INDOSPORT.COM – Pelatih petenis Serena Williams, Patrick Mouratoglou mengungkapkan tekanan yang dihadapi anak didiknya. Ia menuturkan bahwa Serena tertekan karena ambisinya untuk membuat sejarah sebagai peraih Grand Slam terbanyak.
Mantan petenis nomor satu dunia itu baru saja mengalami kekalahan keempat beruntunnya di final utama, terakhir di ajak AS Terbuka awal bulan ini. Sehingga, Williams harus menunggu kesempatan pada turnamen selanjutnya untuk dapat menggeser perolehan 24 gelar Grand Slam milik Margaret Court.
Williams belum pernah memenangkan satu set pun dalam empat final Grand Slam yang telah dia raih sejak kembalinya dari hiatus pasca kelahiran anak pertamanya pada September 2017 silam.
Petenis 37 tahun ini kalah dari Angelique Kerber di final Wimbledon 2018, lalu dikalahkan oleh Naomi Osaka di final AS Terbuka 2018 dua bulan kemudian. Sementara tahun ini, dia kalah di final Wimbledon 2019 melawan Simona Halep dan kemudian kalah oleh Bianca Andreescu di dinal AS Terbuka 2019.
Dilansir melalui Skysports, Mouratoglou mengakui Williams harus berlatih stategi formula demi kemenangan pada langkah terakhir di panggung final. Tujuannya tak ayal untuk memperkuat warisannya dalam Grand Slam.
"Dia harus memenangkan pertandingan terakhir di turnamen yang selalu sangat sulit," kata Mouratoglou.
"Ini satu pertandingan untuk sejarah dan tekanannya cukup tinggi. Ini adalah tekanan tertinggi yang dapat dimiliki siapa pun dalam hidup."
"Di sisi lain, Serena harus melawan petenis-petenis muda yang tak ada beban karena itu adalah final pertama mereka," lanjutnya.
Namun di samping itu, pelatih yang telah menangani Williams sejak 2012 ini menuturkan bahwa Williams semakin tangguh setiap harinya.
"Dia semakin bugar dan semakin bugar dia akan semakin berbahaya. Saya pikir dia sudah mulai bermain tenis yang sangat bagus," pungkas Patrick Mouratoglou dalam wawancara dengan Skysports.
Penulis: Ergian Pinandita