INDOSPORT.COM - Leo Rolly Carnando harus hati-hati, banyak pebulutangkis muda Indonesia yang pernah mendapat gelar juara dunia junior tampil kesulitan ketika di level senior.
Indonesia baru saja mencatatkan sejarah dengan menjuarai nomor beregu Kejuaraan Dunia Junior Bulutangkis 2019. Di final yang digelar di Kazan Gymnastics Center, Sabtu (05/10/19), Indonesia menekuk China 3-1.
Salah satu nama andalan yang mencuri perhatian tentu saja adalah Leo Rolly Carnando. Leo Carnando merupakan pemain ganda putra yang dipasangkan dengan Daniel Marthin.
Pasangan Leo Carnando dan Daniel Marthin meraih dua gelar dunia sekaligus di kejuaraan ini. Pertama dengan menjuarai nomor beregu dilanjut dengan nomor perorangan di sektor ganda putra.
Tak cuma bersinar di ganda putra, Leo Carnando juga tampil di final ganda campuran bersama Indah Cahya Sari walau akhirnya harus kalah di final.
Penampilan impresif Leo Rolly Carnando tentunya jadi kabar gembira bagi perbulutangkisan Indonesia. Indonesia kini memiliki penerus menjanjikan di sektor ganda putra.
Namun begitu, Leo Carnando harus hati-hati. Banyak pebulutangkis muda Indonesia yang pernah mendapat gelar juara dunia junior tampil kesulitan ketika di level senior.
Gemilang di Usia Belia, Flop di Level Senior
Indonesia memiliki sejumlah cerita minor perihal bakat muda yang melempem ketika di level senior.
Ada cukup banyak pebulutangkis muda Indonesia yang melempem di level senior walau pernah meraih titel gelar juara dunia junior.
Gregoria Mariska misalnya. Gregoria Mariska memberi angin segar bagi sektor tunggal putri Indonesia ketika meraih berbagai prestasi bergengsi di level junior.
Jorji tercatat pernah meraih gelar juara Kejuaraan Dunia Junior 2017. Tak hanya itu ia juga berulangkali masuk final Kejuaraan Asia Junior.
Sayang, catatan ini tak berlanjut di level senior. Walau jadi tunggal putri terbaik Tanah Air, namun Jorji tak sanggup tembus 10 besar ranking BWF.
Ia pun tak pernah menjuarai turnamen super series 500 ke atas. Tercatat, Jorji hanya pernah memenangkan Finnish Open tahun 2018 setelah mengalahkan rekan senegaranya, Ruselli Hartawan.
Contoh lainnya adalah Edi Subaktiar. Edi Subaktiar pernah digadang-gadang jadi penerus Tontowi Ahmad di sektor ganda campuran. Edi pernah juara dunia level junior tahun 2013.
Namun, Edi yang sempat dipasangkan dengan Melati Daeva dan Gloria Emanuelle, tenggelam begitu saja saat memasuki usia matang di level senior. Namanya meredup dan malah kalah dari Ronald Alexander atau pun Praveen Jordan.
Contoh berikutnya adalah Alfian Eko. Alfian Eko merupakan pemain bulutangkis ganda campuran yang biasa dipasangkan dengan Gloria Emanuelle Widjaja.
Bersama Gloria, ia pernah jadi juara dunia level junior. Akan tetapi, ketika memasuki level senior, pasangan ini tampil kurang memuaskan.
Alfian sempet berganti pasangan, namun tak benar-benar bisa menembus level teratas dunia.
Banyaknya juara dunia junior asal Indonesia yang tampil flop saat memasuki level senior bisa jadi pelajaran berharga bagi Leo Carnando. Jika ingin menjadi penerus Kevin Sanjaya, Leo harus terus berlatih keras dan fokus pada kariernya.