INDOSPORT.COM - Eks pebulutangkis Denmark yang kini menjadi pelatih, Joachim Fischer Nielsen, merasa Praveen Jordan memiliki bakat yang luar biasa, namun dianggap masih kurang konsisten saat di lapangan.
Di mata Joachim Fischer Nielsen, seorang pemain bulutangkis bisa dikatakan hebat jika bisa mengasah bakat mereka dengan konsistensi tanpa banyak kesulitan. Namun, hal ini tampaknya sulit dilakukan oleh seorang Praveen Jordan.
“Saya pikir dia pemain yang luar biasa. Namun terkadang pasang surut, dia seperti itu dalam kariernya, tetapi banyak orang mengandalkannya,” kata Nielsen dilansir dari BWF World Tour.
“Dia terkadang bermain di level yang menurut Anda gila, namun mungkin ada juga turnamen yang menurut Anda dia bisa bermain sangat buruk. Tapi begitulah gayanya,” lanjut Nielsen.
Penurutan Nielsen ini rupanya juga didukung oleh mantan rekan tandem Praveen Jordan, Debby Susanto, yang kini sudah gantung raket.
Debby Susanto mengatakan bahwa Praveen adalah pemain yang berbakat, masih muda. Namun di balik keunggulannya itu, Praveen memiliki masalah besar dengan inkonsistensi.
“Saya pikir dia bisa menjadi salah satu dari lima pemain hebat pria, tetapi masalahnya adalah inkonsistensi. Terkadang dia melakukan banyak kesalahan. Itu satu-satunya masalah. Jika dia bisa mengatasinya, dia bisa jadi pemain yang sangat bagus,” tukas Debby.
Inkonsistensi Praveen sendiri bisa terlihat ketika dia tampil di final All England 2020 bersama rekannya Melati Daeva menghadapi wakil Thailand, Dechapol Puavaranukroh/Sapsiree Taerattanachai. Dia gagal menghancurkan lawannya di game ketiga.
Untungnya, Praveen ditemani oleh Melati yang dianggap sebagai kolaborator yang mampu mengimbangi inkonsistensi pemain yang akrab disapa Ucok itu.
Praveen/Melati belakangan berkembang jadi ganda campuran yang diperhitungkan dunia. Setelah kemenangan di seri Eropa, Denmark Open dan French Open tahun lalu, keduanya menambah gelar di ajang bergengsi All England 2020 yang menandakan babak baru dalam karier mereka.