INDOSPORT.COM - Berikut evaluasi dari tunggal putri Indonesia pasca berakhirnya kejuaraan dunia bulutangkis BWF 2019, di mana faktor stamina dan percaya diri jadi problem utama.
Dalam gelaran bulutangkis terbesar tahun ini tersebut, Indonesia hanya diwakili dua wakil dari sektor tunggal putri yakni Gregoria Mariska Tunjung serta Fitriani.
Sayangnya dua wakil tersebut gagal memberikan hasil optimal bagi Indonesia, bahkan Gregoria Mariska Tunjung dan Fitriani hanya bisa melangkah hingga babak kedua dan ketiga.
Di mulai dari Gregoria Mariska Tunjung, pebulutangkis peringkat 14 dunia tersebut harus terhenti di babak ketiga usai kalah dari pebulutangkis asal Thailand, Ratchanok Intanon.
Sementara Fitriani bernasib lebih buruk, di mana tunggal putri berusia 20 tahun tersebut terhenti di babak kedua setelah ditaklukan pebulutangkis asal Taiwan, Tai Tzu-ying.
Dari hasil yang diraih kedua pebulutangkis tersebut, sektor stamina dan tehnik pukulan menjadi masalah utama yang harus segera dibenahi sebelum tampil di ajang Chinese Taipei Terbuka.
Evaluasi pertama dari Gregoria Mariska Tunjung, menjadi pebulutangkis tunggal putri dengan ranking tertinggi di Indonesia, Gregoria sempat tampil mengesankan di babak kedua.
Pebulutangkis kelahiran Wonogiri tersebut mampu menang atas tunggal putri Thailand, Busanan Ongbamrungphan dengan dua set langsung 21-14 dan 21-10.
Sayangnya pada babak ketiga Gregoria gagal mengulang hasil serupa, padahal lawan yang dihadapi berasal dari negara yang sama seperti lawan di babak kedua lalu.
Gregoria menelan kekalahan tipis dengan rubber game usai ditekuk Ratchanok Intanon dengan skor 18-21, 23-21, dan 21-10. Dari hasil pertandingan tersebut dapat terlihat jelas jika stamina Gregoria wajib ditingkatkan.
Pasalnya Gregoria yang empat tahun lebih muda dari Ratchanok Intanon sempat menang di set pertama, namun gagal meneruskan raihan tersebut di set kedua bahkan terlihat sangat kelelahan di set ketiga hingga kalah telak 21-10.
Andai Gregoria punya staminan yang kuat setidaknya hingga set ketiga, mungkin skor cukup telak tersebut tak terjadi dan bisa saja Gregoria meraih kemenangan lantaran di dua set sebelumnya ia bermain sangat baik bahkan sempat meraih kemenangan.
Selain stamina, para pebulutangkis putri Indonesia tampaknya harus lebih pede saat tampil di event-event besar sekelas kejuaraan dunia, pasalnya jika tidak percaya diri maka kemampuan maksimal pun tak akan keluar.
“Pas di game kedua saya kebawa tegang, kurang rileks tangannya. Kaya kencang semua,” ucap atlet besutan klub Mutiara Bandung tersebut seperti dilansir laman badmintonindonesia.org.
"Game ketiga saya jatuhnya nggak lepas dan lawan lebih percaya diri. Saya tahu pikiran itu tidak menguntungkan saya. Akhirnya saya coba untuk menikmati game ketiganya saja," tambahnya.
Pun demikian dengan Fitriani, sikap nervous sangat terlihat dalam dirinya di pertandingan kemarin. Memang usianya masih sangat muda yakni 20 tahun, namun sebelum ajang BWF 2019 ia sempat tampil memukau dalam beberapa series.
Buktinya Fitriani berhasil menjadi juara di ajang Thailand Masters 2019, bahkan di tahun 2018 lalu dirinya sempat menaklukan beberapa tunggal putri asal Taiwan seperti Chang Ya Lan di ajang Jerman Open, serta Lin Hsiang Ti di ajang China Open dan Babel Indonesia Masters.
Andai Fitriani berani tampil pede, dan tak memusingkan lawan yang bakal ia hadapi, mungkin dalam gelaran China Open bulan depan dirinya bisa meraih kemenangan bahkan mampu menjuarai turnamen tersebut.