INDOSPORT Rewind: Moment Penting Bulutangkis Sepanjang 2019

Minggu, 29 Desember 2019 18:00 WIB
Penulis: Matheus Elmerio Giovanni | Editor: Ivan Reinhard Manurung
© Grafis: Ynt/Indosport.com
Bulutangkis menjadi olahraga yang cukup popular, berikut beberapa momen penting yang terjadi sepanjang 2019. Copyright: © Grafis: Ynt/Indosport.com
Bulutangkis menjadi olahraga yang cukup popular, berikut beberapa momen penting yang terjadi sepanjang 2019.

INDOSPORT.COM - Sebut saja nama-nama seperti Kevin Sanjaya/Marcus Gideon, Mohammad Ahsan/Hendra Setiawan sampai Jonatan Christie membuat bulutangkis menjadi olahraga yang cukup popular, berikut beberapa momen penting yang terjadi sepanjang 2019.

Nampaknya tahun 2019 memang menjadi era kejayaan Bulutangkis Indonesia baik itu di level junior atau senior. Level junior, kini muncul ganda putra unggulan seperti Leo Rolly Carnando/Daniel marthin yang sekarang dinaikkan ke level senior karena prestasinya.

Kini ganda putra Indonesia pun terlihat makin kuat jika melihat komposisi skuat yang ada di sektor tersebut. Sebut saja dua unggulan yakni Kevin Sanjaya Sukamuljo/Marcus Gideon dan Mohammad Ahsan/Hendra Setiawan ditambah lagi oleh Leo Rolly/Daniel Marthin untuk tahun 2020 mendatang.

Tapi sayangnya, satu nama pasangan yang paling kuat yakni Kevin Sanjaya/Marcus Gideon malah tak berhasil meraih gelar juara di turnamen bergengsi seperti Kejuaraan Dunia Bulutangkis 2019.

Beruntung Indonesia masih memiliki Ahsan/Hendra yang berhasil juara di Kejuaraan Dunia Bulutangkis 2019 pada tanggal 25 Agustus 2019 lalu.

Tapi tak lama setelah ganda putra Indonesia, Ahsan/Hendra juara di Kejuaraan Dunia Bulutangkis 2019, angin kencang menerpa bulutangkis Tanah Air di awal September 2019. Yaitu polemik yang terjadi antara PB Djarum vs KPAI terkait kasus eksploitasi anak yang diduga lewat audisi umum Djarum.

Polemik ini memuncak saat PB Djarum sempat mengumumkan bahwa audisi beasiswa Djarum tak ada lagi di tahun depan. Sontak, ini membuat para pecinta olahraga bulutangkis Indonesia merasa geram dengan KPAI dan Yayasan Lentera.

Bagaimana tidak, PB Djarum yang sudah berdiri sejak 1974, menjadi salah satu klub terbaik yang selalu mampu menelurkan bakat-bakat muda yang kini mengharumkan nama Indonesia di kancah internasional.

Selain polemik yang terjadi, juga ada prestasi yang diukir oleh tim bulutangkis junior di Kejuaraan Dunia Bulutangkis Junior 2019 pada awal Oktober 2019. Tim Bulutangkis Indonesia menang di babak final tepatnya pada tanggal 5 Oktober 2019.

Setidaknya ada 3 momen penting yang patut diingat dari bulutangkis Indonesia yang mampu membuat kita disegani di mata dunia. Berikut redaksi berita olahraga INDOSPORT akan membahasnya di bawah ini, simak selengkapnya.

Mohammad Ahsan/Hendra Setiawan Juara di Kejuaraan Dunia Bulutangkis 2019 - 25 Agustus 2019

Yang pertama tentu saja adalah gelar juara yang diraih oleh Mohammad Ahsan/Hendra Setiawan di Kejuaraan Dunia Bulutangkis 2019 tepatnya pada tanggal 25 Agustus 2019 lalu. Mereka berhadapan dengan wakil Jepang, Takuro Hoki/Yugo Kobayashi di babak final yang berlangsung di St. Jakobshalle, Munchenstein, Swiss.

Pertandingan berlangsung dengan sangat sengit, dengan gelar juara Ahsan/Hendra atas Takuro Hoki/Yogo Kobayashi harus ditentukan lewat rubber game. Tiga set diwarnai dengan sikap tak mau mengalah dari kedua pasangan. 

