INDOSPORT.COM – Maria Kistin Yulianti merupakan salah satu tunggal putri terbaik yang pernah dimiliki Indonesia. Pebulutangkis asal Tuban tersebut berhasil mempersembahkan beberapa gelar prestisius sepanjang karier profesionalnya.
Salah satu pencapaian terbaiknya adalah ketika dirinya mempersembahkan medali perunggu ketika bersaing di Olimpiade Beijing 2008 silam. Itu terjadi ketika dirinya menumbangkan wakil China, Lu Lan dengan skor 13-21, 21-13, dan 21-15.
Meski gagal menginjakkan kaki di partai puncak, namun pencapaian tersebut terbilang fantastis. Karena tidak ada lagi tunggal putri yang berhasil melangkahkan kakinya hingga babak semifinal di ajang Olimpiade.
Berkat prestasi tersebut, Maria Krsitin pun digadang-gadang bakal menjadi penerus Susy Susanti untuk menjadi tumpuan di nomor tunggal putri Indonesia. Sayangnya, cedera lutut panjang, memaksa Maria Kristin gantung raket lebih dini pada 2012 lalu.
Bahkan setahun sebelum resmi gantung raket, kondisi Maria Kristin sudah hampir tidak memungkinkan untuk bermain. Wanita yang saat ini berusia 33 tahun tersebut sudah mundur dari pelatnas sejak 2011 lalu.
Maria Kristin sendiri telah menjalani beberapa terapi untuk memperbaiki kondisi lututnya. Namun itu tak membuat cederanya membaik, hingga akhirnya ia memutuskan untuk pensiun lebih dulu dari dunia tepok bulu.
Ratu Rubber Game
Maria Kristin bisa disebut sebagai ‘Ratu Rubber Game’ dalam karier bulutangkis professional. Bagaimana tidak, menurut laporan situs BWF, Maria Kristin berhasil meraih kemenangan 20 kali dari rubber game.
Salah satu kemenangan rubber game-nya itu terjadi ketika Maria Kristin berhasil meraih medali perunggu Olimpiade Beijing 2008 silam. Seperti yang sudah disinggung sebelumnya, Maria Kristin mampu mengalahkan Lu Lan sampai set ketiga.
Pada tahun terakhirnya menggeluti dunia bulutangkis (2011), Maria Kristin juga berhasil meraih kemenangan hingga pertandingan dilanjutkan hingga set ketiga. Terhitung, ia berhasil menang di rubber game sebanyak 3 kali dan tumbang 2 kali dari lima laga.
Kabar Maria Kristin
Setelah memutuskan untuk gantung raket, kabarnya Maria Kristin memilih untuk tidak benar-benar meninggalkan dunia bulutangkis. Ia sempat menjadi pelatih PB Djarum Kudus khusus menangani pemain muda yang usianya si bawah 15 tahun.
Maria Kristin sendiri memulai karier sebagai pelatih pada akhir tahun 2012 dengan menjadi asisten pelatih nomor tunggal putri U-15. Kemudian pada tahun 2014, ia menjadi pelatih tunggal putri U-13.
Dirinya pun mengaku jika menjadi seorang pelatih itu sulit. "Melatih itu susah, lebih enak main. Kalau yang dilatih hanya satu orang mungkin beda, tetapi ini kan banyak," kata Maria beberapa tahun lalu.
Dalam unggahannya di akun media sosial pribadinya, Maria Kristin terlihat cukup sibuk merawat anaknya yang masih bayi. Ia bahkan selalu berbagi cerita kepada orang banyak mengenai kisahnya dengan sang buah hati.
Karena Maria Kristin sempat mengatakan jika dirinya tidak akan terus menjadi seorang pelatih. Artinya, pebulutangkis yang memiliki postur 167 cm tersebut akan meninggalkan dunia tepok bulu dan serius mengurus keluarga dan anaknya.