Nasib Dua Negara Asia Tenggara di Kejuaraan Dunia Bulutangkis: Serupa tapi Tak Sama

Sabtu, 10 Agustus 2019 18:41 WIB
Penulis: Shella Aisiyah Diva | Editor: Nugrahenny Putri Untari
© bwfbadminton
Serupa tapi tak sama, begitulah kalimat tepat yang mencerminkan nasib dua negara Asia Tenggara di Kejuaraan Dunia Bulutangkis. Copyright: © bwfbadminton
Serupa tapi tak sama, begitulah kalimat tepat yang mencerminkan nasib dua negara Asia Tenggara di Kejuaraan Dunia Bulutangkis.

INDOSPORT.COM - Serupa tapi tak sama, begitulah kalimat tepat untuk mencerminkan nasib kedua negara Asia Tenggara di Kejuaraan Dunia Bulutangkis.

Kedua negara Asia Tenggara tersebut adalah Indonesia dan Thailand. Sama-sama merupakan negara yang olahraga bulutangkisnya sedang berkembang, tetapi pada akhirnya hasilnya lah yang membuat kedua negara tersebut berbeda.

Ya, sama-sama menjadi bagian dari Kejuaraan Dunia Bulutangkis sejak tahun 1977, Thailand harus mengakui keunggulan Indonesia soal total raihan gelar.

Ketika Indonesia sudah melangkah jauh dengan 22 gelarnya, Thailand masih setia dengan satu gelar yang diraih pada tahun 2013 melalui sektor tunggal putri yang dimenangkan Ratchanok Intanon.

Kala itu, Intanon sukses mengalahkan wakil China, Li Xuerui, di partai final dalam pertandingan rubber game dengan skor akhir 22-20, 18-21, 21-14 yang menjadi gelar perdana untuk Negeri Seribu Pagoda.

Jika pada tahun 2013 Thailand berhasil meraih gelar perdana, berbeda dengan Indonesia yang malah ketambahan dua gelar dari sektor ganda putra dan campuran.

Saat itu, pasangan Mohammad Ahsan/Hendra Setiawan beserta Tontowi Ahmad/Liliyana Natsir sukses menasbihkan diri mereka sebagai juara pertama di Kejuaraan Dunia 2013.

Tetapi pada tahun 2019 ini, segalanya bisa saja berbeda mengingat dunia bulutangkis Thailand sudah mulai berkembang. Perlahan tapi pasti, wakil-wakil Negeri Seribu Pagoda mulai menjadi ancaman berbahaya terutama untuk Indonesia.