INDOSPORT.COM - Nama Taufik Hidayat bakal dikenang sebagai salah satu legenda bulutangkis Indonesia. Tunggal putra andalan Indonesia ini telah merengkuh berbagai gelar bergengsi seperti Olimpiade, Indonesia Open, sampai kejuaraan beregu Piala Thomas.
Adalah turnamen Indonesia Open 1999 yang menjadi saksi kelahiran sang legenda. Digelar di Denpasar, Bali, September 1991, para pebulutangkis Indonesia meraih kejayaan hampir di setiap nomor.
Namun, kala itu mata publik tertuju kepada sosok Taufik Hidayat. Masih berusia 18 tahun, ia meraih gelar Indonesia Open pertamanya usai menumbangkan seniornya, Budi Santoso, dengan dua set langsung.
Indonesia Open 1999 memang spesial. Selain digelar di Bali, turnamen berhadiah total uang 120 ribu dollar AS (Rp1,7 miliar) itu jadi salah satu edisi yang paling didominasi pebulutangkis Indonesia.
Bagaimana tidak, pebulutangkis tuan rumah lolos ke babak final di semua nomor. Pada nomor tunggal putra, terjadi All Indonesian final yang mempertemukan Taufik Hidayat vs Budi Santoso.
All Indonesian final juga terwujud di nomor tunggal putri, ganda putra, dan ganda campuran. Hanya ganda putri yang tidak tercipta All Indonesian final karena pasangan Eliza Nathanael/Deyana Lomban harus bertemu pasangan Denmark, Helena Kirkegaard/Rikke Olsen.
Di nomor tunggal putri, Lidya Djaelawidjaya menang atas Ellen Angelina. Di nomor ganda putra, Ricky Subagja/Rexy Mainaky menang atas Candra Wiaya/Tony Gunawan.
Di nomor ganda campuran, pasangan Trikus Heryanto/Minarti Timur mengalahkan Bambang Suprianto/Zelin Resiana. Raihan ini sedikit tercoreng karena Indonesia menelan kekalahan di nomor ganda putri.
Pasangan Eliza Nathanael/Deyana Lomban ditumbangkan oleh duo Denmark, Helena Kirkegaard/Rikke Olsen.
Indonesia Open 1999 bukanlah terakhir kali para pebulutangkis Tanah Air mendominasi laga final. Pada edisi 2001, Indonesia menyapu bersih semua sektor.
Namun Indonesia Open 1999 jadi edisi yang pertama sekaligus terakhir digelar di Pulau Dewata. Maklum, setelah itu, turnamen Super 1000 ini lebih sering digelar di Istora Senayan, Jakarta, sampai saat ini.