INDOSPORT.COM - Perhelatan Djarum Superliga Badminton 2019 ternyata suatu bentuk kritik PBSI atas pemerintah terkait diterbitkannya Inpres nomor 3 tahun 2019 tentang Percepatan Pembangunan Sepak Bola. PBSI menilai jika pemerintah kurang memperhatikan infrastruktur olahraga, seperti saat PBSI kesulitan menemukan venue pertandingan.
Memang sepakbola adalah olahraga nomor satu yang digemari masyarakat Indonesia, namun menurutnya pemerintah juga perlu memberi perhatian lebih pada cabor lain salah satunya bulutangkis.
"Memang ini jadi kritik atau masukan untuk pemerintah, karena kalau bicara prestasi, bulutangkis selalu memberikan prestasi terbaik untuk bangsa di tingkat dunia," ujar Sekjen PBSI Achmad Budiharto seperti dilansir dari Antara.
Budiharto juga mengatakan bahwa Infrastruktur menjadi hal yang paling penting untuk disorot dan diperhatikan oleh pemerintah.
Selain itu, perhelatan Djarum Superliga Badminton 2019 yang digelar di Sasana Budaya Ganesha (Sabuga) Bandung juga patut menjadi perhatian pemerintah pusat.
"Kami mencari tempat di Bandung sulit sekali, beberapa lokasi kurang layak atau berada cukup jauh dari pusat kota Bandung. Di Sabuga juga harus kami 'sulap' agar bisa jadi lapangan bulutangkis," tambah Budiharto.
Di sisi lain, pengurus klub Mutiara Cardinal yang merupakan klub peserta Dajurm Superliga Badminton, juga angkat bicara mengenai kurangnya perhatian pemerinta terhadap perkembangan olahraga bulutangkis di daerah.
"Di Bandung belum ada tempat latihan yang memadai, bahkan untuk menggelar kejuaraan saja sangat sulit. Padahal banyak atlet nasional berasal dari Jawa Barat, tapi untuk pelatihannya jadi sulit karena tidak ada tempat," jelas Manajer Tim Mutiara Cardinal, Umar Djaidi.
Terus Ikuti Berita Olahraga Lainnya di INDOSPORT
Penulis: Chairun Nissa.