Set pertama sangat sengit, dengan keunggulan disegel oleh Ahsan/Hendra lewat skor 25-23. Tapi pada set kedua pertandingan ini, Ahsan/Hendra malah menurun dengan Hoki/Kobayashi berhasil mengunci kemenangan dan menyamakan kedudukan lewat skor akhir 9-21.

Tidak mau mengalah begitu saja, Ahsan/Hendra langsung tancap gas di set ketiga. Skor akhir 21-15 berhasil didapat oleh Ahsan/Hendra dan memastikan mereka menjadi juara ganda putra di Kejuaraan Dunia Bulutangkis.

Gelar juara ini tentu sangat spesial apalagi untuk Indonesia, di mana ganda putra peringkat satu dunia yang kita miliki, Kevin Sanjaya/Marcus Gideon malah tersingkir lebih cepat. Ganda putra berjuluk The Minions tersebut gagal melangkah ke babak selanjutnya setelah kalah oleh Choi Sol-gyu/Seo Seung-jae asal Korea Selatan melalui rubber game 21-16, 14-21, dan 21-23.

Spesial juga untuk Hendra Setiawan yang berhasil menjadi juara di Kejuaraan Dunia Bulutangkis 2019. Pada tanggal yang sama, 25 Agustus 2018, dirinya berulang tahun ke-35 dan menjadi peraih juara Kejuaraan Dunia Bulutangkis tertua sepanjang sejarah.

Ini juga menjadi gelar juara Kejuaraan Dunia Bulutangkis yang ketiga untuk pasangan ganda putra Ahsan/Hendra. Khusus untuk Hendra, dia juga pernah meraih gelar juara di turnamen yang sama pada tahun 2007 silam saat masih berpasangan dengan Markis Kido.

Gelar juara Ahsan/Hendra ini juga mendapat apresiasi dari legenda bulutangkis Indonesia, Christian Hadinata. Menurutnya, Ahsan/Hendra sudah sangat matang serta berpengalaman sebagai pebulutangkis.

"Mereka bermain sangat matang. Kematangan itu membuat mereka seperti beristirahat saat kalah di game kedua. Karena kalau tidak, tenaga mereka akan terkuras dan mungkin bisa kalah. Lawan mereka itu jauh lebih muda, kuat dan cepat," ucap Christian (28/08/19).

Lebih lanjut lagi, Ahsan/Hendra mengaku tak ada latihan atau instruksi khusus dari pelatih di partai final Kejuaraan Dunia Bulutangkis 2019. Menurut Hendra, yang terpenting untuk pasangan ganda adalah komunikasi.

"Jaga kekompakan dari segi komunikasi. Untuk pasangan ganda, memang komunikasi yang sangat penting," ucap Hendra saat diserbu wartawan sepulang dari Kejuaraan Bulutangkis Dunia 2019 di Bandara Soekarno-Hatta.

Dengan kesuksesan yang diraih, Ahsan/Hendra pun diguyur sejumlah bonus yang angkanya tidak main-main. Setibanya di Tanah Air pada tanggal 27 Agustus 2019 malam, Kementerian Pemuda dan Olahraga mengucurkan bonus sebesar Rp240 juta untuk masing-masing ke Mohammad Ahsan dan Hendra Setiawan.

Polemik PB DJarum vs KPAI dan Yayasan Lentera, Kasus Eksploitasi Anak - Awal September 2019

Salah satu isu yang hangat dibicarakan oleh para pecinta olahraga Indonesia adalah polemik yang melibatkan PB Djarum, Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI) dan Yayasan Lentera soal eksploitasi anak-anak yang menyeruak ke permukaan di awal September tahun ini.

Buntut dari polemik ini akhirnya membuat PB Djarum mengumumkan bahwa audisi umum pencarian bakat atlet muda bulutangkis di tahun 2019 merupakan yang terakhir kalinya digelar.

PB Djarum juga menyampaikan bahwa pada tahun 2020 mendatang, audisi pencarian bakat bulutangkis Indonesia ini akan dihentikan tapi dengan catatan 'sementara waktu'.

"Saya sampaikan ajang ini untuk pamit sementara waktu, tahun 2020 kita menghentikan audisi umum pencarian bakat bulutangkis ini. Memang sangat disayangkan, tapi demi kebaikan bersama, kita hentikan dulu," ucap Yoppy Rosimin selaku Direktur PB Djarum pada laman resmi pbdjarum.org.

