INDOSPORT.COM - Kenang kembali kompetisi tenis AS Terbuka 1993, prestasi Grand Slam tertinggi yang pernah diikuti dan hampir dimenangkan petenis Indonesia.
Tenis sendiri merupakan salah satu olahraga yang kurang begitu populer di Tanah Air, pamornya terbilang kalah saing dari beberapa olahraga umum seperti sepak bola, badminton, bahkan voli.
Namun meski tidak begitu diminati, ternyata ada sejumlah atlet tenis Indonesia yang berhasil meraih kejayaan di panggung internasional bahkan tampil di ajang bergengsi sekelas Grand Slam.
Dalam dunia tenis, Grand Slam adalah sebutan untuk turnamen dengan level tertinggi dari seluruh turnamen yang ada. Baik dari segi peserta, poin peringkat, publikasi, sponsor, hadiah, perhatian publik, maupun liputan media.
Ada empat turnamen yang masuk kategori grand slam yakni Australian Terbuka (biasanya digelar pada bulan Januari), Prancis Terbuka (bulan Mei), Wimbledon(Juni/Juli), dan AS Terbuka (Agustus/September).
Jika diibaratkan, grand slam serupa dengan turnamen kelas Super 1000 dalam ajang badminton seperti All England, China Open, ataupun Indonesia Open.
Menariknya, dari empat turnamen grand slam tersebut ada satu wakil Indonesia yang pernah tampil gemilang bahkan bisa melangkah hingga babak semifinal pada salah satu ajang.
Adalah Yayuk Basuki, legenda tenis Indonesia itu pernah mencatatkan prestasi gemilang pada grand slam AS Terbuka atau AS Terbuka tahun 1993.
Pada gelaran AS Terbuka 1993, Yayuk Basuki turun pada nomor ganda putri dan berpasangan dengan petenis asal Jepang, Nana Miyagi.
Keduanya tampil memukau sejak babak pertama dengan mengalahkan pasangan Ann Grossman (Amerika Serikat), dan Patricia Hy (Kanada) lewat skor 6-1 dan 7-5.
Bahkan pada putaran kedua, mereka kembali membuat kejutan dengan mengandaskan unggulan ketujuh turnamen, Jill Hetherington (Kanada) dan Kathy Rinaldi (Amerika Serikat) lewat angka 6-7, 7-5, dan 3-6.
Namun sayang, meski berhasil menumbangkan lawan kuat pada babak kedua bahkan terus melaju hingga babak semifinal, langkah Yayuk Basuki dan Nana Miyagi terhenti di empat besar.
Pada babak semifinal, petenis putri kelahiran Yogyakarta ini harus kandas dari Amanda Coetzer (Afrika Selatan) dan Ines Gorrochategui (Argentina) yang menjadi unggulan sembilan. Yayuk dan Miyagi kalah dengan angka 6-3 dan 6-2.
Di akhir kompetisi, Amanda Coetzer dan Ines Gorrochategui harus puas menempati posisi runner up setelah pada partai final kalah dari Arrantxa Sánchez Vicario (Spanyol) dan Helena Sukova (Ceko).
Meski kalah, namun penampilan Yayuk Basuki pada ajang sebesar AS Terbuka yang kini berhadiah 57 juta dolar AS tersebut patut mendapat apresiasi, dan layak menjadi motivasi para petenis muda lain untuk bisa meraih hasil serupa atau mungkin lebih baik.