INDOSPORT.COM - Taufik Hidayat hampir tak pernah absen mengikuti kejuaraan All England. Sayang, tak ada satu pun gelar yang mampir padanya.
Nama Taufik Hidayat pernah begitu masyhur di dunia bulutangkis. Pebulutangkis kelahiran Bandung tersebut pernah beberapa kali membawa harum Indonesia di ajang internasional.
Sejumlah gelar bergengsi pernah diraih Taufik Hidayat seperti medali emas SEA Games dan Asian Games serta Olimpiade.
Bahkan Taufik Hidayat pernah mencatatkan rekor sebagai tunggal putra dengan rekor smash terkencang yaitu 305 km/jam, dalam babak semifinal Kejuaraan Dunia 2006. saat bertemu Ng Wei asal Hong Kong.
Selain itu, Taufik Hidayat berhasil mencapai peringkat satu dunia saat masih berusia 19 tahun pada tahun 2000 silam, itu diraih setelah dirinya memenangkan sejumlah gelar secara beruntun seperti Malaysia Open, Kejuaraan Asia, Indonesia Open.
Namun ada satu gelar sangat penting yang belum didapatkan Taufik Hidayat sebagai pebulutangkis elite dunia, yakni All England. Taufik sendiri pernah dua kali sangat dekat meraih trofi bergengsi ini.
Taufik Hidayat hampir tak pernah absen mengikuti kejuaraan All England. Sayang, tak ada satu pun gelar yang mampir padanya. Meski begitu, ada dua turnamen All England di masa belianya yang nyaris berhasil didapatkan.
All England 1999, Kejutan Si Anak Muda
Taufik Hidayat datang bertanding ke Inggris pada turnamen All England 1999 dengan usia yang sangat belia, yakni 19 tahun.
Tak banyak yang menggunggulkan dirinya untuk lolos sampai ke partai final. Selain masih sangat muda, ia belum meraih gelar-gelar bergengsi selevel All England sebelumnya
Taufik Hidayat melalui babak pertama dengan mulus usai menyingkirkan wakil Korea Selatan, Park Tae-sang. Penampilan impresif Taufik berlanjut di babak 16 besar saat mengalahkan wakil tuan rumah, Peter Knowles.
Di sinilah Taufik mulai menebar ancaman. Di babak perempatfinal Taufik 19 tahun sukses mengalahkan pebulutangkis Taiwan berdarah Indonesia, Fung Permadi.
Taufik pun mulai mendapat perhatian penuh kala mengalahkan Paul-Erik Hoyer Larsen di semifinal dengan dua set langsung. Di partai final Taufik Hidayat bersua dengan pebulutangkis tunggal terbaik Denmark, Peter Gade.
Ini jadi kesempatan besar bagi Taufik untuk merengkuh gelar All England pertamanya di usia sangat muda, 19 tahun. Sayang, di partai final Taufik Hidayat harus menyerah melalui laga tiga set, 11-15, 15-7, 10-15.
Peter Gade saat itu memang tengah memasuki usia emasnya dan jadi salah satu pebulutangkis tunggal top dunia. Kekalahan ini memang cukup menyesakkan, tapi sekaligus menjadi pelecut motivasi Taufik selanjutnya.
All England 2000, Habis Bensin di Partai Puncak
Pada ajang All England 2000 Taufik Hidayat tampil dengan kepercayaan diri berkat bekal pengalaman main di partai final setahun sebelumnya. Apalagi, ia baru saja memenangi cabor bulutangkis SEA Games 1999 di nomor perorangan dan beregu.
Seperti yang diduga sebelumnya, Taufik sanggup melibas semua laga babak babak pertama sampai semifinal dengan kemenangan. Sejumlah pebulutangkis ternama dunia saat itu seperti Kenneth Jonassen (Denmark) dan Chen Hong (China) jadi korban si Taufik muda.
Taufik pun menatap laga final dengan dukungan serta kepercayaan diri yang lebih besar. Sebagai rising star sekaligus ranking satu dunia di masa itu, Taufik sangat diunggulkan merebut gelar All England pertamanya.
Namun, kejutan terjadi di final. Taufik Hidayat justru kandas dari pebulutangkis China, Xia Zuanze, dengan dua set langsung 6-15 dan 13-15. Skor yang mencolok menunjukkan Taufik yang seperti sudah kehabisan bensin di partai pamungkas.
Gelar yang sudah sangat dekat itu pun kembali harus melayang. Namun, di tahun itu Taufik Hidayat berhasil tembus ke ranking satu dunia setelah tampil sebagai runner-up All England.
All England 2000 jadi edisi terakhir Taufik Hidayat tembus ke partai final. Sampai pensiunnya di tahun 2013, Taufik tak pernah lagi menapakkan kaki di partai puncak All England.