INDOSPORT.COM - Presiden Federasi Bulutangkis Dunia (BWF), Poul Erik Hoyer Larsen, yang kerap mengeluarkan keputusan nyeleneh nan kontroversional pernah dibikin sakit hati oleh Indonesia saat dirinya masih menjadi pemain badminton.
Poul Erik menjadi sorotan publik lantaran ingin mengembalikan sistem poin bulutangkis ke 11 poin tahun depan. Padahal, sistem tersebut sudah ditinggalkan sejak tahun 2006 silam.
Tentu saja, jika sistem 11 poin kembali diberlakukan hal tersebut akan sangat menguntungkan bagi pemain Eropa yang bertipikal menyerang sementara keterampilan pemain Asia dengan ciri khas bertahan akan sangat terbatasi.
Bisa jadi, dominasi pemain Asia di turnamen bulutangkis dunia pun perlahan memudar. Mengingat sistem 11 poin akan sangat membatasi pergerakan pemain Asia dan hanya memberikan keuntungan semata bagi pemain Eropa yang tidak kuat bermain dalam waktu yang lama.
Menilik lebih jauh, Poul Erik Hoyer Larsen ternyata pernah dibikin sakit hati oleh tim bulutangkis Indonesia, jauh sebelum dirinya menjabat sebagai Presiden BWF.
Momen tersebut terjadi pada perebutan Piala Thomas 1996. Diketahui, skuat bulutangkis Denmark, yang diperkuat Poul Erik Hoyer Larsen menghadapi tim Indonesia di partai final.
Denmark melaju ke babak final usai mengalahkan China, sementara Indonesia mendepak Korea. Tim Merah Putih lantas menurunkan Joko Suprianto di partai pertama berhasil menang mudah atas Poul-Erik Hoyer Larsen dengan skor 18-14 dan 15-8.
Kemenangan-kemenangan Indonesia terus dilanjutkan lewat aksi mengagumkan pasangan fenomenal Ricky Subagja/Rexy Mainaky, Hariyanto Arbi, Bambang Supriyanto/Rudy Gunawan dan tunggal putra Alan Budi Kusama.
Indonesia pun berhasil menang telak, 5-0 atas Denmark. Kemenangan ini juga memastikan Indonesia mengawinkan gelar Thomas-Uber untuk yang terakhir kalinya hingga saat ini.