Meski berdalih jika penutupan audisi hanya akan dilakukan untuk sementara waktu, namun PB Djarum belum bisa memastikan untuk dapat kembali membuka audisi umum beasiswa bulutangkis di masa mendatang.

“Bisa iya, bisa enggak (buka audisi), tergantung kondisi,” sebut Yoppy saat dihubungi awak media olahraga INDOSPORT, Minggu (08/09/19).

Sebenarnya polemik ini sudah dimulai saat menjelang audisi PB Djarum untuk tahun ini akan diadakan pada tanggal 28 Juli 2019 lalu. Ada tudingan dari Yayasan Lentera Anak tentang eksploitasi anak-anak yang dilakukan oleh ajang pencarian bakat ini.

Ketua Yayasan Lentera Anak, Lisda Sundari menduga adanya unsur eksploitasi anak karena mengharuskan mereka memakai kaos dengan terpampang tulisan Djarum sendiri.

"Pemantauan yang dilakukan Lentera Anak sejak 2015 sampai 2018 kemarin, panitia mengharuskan anak-anak peserta audisi mengenakan baju dengan tulisan Djarum, brand image produk tembakau," kata Lisda dalam siaran pers pada Juli lalu.

Ada juga tanggapan dari Yayasan Lembaga Konsumen Indonesia (YLKI) yang juga mendukung langkah KPAI dan Lentera Anak mengkritisi pencarian bakat yang dilakukan PB Djarum.

Menurut YLKI, penggunaan logo Djarum tersebut selain tidak pantas juga bertentangan regulasi yang berlaku, yakni PP No. 109/2012. Tidak peduli apapun alasannya logo tersebut merupakan brand image dari produk rokok, walaupun menurut mereka kedoknya foundation.

"Audisi olahraga tidak dilarang, tetapi yang menjadi masalah jika audisi olahraga untuk anak justru membawa brand rokok. Ini dapat menggiring pemahaman anak-anak bahwa rokok adalah hal biasa. Bahkan rokok bisa diartikan sebagai lambang prestasi bulutangkis, ini bahaya," ujar sekretaris YLKI, Agus Suyatno kepada INDOSPORT.

Pihak PB Djarum lewat Senior Manajer Program Bakti Olahraga Djarum Foundation, Budi Darmawan membantah tudingan tersebut. Dia menegaskan pencarian bakat dan pembinaan atlet muda ini tak terkait sama sekali dengan pemasaran rokok.

Sementara dari KPAI sendiri menanggapi tanggapan PB Djarum yang menjelaskan bahwa kegiatan pencarian bakat yang sudah digelar belasan tahun ini, terselubung eksploitasi anak oleh industri rokok.

"Ada dua hal pokok yang mendasari KPAI menyoal audisi bulutangkis yang dilakukan Djarum Foundation untuk dihilangkan, yakni: pertama, unsur eksploitasi di mana tubuh anak tidak dijadikan media promosi gratis.

"Kedua, ada unsur denormalisasi produk rokok, anak dikenalkan bahwa rokok merupakan produk normal dengan menjadikan mereka 'sahabat yang tidak berbahaya', padahal seharusnya anak-anak harus menjauhinya," ucap Komisioner KPAI, Sitti Hikmawatty saat dihubungi awak media INDOSPORT, Senin (09/09/19) sore.

Setelah berlarut-larut, polemik PB Djarum dengan KPAI ini akhirnya menemui jalan tengah. Kedua belah pihak yang berseteru akhirnya damai, setelah dipertemukan dan dimediasi oleh mantan Menteri Pemuda dan Olahraga (Menpora), Imam Nahrawi di Kantor Kementerian Pemuda dan Olahraga (Kemenpora) pada Kamis (12/09/19) lalu.

Poin kesepakatannya yakni KPAI sepakat mencabut surat yang meminta PB Djarum menghentikan audisi. Di sisi lain PD Djarum akan melanjutkan audisi pencarian bibit unggul atlet bulutangkis di beberapa kota di Indonesia.

"Djarum Foundation, bahwa PB Djarum sepakat untuk mengubah nama yang semula Audisi Umum PB Djarum 2019 menjadi Audisi Umum Beasiswa Bulutangkis, tanpa menggunakan logo, merek, dan brand image Djarum," ujar Imam Nahrawi.

