INDOSPORT. COM - Sejumlah pebulutangkis aktif kelahiran Indonesia diketahui ada yang lebih memilih membela negara lain.
Indonesia memang terkenal sebagai salah satu negara pencetak atlet bulutangkis hebat. Silih berganti nama-nama hebat dari generasi ke generasi mengharumkan Merah Putih di pentas bulutangkis internasional, mulai dari Rudy Hartono, Liem Swie King, Susy Susanti, Taufik Hidayat, Kevin Sanjaya, dan lain sebagainya.
Mengingat begitu manisnya prestasi Indonesia, tak heran bila ada banyak anak muda yang menyimpan hasrat untuk menorehkan hal serupa. Berlatih keras, berjuang membawa nama Indonesia, dan menyanyikan lagu kebangsaan saat meraih medali emas, begitu indah rasanya jika sampai terwujud.
Namun cerita seperti itu ternyata tak berlaku secara keseluruhan. Ada pula beberapa anak bangsa yang berbakat di bidang bulutangkis, dan memilih membela negara lain.
Mereka bahkan sempat meraih gelar juara bersama negara baru yang dibelanya. Meski begitu, fakta bahwa mereka atlet asli kelahiran Indonesia jelas tak bisa diluputkan begitu saja.
Lalu, siapa saja para pebulutangkis aktif kelahiran Indonesia yang bela negara lain? INDOSPORT coba mengulasnya ke dalam rangkuman berikut.
Danny Bawa Chrisnanta (Singapura)
Danny Bawa Chrisnanta pada dasarnya merupakan seorang atlet bulutangkis kelahiran Indonesia. Namun pada 2013, Danny Bawa Chrisnanta memutuskan menjadi WNA dan membela Singapura.
Ketika sudah berstatus pebulutangkis aktif Singapura, Danny Bawa Chrisnanta dipasangkan dengan Chayut Triyachart di sektor ganda putra. Ia pun perlahan sukses merengkuh beberapa gelar prestisius.
Salah satunya adalah ajang Macau Open 2014. Menariknya di partai final, pasangan Singapura ini bertemu dengan ganda putra Indonesia Angga Pratama/Ricky Karanda Suwardi.
Beberapa gelar bergengsi lainnya pernah pula Danny Bawa Chrisnanta raih, di antaranya Malaysia Masters dan Dutch Open. Catatan tersebut membuat Danny Bawa Chrisnanta menggapai peringkat terbaiknya di rangking BWF nomor ganda campuran, yakni 9 dunia pada 28 Februari 2013, dan ganda putra di peringkat 16 dunia pada 16 April 2015.
Setyana Mapasa (Australia)
Setyana Mapasa sejatinya sempat masuk pelatnas PBSI saat masih junior, tetapi ia mengalami cedera dan dipaksa pensiun dini. Tak mau menyerah, Setyana pergi ke Australia dan akhirnya dinaturalisasi menjadi warga Australia.
Lahir di Manado, Sulawesi Utara dan Setyana saat ini sudah menjadi warga negara Australia sejak 2014. Dirinya sekarang akfif berkarier mewakili Australia di sektor ganda putri bersama pasangannya Gronya Somerville.
Prestasi gemilang Setyana salah satunya tercipta pada 2019 lalu. Duet Setyana/Gronya sukses menjuarai gelaran Canada Open 2019, setelah mengalahkan pasangan Korea Selatan, Chang Ye-na/Kim Hye-rin.
Ade Resky Dwicahyo (Azerbaijan)
Ade Resky Dwicahyo merupakan pebulutangkis kelahiran Kendari, 14 Mei 1998. Pria 21 tahun ini diketahui sempat membela Timnas Bulutangkis Indonesia di dua turnamen beregu yakni Kejuaraan Junior Asia dan Kejuaraan Dunia Bulutangkis pada tahun 2016 lalu.
Namun di turnamen Kejuaraan Asia Junior 2016, Timnas Bulutangkis Indonesia yang diperkuat Ade Resky Dwicahyo kalah di perempatfinal dari tim Korea Selatan sehingga tak mendapatkan medali apapun.
Demikian pula di Kejuaraan Dunia Junior Bulutangkis 2016, Timnas Bulutangkis Indonesia juga gagal meraih medali setelah terhenti di babak perempatfinal.
Dua turnamen tersebut menjadi turnamen terakhir pebulutangkis Ade Resky Dwicahyo bersama Timnas Bulutangkis Indonesia, karena setelah itu ia memilih membela Azerbaijan.
Tahun 2018, pemain binaan klub PB Exist Jakarta tersebut berhasil naik podium di turnamen Kharkiv International Challenge yang diselenggarakan pada 29 Agustus - 2 September 2018 lalu.