INDOSPORT.COM - Mengenal profil Wang Wenjiao, sosok yang menjadi bapak badminton China dan ternyata memiliki darah Jawa.
Sepanjang sejarah, China memang dikenal sebagai pesaing kuat Indonesia dalam dunia badminton bahkan bisa dibilang jika negara berjuluk Tirai Bambu ini merupakan raja olahraga tepok bulu jika dilihat dari prestasi para atletnya.
Dalam beberapa ajang besar BWF serta turnamen badminton internasional lainnya, China mampu mendominasi dan menyumbangkan sejumlah wakilnya di podium juara.
Pada ajang Olimpiade misalnya, kontingen China berhasil meraih 41 medali juara dengan 18 diantaranya adalah emas, raihan tersebut menjadi jumlah emas terbanyak ketimgang negara lain.
Namun dibalik kesuksesan Timnas China dalam merajai dunia bulutangkis dalam beberapa tahun terakhir, ternyata ada sosok berdarah Jawa yang menjadi inspirator serta figur penting kekuatan negeri Tirai Bambu di olahraga tepok bulu.
Adalah Wang Wen Jiao, mantan pebulutangkis nasional yang lahir di Surakarta (Solo), pada tahun 1933 silam. Wang Wen Jiao tercatat sebagai pelopor kekuatan badminton China hingga menjadi unggulan dunia saat ini.
Wang merupakan salah satu pendiri tim bulutangkis China. Ia membawa olahraga bulutangkis dari Indonesia di tengah potensi olahraga tenis meja dan basket di Negeri Tirai Bambu.
“Saya membawa badminton dari Solo. Saya kembali ke China bersama tiga teman saya dan kami berpencar. Tidak ada yang tahu badminton di China saat itu. Kami berkeliling ke berbagai daerah dan mendemonstrasikannya, perlahan olahraga ini jadi populer,” ungkap Wang dilansir dari laman DNA.
Wang sendiri adalah mantan pebulutangkis dan pernah menjadi juara nasional pada 1956 dan 1959. Pada tahun 1957, Wang bersama rekannya, Chen Fushou, menerbitkan buku teks bulutangkis pertama di China.
China sendiri pada periode itu bukanlah negara yang diunggulkan dalam olahraga badminton, bahkan dalam beberapa ajang selalu menjadi bulan-bulanan tim Eropa seperti Denmark ataupun Inggris.
Kunjungan pertama Wang ke China terjadi pada tahun 1953, saat itu Wang mengunjungi RRC sebagai anggota delegasi olahraga China-Indonesia.
Pada saat melihat kemampuan badminton China, Wang melihat jika kualitas atlet di negara tersebut sangat rendah bahkan dirinya mampu mengalahkan juara nasional China dengan skor telak 15-0.
Setelah tugas delegasinya selesai, Wang dan temannya Chen Fushou memutuskan untuk pindah ke Cina tahun 1954 untuk mengembangkan olahraga di negara leluhur mereka.
Setelah pensiun sebagai atlet tahun 1960-an akibat cedera, Wang Wen Jiao akhirnya mengemban jabatan sebagai pelatih bulutangkis China dan mulai melahirkan generasi pertama kejayaan bulutangkis China.
Semasa aktif sebagai pelatih, Wang mendesain pola latihan unik dengan menekankan pada satu aspek, yakni kecepatan. Menurutnya, kemampuan akan terangkat apabila pemain memiliki kecepatan dan kekuatan.
“Intinya ada di kecepatan. Saya mengembangkan sistem yang diterapkan di sekolah-sekolah China. Jika seseorang ingin menjadi pelatih, mereka harus mempelajari silabus saya selama tiga bulan,” paparnya.
Kerja keras Wang dalam melatih berhasil terbukti, dunia yang sebelumnya meremehkan kekuatan China mampu dibungkam lewat penampilan gemilang pemainnya yang mengalahkan juara enam kali All England, Erland Kops, dengan skor 15-0.
Generasi pertama hasil pelatihan Wang pun berhasil lahir, dan menghasilkan sejumlah pebulutangkis ternama seperti Hou Chia Chang, Fang Kai Hsiang, dan Tang Hsien-hu.
Berbekal para atlet tersebut, China mulai tampil di berbagai macam kejuaraan tingkat Asia. Saat tampil perdana di ajang internasional pada 1983, mereka berhasil menjuarai Thomas Cup di percobaan pertama.
Setelah menghabiskan 21 tahun dalam melatih atlet China, pada tahun 2019 lalu nama Wang Wen Jiao masuk dalam 42 daftar orang yang menerima gelar kehormatan Presiden China.
Dari semua tokoh berpengaruh China yang menerima penghargaan tersebut, hanya pria kelahiran Solo ini yang mendapat penghargaan dari bidang olahraga.
Bahkan hingga kini, nama Wang Wenjiao dianggap sebagai bapak badminton China berkat usaha dan kerja kerasnya membangun dinasti olahraga tepok bulu di negeri Tirai Bambu.