Banyak Merugikan Pemain, Ketua Komite BAM Desak BWF Perhatikan Kualitas Wasit

Kamis, 19 Maret 2020 09:18 WIB
Penulis: Shella Aisiyah Diva | Editor: Lanjar Wiratri
© bwfbadminton
Ketua Komite Pengembangan Asosiasi Bulutangkis Malaysia (BAM), Chin Chai mendesak BWF memerhatikan kinerja wasit yang dinilai banyak merugikan pemain. Copyright: © bwfbadminton
Ketua Komite Pengembangan Asosiasi Bulutangkis Malaysia (BAM), Chin Chai mendesak BWF memerhatikan kinerja wasit yang dinilai banyak merugikan pemain.

INDOSPORT.COM - Ketua Komite Pengembangan Asosiasi Bulutangkis Malaysia (BAM), Chin Chai mendesak Federasi Bulutangkis Dunia (BWF) memperhatikan kinerja wasit yang dinilai banyak merugikan pebulutangkis.

Di gelaran All England 2020, ada banyak keputusan wasit yang sangat merugikan pemain. Contohnya saja di partai final Praveen Jordan/Melati Daeva Oktavianti yang banyak dinyatakan fault servis oleh wasit.

Hal yang sama juga dialami oleh pasangan Kevin Sanjaya/Marcus Gideon di babak pertama All England 2020 hingga membuat pebulutangkis Kevin Sanjaya sampai banting raket.

Tak hanya itu, masih membekas dalam ingatan kita di final turnamen Hong Kong Open 2019 saat Anthony Sinisuka Ginting harus rela melepaskan gelar BWF World Tour Super 500 tersebut setelah di poin kritis, wasit menyatakan pukulan yang dilakukannya fault.

Kesalahan-kesalahan dalam pengambilan keputusan dari wasit yang memimpin jalannya pertandingan ini pun menjadi sorotan Ketua Komite BAM. Menurutnya, BWF harus mengevaluasi besar-besaran kinerja wasit mereka.

Dengan mengevaluasi kinerja wasit maka setidaknya tidak banyak pemain yang akan dirugikan oleh keputusan-keputusan mereka yang terkadang sangat kontroversial.

"Dengan Olimpiade Tokyo tidak lama lagi, saya berharap para pemain akan diizinkan challenge untuk mewasiti keputusan karena ada rekaman visual sekarang," katanya.

“BWF harus dengan cepat menemukan cara untuk mengatasi kelemahan ini dengan melakukan penelitian dan pengembangan pada sensor laser. Saya percaya dalam waktu dekat, sensor laser dapat mendeteksi situasi dan titik kontak ketinggian layanan seperti itu," ujar Chin Chai dikutip dari media The Star.

BWF telah menerapkan teknologi Smart Replay Hawk-Eye pada 2013 untuk mendeteksi sejumlah pelanggaran dan kesalahan servis.Seorang pemain diberikan dua challenge per pertandingan dalam pertandingan dan turnamen yang dipilih.

Jika pemain berhasil challenge, dia tidak kehilangan challenge tetapi jika itu salah, pemain kehilangan challenge. Selain itu, kamera pelacak Hawk-Eye juga menyediakan data tentang hal-hal seperti kecepatan smes.