INDOSPORT.COM - Wafatnya legenda bulutangkis Indonesia, Johan Wahjudi, ternyata mendapat sorotan dari kompetisi tertua di dunia, All England.
Johan Wahjudi, mantan pemain bulutangkis asal Malang, Indonesia, pernah dikenal luas karena kariernya sebagai ganda putra bersama Tjun Tjun, pemain Indo-China kelahiran Cirebon yang kini telah berusia 67 tahun.
Johan yang tahun ini berumur 66 tahun, mengembuskan napas terakhir pada 15 November lalu. Hal ini tentu menjadi sebuah kabar mengejutkan, bukan hanya bagi dunia bulutangkis Indonesia, tapi juga internasional.
Bahkan, situs resmi Yonex All England Badminton, yang merupakan kompetisi bulutangkis tertua di dunia, turut memberikan sorotan mereka atas berita duka tersebut. Disebut kompetisi tertua, karena pertama kali diselenggarakan pada 1899.
"Dunia bulutangkis ikut berduka atas meninggalnya Johan Wahjudi, salah satu pemain terhebat dalam All England di era 1970an. Johan Wahjudi dan pasangannya, Tjun Tjun, menjadi pemain yang paling dominan di ganda putra. Mereka juara edisi 1974, 1975, 1977, 1978, 1979, dan 1980," tulis situs All England.
"Selain itu, mereka juga menjadi bagian dari apa yang disebut 'The Magnificent Seven' bersama Rudy Hartono, Liem Swie King, Iie Sumirat, Christian Hadinata, dan Ade Chandra," lanjut situs All England.
"Prestasi di All England tersebut mampu membuat mereka setara dengan Frank Devlind dan Gordon Mack dari Irlandia, dan dengan Finn Kobbero dan Jorgen Hammergaard Hansen dari Denmark," lanjutnya.
"Johan juga pernah menjadi pelatih tim Indonesia di All England 1986. Saat itu, Indonesia memiliki para pebulutangkis berbakat seperti Ardy Wiranata, Alan Budi Kusuma, dan Fung Permadi. Setelah pensiun dari dunia bulutangkis, dia menjadi seorang pebisnis," pungkas mereka.
Dengan prestasi tersebut, tidak heran bila almarhum Johan Wahjudi menjadi sorotan bukan hanya dari jagat bulutangkis Indonesia, tapi juga seluruh penjuru dunia, khususnya All England yang pernah ia taklukkan berkali-kali pada era 1970-an.