Indonesia Juara Pertama Kali Kejuaraan Dunia Junior Bulutangkis 2019

Seperti tak tergoyahkan dengan polemik PB Djarum, KPAI dan Lentera Anak, bulutangkis Indonesia tetap memberi prestasi. Kali ini di Kejuaraan Dunia Junior Bulutangkis 2019, di mana 4 dari 5 wakil di ganda putra, ganda putri dan campuran di babak final, merupakan jebolan PB Djarum.

Antara lain adalah Leo Rolly Carnando, Daniel Marthin, Indah Cahya Sari Jamil dan Febriana Dwipuji Kusuma. Keempat itu merupakan jebolan PB Djarum yang kini disebut-sebut sebagai masa depan bulutangkis Indonesia, apalagi pasangan Leo Rolly/Daniel Marthin yang sudah promosi ke level senior.

Bahkan usai menjadi juara ganda putra Kejuaraan Dunia Junior Badminton 2019 pada tanggal 13 Oktober 2019, Leo Rolly/Daniel Marthin pun mengungkapkan rasa terima kasih kepada PB Djarum secara eksplisit.

“Saya berterima kasih kepada PB Djarum yang sudah membesarkan kami, khususnya pelatih Ade Lukas yang memasangkan kami sejak kecil dan ingin kami menjadi juara dunia junior. Sekarang, cita-citanya sudah tercapai,” ucap Daniel dilansir dari Badminton Indonesia.

“Saya juga ingin mengucapkan terima kasih kepada pelatih David Pohan, Thomas Indratjaja, dan semua pelatih di Pelatnas. Tak lupa, saya juga bersyukur kepada Tuhan. Tanpa-Nya, ini semua tidak akan bisa terjadi,” lanjut Daniel.

Ya, Indonesia memang hanya berhasil mendapat medali emas dari nomor ganda putra di Kejuaraan Dunia Junior Bulutangkis 2019 dari tiga nomor yang berhasil mencapai final, yaitu ganda putri dan ganda campuran.

pasangan ganda putra Leo Rolly Cardado/Daniel Marthin, yang mengandaskan unggulan pertama asal China, Di Zi Jian/Wong Chang dengan skor 21-19, 21-18.

Pertandingan sejatinya berjalan cukup sengit. Sejak set pertama, Leo/Daniel dan Di Zi Jian/Wang Chang sudah terlibat kejar mengejar angka. Namun Leo/Daniel mampu tampil tenang hingga menutup set pertama dengan kemenangan 21-19. Kemenangan yang sekaligus jadi modal apik untuk memulai jalannya set kedua.

Benar saja, set kedua Leo/Daniel makin menunjukkan kematangan bermainnya. Bahkan kali ini, set kedua berhasil ditutup Leo/Daniel dengan margin skor yang lebih jauh, yakni 21-18.

Sementara dua wakil Indonesia lainnya, yakni Leo Rolly Carnando/Indah Cahya Sari Jamil, dan Febriana Dwipuji Astuti/Amalia Cahaya Pratiwi harus kandas di tangan wakil China, Feng Yan Zhe/ Lin Fang Ling, dan Lin Fang Ling/Zhou Xin Ru.

Tidak hanya di sektor individu, di nomor beregu tim Indonesia juga berhasil meraih medali emas dengan skuat yang diisi oleh nama-nama berbakat seperti Leo Rolly Carnando, Daniel Marthin, Indah Cahya Sari Jamil, Febriana Dwipuji Kusuma, Christian Adinata, Nita Violina Marwah, Putri Syaikah hingga Bobby Setiabudi.

Kita mengalahkan tim bulutangkis China dengan skor akhir 3-1 untuk menjuarai nomor beregu Kejuaraan Dunia Junior Bulutangkis 2019. Gelar juara ini berkat kemenangan kita di ganda campuran yang diwakili oleh Daniel Marthin/Indah Cahya Sari Jamil, tunggal putri oleh Putri Kusuma Wardani dan ganda putri oleh Febriana Dwipuji Kusuma/Putri Syaikah.

Gelar juara di nomor ganda putra dan tim beregu, merupakan sesuatu yang bersejarah untuk bulutangkis Indonesia. Bagaimana tidak, Indonesia terakhir merasakan juara ganda putra di Kejuaraan Dunia Junior Bulutangkis pada tahun 1992 silam, sudah 27 tahun yang lalu.

Sementara untuk nomor beregu juga menjadi catatan bersejarah pasalnya ini merupakan kali pertama tim bulutangkis Indonesia meraih gelar di Kejuaraan Dunia Junior Bulutangkis. Sejak diadakan nomor beregu di tahun 2000, kita tak pernah menjadi juara dengan raihan terbaik 3 kali sebagai runner-up.

