INDOSPORT.COM – Kabar duka menghampiri dunia bulutangkis Tanah Air. Salah satu sosok pahlawan yang mempersembahkan Piala Uber 1975, Tati Sumirah meninggal dunia di RSUP Persahabatan, Rawamangun, Jakarta Timur pada Kamis (13/02/20) malam.
Padahal, beberapa waktu lalu, awak redaksi INDOSPORT sempat menyambangi kediaman Tati Sumirah di kawasan Buaran, Jakarta Timur. Proses silaturahmi ini memang sempat terkendala, mengingat Tati sendiri tidak aktif menggunakan ponsel.
Usai turun dari Stasiun Buaran, kami mencoba bertanya ke sejumlah tetangga, termasuk ke salah satu warung kelontong yang rupanya disewakan oleh keluarga besar Tati Sumirah. Alhasil, kami pun mendapati rumah sang legenda dan disambut dengan ramah.
Tati Sumirah, pebulutangkis 68 tahun itu tinggal bersama dengan sang adik dan keponakannya, serta sang ibunda yang juga telah renta dimakan usia. Meski sempat menderita cedera di kaki kirinya, namun ia masih aktif bergerak dan beraktivitas di rumah.
“Sehari-hari saya di rumah saja, ngurusin orang tua. Saya di rumah sama adik paling bontot, itu yang belum menikah. Saya belum menikah juga, tapi ya sudah ngurusin orang tua saja. Saya orangnya nggak neko-neko,” ucap Tati Sumirah kala itu.
“Saya kecelakaan di Kemayoran, naik motor nabrak orang, nggak sengaja nabrak Pak Ogah, padahal saya bawa motor pelan. Pas bangun, loh, kayaknya kena engsel nih. Namanya juga sudah tua, ya sudah saya istirahat saja urusin rumah,” tambahnya.
Tati Sumirah juga bersemangat kala menunjukkan koleksi medali dan trofi yang ia raih di masa muda, saat masih membela Indonesia di kompetisi bulutangkis internasional. Kepada awak redaksi INDOSPORT, Tati mengenang momen emasnya saat menjuarai Piala Uber 1975 dan mendapat apresiasi dari pemerintah.
“Dapat Uber pertama untuk Indonesia, bangga sekali. Kebetulan juga ada Thomas, jadi kawin berdua. Cuma kalau anak laki kan mantap hadiahnya. Saya berharap dapat rumah, tapi ternyata hanya dapat sejuta, saya belikan motor Vespa. Dulu sih sejuta sudah mahal, tapi kita kan orangnya terima apa adanya.”
Hampir empat puluh tahun meninggalkan dunia bulutangkis sejak era 1980an, Tati Sumirah mengaku rindu dengan suasana Pelatnas. Bahkan, ia pun mengungkapkan keinginannya yang hingga kini gagal terwujud, yakni ingin menjadi pelatih bulutangkis.
“Saya sih sebenarnya ingin melatih, kalau untuk latihan fisik bisa saja. Cuma masalah ngomong yang susah, saya nggak bisa ngomong, pemalu orangnya. Dulu saya nggak pernah menemui wartawan, banyak yang mau wawancara, tapi saya nggak mau.”
Sayangnya, saat kami menawarkan untuk membawa Tati Sumirah ke Pelatnas Cipayung atau Istora Senayan, Tati mengaku sudah sulit beraktivitas ke tempat yang jauh, sehingga ia memilih untuk menyaksikan pertandingan bulutangkis di televisi saja.
“Saya nggak pernah nonton langsung pemain Indonesia, nggak pernah ke Istora, nggak pernah ke Pelatnas Cipayung juga. Dulu kadang dapat undangan, sekarang pemain-pemain lama sudah nggak diundang. Kalau di TV saya masih nonton,” ucapnya.
Kini, setelah tiga bulan berlalu sejak kunjungan itu, kami mendapat kabar jika Tati Sumirah tengah kritis di ICU RSUP Persahabatan. Kabar ini kami terima langsung dari keponakannya, Reza Aditya Pratama.
“Bude Tati denyut jantungnya dua kali lipat dari jantung normal. Paling buruknya Bude Tati jantungnya berhenti. Kita berdoa untuk kesembuhan dan kekuatan Bude Tati,” pesan Reza Aditya kepada awak redaksi INDOSPORT, Rabu (13/02/20) sore pukul 16.20 WIB.
Tak berselang lama, Reza pun mengabarkan jika Tati Sumirah wafat pada pukul 22.30 WIB. Keluarga besar INDOSPORT turut berbelasungkawa atas berpulangnya Almarhumah Tati Sumirah.