INDOSPORT.COM – Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI) telah melakukan tindakan serius untuk menghentikan eksploitasi anak yang dilakukan PB Djarum Foundation.
Karena selama ini PB Djarum dianggap menjadi anak-anak sebagai media promosi salah sati merek rokok ternama di Indonesia melalui audisi beasiswa bulutangkis.
KPAI sendiri tidak melarang PB Djarum dalam programnya yang membantu mengembangkan bakat anak bangsa di bidang olahraga bulutangkis.
“Bukan audisinya yang dihentikan, tetapi eksploitasi anaknya. Kami sepakat bahwa terjadi eksploitasi anak dalam audisi tersebut”, ucap Komisioner KPAI Sitti Hikmawatty, dilansir dari laman resmi KPAI.
Itu semata-mata karena sejumlah anak bangsa menggunakan kaos bertuliskan merek dagang rokok. Seperti yang diketahui, anak-anak yang ikut dalam beasiswa ini mendapatkan seragam yang di bagian dadanya bertuliskan merek dagang rokok.
Menurut pasal 47, penyelenggara kegiatan yang disponsori produk tembakau dan/atau bertujuan untuk mempromosikan produk tembakau dilarang mengikutsertakan anak di bawah usia 18 tahun.
Atas dasar itulah, KPAI berani mengambil langkah untuk mendesak PB Djarum agar berhenti mengeksploitasi anak. Pihak PB Djarum sendiri tak mau ambil pusing, mereka pun langsung memberikan langkah konkret.
PB Djarum secara mengejutkan memilih untuk tidak melanjutkan audisi umum beasiswa bulutangkis mulai 2020 mendatang.
Hal itu dibenarkan langsung oleh Direktur Program Bakti Olahraga Djarum Foundation, Yoppy Rosimin. Ia mengungkapkan bahwa 2019 menjadi tahun terakhir beasiswa ini digelar.
Padahal, PB Djarum sendiri merupakan penghasil atlet-atlet ternama di Indonesia salah satunya adalah Liem Swie King, Alan Budi Kusuma, Tontowi Ahmad, Mohammad Ahsan, dan Kevin Sanjaya.
Kelima pebulutangkis ternama Indonesia itu nyatanya memiliki prestasi yang sangat mentereng di dunia internasional. Itu sudah cukup membuktikan betapa pentingnya peran PB Djarum dalam dunia tepok bulu nasional.
Pabrik rokok itu sendiri memang sudah sangat akrab bagi dunia olahraga nasional. Selain bulutangkis, pabrik rokok ini nyatanya juga pernah menjadi sponsor utama kasta tertinggi sepak bola Indonesia beberapa tahun silam.
Akan tetapi karena ada larangan mengenai sponsor rokok di kegiatan olahraga sepak bola Indonesia, PT Djarum pun tidak lagi mencoba untuk mendanai kompetisi si kulit bundar.
Dalam beberapa tahun terakhir sepak bola Indonesia pun sukses menggelar kompetisi tanpa ada sponsor rokok. Akan tetapi pada musim 2019 ini, PSSI sedikit mengalami kesulitan mendapatkan sponsor.
Mengingat, beberapa hari lagi menjelang kick-off Liga 1 2019, PSSI belum mendapatkan sponsor utama. Hal itu tidak terlepas dari jumlah uang yang banyak untuk mendanai kompetisi sepak bola Indonesia.
Dalam hal ini, mungkin hanya pabrik rokok yang tidak pernah berpikir lama untuk mendanai kegiatan olahraga. Menjadi salah satu perusahaan yang pendapatan tertinggi di negri ini, tentunya membuat Djarum tidak pelit mengeluarkan uangnya.
“Tapi kalau dilarang KPAI harusnya memberikan solusi. Mencarikan sponsor pengganti. Kita sebagai pembina olahraga butuh sponsor untuk itu, sementara ada swasta mau," tutupnya.
Kini, jika PB Djarum telah memutuskan untuk berhenti melakukan audisi beasiswa bulutangkis. Lalu perusahaan mana lagi, selain pabrik tembakau, yang mau ‘membakar uangnya’ untuk olahraga tepok bulu?