Mohammad Ahsan/Hendra Setiawan Juara BWF World Tour Finals 2019

Bulutangkis Indonesia menutup tahun 2019 dengan sempurna lewat gelar juara BWF World Tour Finals 2019 di nomor ganda putra yang diraih oleh Mohammad Ahsan/Hendra Setiawan.

Pasangan ganda putra Indonesia, Mohammad Ahsan/Hendra Setiawan berhasil mengalahkan wakil Jepang, Hiroyuki Endo/Yuta Watanabe di final BWF World Tour Finals 2019.

Bertanding di Tianhe Gymnasium, Guangzhou, China, Mohammad Ahsan/Hendra Setiawan menang dengan skor akhir 24-22, 21-19, Minggu (15/12/19).

Selain The Daddies mampu membalaskan dendam Kevin Sanjaya Sukamuljo/Marcus Fernaldi Gideon yang tumbang di tangan Hiroyuki/Yuta di babak semifinal BWF World Tour Finals 2019, gelar juara ini memang sangat spesial.

Pasalnya, ini merupakan gelar juara BWF World Tour Finals ketiga kalinya diraih oleh Ahsan/Hendra. Mereka pernah menjadi juara turnamen ini pada tahun 2013 dan 2015 lalu.

BWF World Tour Finals 2019 yang merupakan turnamen penutup dari serangkaian tur Kejuaraan BWF di tahun ini yang mengharuskan para pemain berada di peringkat 8 besar BWF di masing-masing nomor, tentu tak ada yang mudah bagi Ahsan/Hendra.

Bahkan di babak grup nomor ganda putra, Ahsan/Hendra harus satu grup dengan peringkat 4 BWF dari Chinese Taipei yaitu Lee Yang/Wang Chi-lin. Sementara itu juga dua pasangan lainnya, Aaron Chia/Soh Wooi Yik (Malaysia) dan Lu Ching-yao/Yang Po-han (Chinese Taipei.

Benar saja, Lee Yang/Wang Chi-lin berhasil menjadi batu sandungan Ahsan/Hendra di fase grup. Ahsan/Hendra menelan sekali kekalahan, yaitu saat bertemu Lee Yang/Wang Chi-lin di laga terakhir. Beruntung, Ahsan/Hendra masih lolos ke semifinal karena mengamankan posisi runner-up Grup B ganda putra.

Di babak semifinal ganda putra BWF World Tour Finals 2019, Ahsan/Hendra harus kembali menghadapi Lee Yang/Wang Chi-lin. Lawan yang membuat mereka merasakan kekalahan satu-satunya di fase grup. Tapi Ahsan/Hendra sudah belajar dan tak mengulangi kesalahan yang sama.

Hingga kemenangan dua set langsung dengan skor 21-14, 21-9 memastikan langkah Ahsan/Hendra ke babak final untuk bertemu wakil Jepang, Hiroyuki Endo/Yuta Watanabe yang baru saja mengalahkan Kevin Sanjaya/Marcus Gideon di babak semifinal.

Diharapkan mampu balaskan dendam Kevin/Marcus, Ahsan Hendra tampil benar-benar tanpa beban. Meski Hiroyuki/Yuta memberi perlawanan ketat, ganda putra kebanggaan Indonesia ini mampu menutup laga dengan kemenangan dua set langsung, skor akhir 24-22, 19-21.

Selain berhasil mengharumkan nama Indonesia di kancah internasional, kemenangan ini juga membuat Ahsan/Hendra makin dominan dalam pertemuan head to head dengan wakil Jepang itu.

Termasuk pertemuan di final BWF World Tour Finals 2019, kini Ahsan/Hendra berhasil mengoleksi 6 kemenangan dari total 7 pertemuan yang terjadi antara keduanya selama ini. Endo/Yuta harus puas dengan hanya menang sekali saja atas Ahsan/Hendra.

Menutup tahun 2019 dengan gelar juara BWF World Tour Finals, Ahsan/Hendra pun mencatat rekor sebagai ganda putra pertama yang mampu mengawinkan 3 gelar bergengsi sekaligus. Yaitu medali emas dari All England, Kejuaraan Dunia Bulutangkis, BWF World Tour Finals, semuanya dicapai pada tahun 2019.