Tim putra Indonesia dengan percaya diri melaju ke babak perempat final dan bertemu dengan tim kuat, Jepang. Di pertandingan pertama Jonatan Christie secara mengekutkan mendapat perlawanan sengit dari Kenta Nishimoto.
Secara peringkat BWF Jonatan sendiri memang lebih unggul, ia berada 8 posisi di atas Kenta yang berada di posisi 21. Namun perlawanan sengit Kenta di game kedua membuat peringkat BWF tersebut tak berlaku.
Jonatan dipaksa bermain dalam rubber game setelah dihabisi oleh Kenta dengan skor 22-20. Kenta dengan baik memanfaatkan kesalahan Jonatan Christie yang sering melakukan blunder, dan hal itu diakui oleh Jonatan menjadi pelajaran berharga untuk bermain di rubber game.
“Puji Tuhan saya bisa menang lagi di partai pertama. Beberapa kali saya salah ‘buang bola’, dan ini sudah dibaca dengan tepat oleh lawan, ditunggu terus sama lawan. Pelatih instruksikan untuk kerasin pikiran dan jangan dikeluarkan lagi pukulan itu, karena sudah ditebak, jadi saya cari pola lain lagi,” ujar Jonatan.
Pikiran yang ditanamkan saat bermain tentu sangat berpengaruh dengan kinerja di lapangan. Jonatan pun mengakui jika dirinya meninggalkan zona nyaman untuk mengalahkan wakil jepang di rubber game.
“Saya perbaiki penampilan saya waktu di Indonesia Masters 2018, dari pikirannya. Kalau pikirannya seperti waktu itu, pasti saya mainnya kacau, tidak bisa menang. Dari pikiran sih yang nomor satu,” tambahnya.
Saat berita ini diturunkan Indonesia sudah kembali berhasil unggul 2-0 dari Jepang, berkat permainan mendominasi Mohammad Ahsan yang dipasangkan dengan Kevin Sanjaya Sakamuljo.