INDOSPORT.COM - Turnamen bulutangkis beregu dunia, Piala Sudirman 2019, akan segera bergulir pada 19-26 Mei 2019 nanti.
Gelaran edisi ke-16 itu akan mengambil tempat di kota Nanning, China. Sebanyak 32 tim akan berkompetisi dengan dibagi ke dalam tiga grup.
Indonesia sendiri baru satu kali menjuarai kompetisi ini, yaitu pada edisi pertama tahun 1989. Sementara pemegang gelar terbanyak di turnamen beregu dunia ini adalah China (10 gelar).
Lalu, siapa sebenarnya sosok di balik nama Piala Sudirman? Mengapa namanya begitu akrab di telinga orang Indonesia.
Sejarah kemunculan kejuaraan Piala Sudirman tak bisa dilepaskan dari Indonesia. Banyak yang menyangka bahwa nama Sudirman diambil dari salah satu pahlawan nasional Indonesia, yakni Jenderal Sudirman.
Namun, anggapan ini jelas keliru. Nama Sudirman diambil dari salah satu tokoh legendaris bulutangkis Indonesia, yakni Drs. Sudirman.
Lahir di Pematang Siantar, Sumatera Utara, pada 19 April 1922, Sudirman kecil telah mengenal bulutangkis sejak masih usia dini.
Kegemarannya pada bulutangkis pun membuatnya menjadi salah satu pebulutangkis handal nasional.
Dalam perjalanan kariernya, pira yang akrab disapa Dick Sudirman ini membuktikan dirinya bukanlah orang biasa. Selain menjadi legenda bulutangkis nasional, ia juga ikut mendirikan organisasi bulutangkis Tanah Air.
Tak hanya mendirikan, ia juga pernah didapuk menjadi ketua umum PBSI di dua periode, yaitu tahun 1952-1963 dan 1967-1981.
Dalam masa kepemimpinannya, prestasi bulutangkis Indonesia bersinar terang. Tak hanya mendominasi banyak kejuaraan, pada masa itu kiblat bulutangkis dunia seakan-akan pindah ke Tanah Air.
Bagaimana tidak, di era Sudirman, Indonesia merengkuh tujuh Piala Thomas, satu Piala Uber, dan puluhan gelar individu pemain.
Namanya pun begitu dihormati oleh insan bulutangkis Indonesia. Hal ini pula yang membuat namanya diabadikan dunia.
Sinar Asia yang Mendunia
Pada masa dulu, kejuaraan beregu dunia hanya terdiri dari dua turnamen, yakni Piala Thomas dan Piala Uber. Pada tahun 1981 International Badminton federation (IBF) mengusulkan sebuah turnamen baru yang juga melibatkan nomor ganda campuran.
Saat itu Indonesia pun mengusulkan nama Sudirman sebagai nama piala turnamen tersebut.
Salah satu tokoh yang berperan terhadap pengusulan nama Sudirman adalah Suharsono Suhandinata. Suharsono adalah tokoh bulutangkis yang juga rekan Sudirman.
Suharsono keberatan jika nama piala terbaru turnamen IBF diambil dari tokoh bulutangkis Eropa. Alasannya, sudah ada Thomas dan Uber (legenda bulutangkis Inggris) yang dipakai sebagai nama dua kejuaraan bergengsi dunia.
Usulan ini pun diterima Presiden IBF, Ian Parmer. Ian Parmer setuju nama Sudirman dipilih sebagai nama kejuaraan beregu terbaru dari IBF.
Indonesia pun langsung dipilih sebagai tuan rumah pertama Piala Sudirman pada tahun 1989. Saat itu Indonesia sukses keluar sebagai juara.
Gelar juara itu pun menjadi satu-satunya yang diraih Indonesia hingga saat ini.
Indonesia mungkin bisa mendominasi Piala Thomas. Namun, di Piala Sudirman, Indonesia kalah dominan dari China.
China tercatat sebagai negara pemegang gelar terbanyak dengan 10 gelar. Diikuti oleh Korea Selatan dengan empat gelar.
Sementara Indonesia di posisi ketiga dengan satu gelar dan enam kali runner up. Belum ada lagi negara yang meraih gelar Piala Sudirman selain China, Indonesia, dan Korea Selatan.