INDOSPORT.COM – Berbicara tentang sejarah PB Djarum, tak lengkap rasanya apabila tidak membicarakan sosok Liem Swie King.
Pebulutangis peraih tiga gelar juara All England ini merupakan salah satu bakat asli Kudus yang ditemukan langsung oleh pemilik pabrik rokok Djarum, Budi Hartono di awal-awal berdirinya PB Djarum.
PB Djarum yang berdiri di tahun 1969 menemukan bakat Liem Swie King di tahun 1971. Saat itu, pria yang kini memiliki julukan “the king of smash” bertanding di sebuah final kejuaraan bulutangkis yang diselenggarakan di Kudus.
Liem Swie King yang ketika itu baru berumur 15 tahun bertanding melawan karyawan Djarum yakni Koesmanto. Di partai final, Liem Swie King kalah dan setelah itu ia segera keluar lapangan untuk menangis di tangga.
Budi Hartono yang saat itu hadir untuk memberikan semangat kepada karyawan Djarum yang berlaga langsung menghampiri Liem Swie King yang tengah menangis.
“Saya datangi, saya tanyain. Kenapa kamu sedih (red-nangis)? ‘Ya, saya kalah,’ katanya. Ya kalah, kamu kan baru 15 tahun,” kenang Budi Hartono yang dilansir dari buku Dari Kudus Menuju Prestasi Dunia.
Tak berhenti di situ, Budi Hartono lantas bertanya kepada Liem Swie King soal siapa yang melatih dan dimana Liem Swie King melakukan latihan. Akhirnya Budi Hartono menawari anak muda berumur 15 tahun tersebut untuk ikut latihan di PB Djarum.
Namun, Budi Hartono memberi syarat kepada Liem Swie King bahwa ayahnya yang notabene merupakan pelatihnya saat di rumah dilarang untuk mendampinginya latihan selama ikut PB Djarum di brak bitingan lama.
Bermain di PB Djarum, Liem Swie King bisa melakukan latihan terpogram dan menemukan lawan tanding yang sebagian besar karyawan Djarum yang sudah biasa berlatih.
Apalagi setelah itu teman tandingnya terus bertambah karena Djarum memberi kesempatan masyarakat umum yang memiliki bakat. “Mereka rata-rata berkualitas dan membuat saya lebih maju lagi,” ujar Liem Swie King di buku Dari Kudus Menuju Prestasi Dunia.
Sejak saat itu Liem Swie King terus menunjukkan kegigihannya dan prestasi satu demi satu ia raih. Beberapa prestasi yang ia dapatkan di awal-awal bergabung dengan PB Djarum adalah juara tunggal putra Piala Munadi 1972 dan runner up di PON 1973.
Nama Liem Swie King mulai dikenal di dunia bulutangkis nasional saat berhasil menang di kejuaraan nasional yang diselenggarakan di Semarang pada tahun 1975. Di final kejuaraan tersebut, ia mengalahkan Tjun Tjun yang merupakan semifinalis All England 1973 dua set langsung.
Prestasi itu yang membuat Liem Swie King diberitakan di media nasional seperti koran dan televisi. Pencapaiannya menyabet gelar juara nasional juga membuat Persatuan Bulutangkis Seluruh Indonesia (PBSI) memintanya masuk Pelatnas.
Namun Liem Swie King baru berangkat Pelatnas setelah ia menyelesaikan pendidikannya di Sekolah Menengah Atas (SMA).