 tahun, Hingis sudah terjun ke tenis profesional sejak usia 14 tahun dan memenangkan titel 25 kali juara Grand Slam. 5 tunggal, 13 ganda puteri, dan 7 ganda campuran. Berada di nomor pertama selama 209 pekan. Semasa bertanding di berbagai turnamen dia memenangkan 43 kali penghargaan tunggal dan 64 ganda! Angka fantastis!
Lahir dari orangtua yang juga pemain tenis, Hingis sudah bisa disejajarkan dengan pemain legendaris lainnya seperti Martina Navratilova. Ibunya, Melanie Molitor, mulai melatih Hingis ketika usia 2 tahun. Dua tahun kemudian, dia mulai ikut turnamen dan ketika usia 15 tahun, dia memenangkan gelar dobel Grand Slam.
Pada musim 1997, Hingis mencapai final untuk empat kategori tunggal namun kalah di Prancis Terbuka. Saat US Open, dia melawan Venus Williams yang setahun lebih tua darinya. Ketika melawan Venus inilah transformasi di tenis mulai. Meski memenangkan final tersebut namun penampilan tak terduga dua bersaudara Williams, Venus dan Serena, amat memukau publik bahkan ada perjanjian tak tertulis soal poin yang diberikan untuk pukulan 'oomph'. Disebutkan dalam kamus bebas, 'oomph' adalah pukulan yang terlihat energik serta penuh gaya.
Perubahan pandangan di tenis inilah yang bikin Hingis terpuruk namun dia berusaha bangkit. Terkena cedera pergelangan kaki parah, Hingis mengumumkan pensiun di usia 23 tahun.
Namun tak lama setelahnya, pada 2006, dia kembali dan menjuarai Australian Open serta meraih peringkat 6 dunia. Tapi di November 2007 dia dilarang tanding oleh Federasi Tenis Internasional sebab positif menggunakan obat metabolisme. Hingis pun kembali menyatakan pensiun. Namun di usia 33 tahun dia angkat raket kembali dan berpasangan dengan Sania Mirza dari India, Hingis memenangkan 14 gelar.